Bulan Desember adalah bulan yang penuh suka cita.
Terutama bagi anak-anak kristen dimana mereka merasa bahwa tidak lama lagi
mereka semua akan merayakan natal bersama keluarga mereka. Perayaan ini sebenarnya
memperingati kelahiran Yesus Kristus ke dunia ini. Namun begitu, sebenarnya
masih banyak kontroversi tentang perayaan natal yang selama ini selalu
dirayakan oleh umat kristen di seluruh dunia ini.
Beberapa sumber bahkan pernah membicarakan tentang
perayaan natal ini sebagai bagian dari perayaan kaum pagan tempo dulu. Namun
begitu, sekarang ini perayaan natal sudah bukan di tujuhkan pada perayaan kaum
pagan lagi, tetapi sudah bergeser menjadi perayaan untuk menyambut kelahiran
Yesus Kristus. Meskipun menurut sumber-sumber tertentu, tentang kelahiran Yesus
sendiri tidak ada bukti kuat terjadi di tanggal 25 Desember.
Bagi saya pribadi, sebenarnya boleh-boleh saja
seseorang merayakan hari kelahiran Yesus di tanggal 25 Desember tersebut. Yang
penting disini adalah bagaimana orang-orang yang merayakannya itu, melakukan
semuanya demi kemuliaan Tuhan. Semua hari adalah ciptaan Tuhan, karena itu
silahkan saja Saudara menggunakan hari mana saja yang menurut Saudara baik buat
merayakan kelahiran Tuhan Yesus.
Jika lantas Saudara sekarang bilang, bagaimana bila
saya merayakannya di tanggal 3 Maret sebagai hari kelahiran Yesus? Apakah boleh
demikian? Menurut saya,.... silahkan saja. Yang penting semua itu Saudara
lakukan dengan iman. Dan jangan ragu-ragu! Bila Saudara ragu-ragu dalam
melakukannya,..... hal ini baru tidak benar. Sebab apapun yang Saudara lakukan
dengan perasaan ragu, maka pada dasarnya Saudara melakukan itu tidak
berdasarkan iman.
Roma 14
14:23 Tetapi
barangsiapa yang bimbang, kalau ia
makan, ia telah dihukum, karena ia tidak
melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan
iman, adalah dosa.
Baiklah Saudara, saya di sini tidak akan membahas
lebih lanjut tentang kapan pastinya kita sebaiknya merayakan natal. Karena bagi
saya untuk membahas masalah ini diperlukan penelaahan lebih lanjut. Yang mau
saya titik beratkan dalam pembahasan kita kali ini adalah tentang Santa Claus
yang hampir dapat dipastikan akan selalu muncul dalam setiap perayaan-perayaan
natal baik di rumah-rumah orang kristen, maupun di gedung-gedung gereja.
Apa itu sebenarnya Santa Claus dan apa efek yang
dapat ditimbulkannya?
Apakah ini semacam mascot saja dalam perayaan natal?
Atau memang ada hal tertentu di balik semua ini? Mungkinkah ini hanya dongeng,
atau memang ada historisnya dalam sejarah kekristenan tempo dulu?
Apapun pendapat Saudara akan hal ini, satu hal yang
pasti adalah,.... arti dari natal itu sendiri bagi anak-anak kita sudah mulai
bergeser sekarang. Pernahkan Saudara sadari bahwa belakangan ini anak-anak kita
lebih mendambakan kedatangan Santa Claus di hari natal dari pada memahami
arti natal itu sendiri?
Pada setiap rumah orang-orang kristen, hampir selalu
saya jumpai hal-hal yang berbau Santa Claus. Entah itu gambarnya, sepatunya
atau bahkan topinya...... hampir semua pernak-pernik natalpun sudah
terkontaminasi oleh Santa Claus. Seolah-olah, pada bulan Desember itu adalah
bulan demam Santa Claus saja. Para orang tua berlomba-lomba mempercantik pohon
natalnya dengan berbagai hiasan Santa Claus. Mungkin, tanpa hiasan itu pohon
natalnya dirasakan kurang menarik.
Lalu apakah semua ini salah Saudara?
Sebagian orang bilang, “Tidak ada yang salah koq
dengan semuanya itu!”
Bukankah Santa Claus adalah tokoh yang baik? Tidak
seperti nenek sihir, Santa Claus justru di cintai oleh anak-anak. Tokoh ini
menggambarkan bagaimana baik hatinya dia, dalam merayakan natal bersama
anak-anak. Dia akan dengan suka cita membagi-bagikan berbagai hadiah kepada
setiap anak. Bukankah tokoh seperti ini sama sekali tidak ada contoh
negatifnya?
Cukup banyak orang tua yang tidak mempermasalahkan
tokoh satu ini. Bahkan mereka yang mendukung keberadaan tokoh ini sangat
banyak, meskipun mereka menyadari bahwa tokoh ini sebenarnya lebih dekat kepada
tokoh dongeng dari pada historis, namun mereka tidak perduli. Sebagai bentuk
dukungan mereka, maka mereka tidak segan-segan berdandan seperti layaknya tokoh
yang satu ini. Bedanya mereka tidak dapat memiliki rusa terbang tentu saja.....
Sekarang bagaimana kita harus menyikapi hal
demikian? Apakah memang tokoh satu ini tidak berbahaya?
Saudara terkasih,..... sebaiknya kalau kita mau
menilai sesuatu, janganlah kita terpengaruh dengan banyak atau sedikitnya
dukungan pada kita. Penilaian yang objektif tidak mengikuti arus orang banyak.
Tetapi penilaian yang subjektif justru sebaliknya.
Karena itu dalam hal ini saya akan berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat menjelaskan hal ini secara objektif. Namun pada
akhirnya silahkan Saudara menentukan sikap Saudara sendiri. Apapun yang akan
Saudara lakukan adalah sepenuhnya hak Saudara.
Menurut apa yang saya pahami, Santa Claus adalah
tokoh yang sangat berbahaya bagi kehidupan kekristenan. Mengapa? Sebab tokoh
ini selain memperlihatkan sisi “baiknya” dalam rupa kedermawanan dengan membagi-bagikan
kado untuk setiap orang, ternyata tidak sedikit sisi gelapnya yang di
sembunyikan dari banyak orang, atau mungkin lebih tepatnya yang tidak disadari
oleh banyak orang.
Tokoh ini, banyak mengandung magic. Tidakkah Saudara
sadari bahwa hampir dalam segala hal yang menyangkut tokoh ini selalu di balut
dalam kemasan manis yang bernama magic?
Pada saat tokoh ini digambarkan sedang mengendari
rusa terbang.... apa yang dapat kita katakan atas keberadaan rusa terbang ini?
Bukankah segala hal ini identik dengan sapu terbang yang selalu di gambarkan
pada nenek-nenek sihir? Dimanakah Saudara dapat menjumpai rusa yang dapat
terbang?
Belum lagi bagaimana tokoh ini digambarkan sebagai
tokoh yang hidup abadi. Saat eyang buyut kita masih kecil, diapun sudah mendapatkan
gambaran tentang tokoh ini dalam rupa yang sama seperti yang kita lihat di masa
kini. Yaitu kakek tua berjenggot putih. Kakek ini, biarpun tua, ternyata
usianya jauh lebih panjang dari eyang buyut kita. Mengapa? Karena eyang buyut
kita sudah meninggal ternyata tokoh satu ini masih aktif “mengantarkan”
kado-kado sama seperti waktu eyang buyut kita masih anak-anak. (bukankah
anak-anak menganggap tokoh ini benar-benar masih hidup? Minimal itulah gambaran
yang diberikan orang tua pada anak-anaknya secara tidak langsung.) tokoh ini
ternyata hidupnya abadi. Mau menyamai Tuhan mungkin yah?
Pada saat Santa Claus ini memasuki rumah orang-orang
untuk mengirimkan kadonya pada malam hari, apakah tokoh satu ini memasuki rumah
itu dengan mengetuk dan melalui pintu rumah yang bersangkutan? Tidak! Tokoh ini
selalu di gambarkan memasuki rumah-rumah dengan melalui cerobong asap. Sekarang
coba Saudara pikirkan dengan logika Saudara yang logis, mungkinkah tokoh yang
digambarkan bertubuh tambun ini dapat melakukan itu semua? Jelas sekali itu
adalah hal yang mustahil kalau tidak mau dikatakan sebagai hal yang ajaib.
Bagaimana mungkin tokoh ini dapat melakukan itu semua kalau lagi-lagi tidak
dibalut oleh magic.
Seorang pria dewasa yang kurus saja akan mengalami
kesulitan untuk dapat memasuki sebuah cerobong asap, apalagi seseorang yang
bertubuh tambun seperti yang selalu digambarkan pada tokoh Santa Claus. Belum
lagi kalau digambarkan bahwa tokoh satu ini melakukan itu semua dalam waktu
satu malam. Wah........
Dan yang paling berbahaya Saudara, hanya gara-gara
tokoh yang satu ini, para orang tua dengan suka citanya melakukan
kebohongan-kebohongan pada anak-anak mereka. Kalau Saudara peka, tidakkah
Saudara sadari bahwa cukup banyak orang tua yang mengatakan di malam natal pada
anak-anak mereka “cepat tidur, nanti malam Santa Claus akan datang membawakan
kado buat kamu....”
Besoknya.... anak-anak memang mendapatkan kado yang
mereka inginkan. Pertanyaan saya, pada saat anak-anak ini bertanya pada orang
tuanya apa benar kado-kado ini diberikan oleh Santa Claus, apa kira-kira
jawaban dari orang tuanya? “ bukan nak, itu kado dari kami.” ?
Jelas Saudara yang melakukan itu semua akan menjawab
tidak. Saudara semua tentu akan berbohong!..... “ iya, itu dari Santa Claus!”
dan segala macam kebohongan tambahan untuk menyakinkan pada anak Saudara bahwa
itu memang dari Santa Claus, yang diberikan kepada anak-anak yang baik, yang
patuh kepada orang tua dan sebagainya.
Bagaimana mungkin Saudara sebagai orang tua dapat
begitu tega membohongi anak-anak Saudara sendiri yang adalah darah daging
Saudara sendiri? Seandainya kebohongan itu terjadi karena anak kita bertanya
pada orang lain, yang sama sekali tidak mengenal Tuhan, mungkin hal ini masih
dapat kita terima. Namun ini sebaliknya, orang yang mengakui Yesus adalah Tuhan
dan Juru Selamatnya justru yang melakukan semua kebohongan ini pada
anak-anaknya sendiri pula. Hal ini (kebohongan tentang Santa Claus), tidak
dilakukan sekalipun pada orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
Saudara, disadari ataupun tidak, Saudara telah
membohongi seorang anak kecil yang pada dasarnya adalah milik Yesus karena
diapun sama seperti Saudara, adalah pengikut Tuhan Yesus.
Ayat berikut mengatakan
Matius 18
18:6
"Tetapi barangsiapa menyesatkan
salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik
baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut.
Saudara sebagai orang tua, yang telah melakukan itu
semua, sebenarnya Saudara telah menggenapi ayat ini. Adalah lebih baik bila
Saudara ikatkan pada batu kilangan dan di tenggelamkan ke lautan.
Berhati-hatilah Saudara, jangan hanya karena ingin membuat anak Saudara gembira
Saudara lalu dapat melakukan apa saja termasuk juga menyesatkan anak-anak
Saudara sendiri.
Menyesatkan seorang anak kecil dihadapan Tuhan
sungguh suatu kekejian. Saudara mungkin saja tidak menyadarinya bahwa Saudara
telah melakukan semua kebohongan dan penyesatan itu. Tetapi baik oleh kesadaran
ataupun oleh ketidak tahuan, pada akhirnya Saudara memang telah melakukan itu
semua.
Hasil akhirnya jelas, anak Saudara yang tadinya
mungkin tidak percaya ataupun ragu-ragu bahwa Santa Claus itu ada, jadi makin
yakin akan keberadaan tokoh satu ini, dan besoknya, pada saat mereka berkumpul
bersama teman-teman mereka, anak Saudara ini akan dengan bangganya bercerita
sama teman-teman mereka bagaimana senangnya dia mendapatkan kado dari Santa
Claus.
Kalaupun ada salah satu temannya yang bilang Santa
Claus itu tidak ada, itu cuma bohong! Maka dapat Saudara lihat bagaimana dia
akan berusaha mati-matian untuk menyakinkan temannya itu bahwa Santa Claus itu
memang benar-benar ada. Buktinya dia mendapatkan kado dari “Santa Claus” yang
adalah orang tuanya sendiri yang telah menipunya.
Sebagai orang tua, kita harus selektif. Janganlah
membohongi siapapun, terlebih lagi anak kita sendiri yang kita kasihi.
Efesus 4
4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar
seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
Kolose 3
3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
Tidak ada dusta yang berasal dari Tuhan.
Kalau karena tokoh satu ini kita harus berdusta
terhadap anak-anak kita, saya lebih memilih untuk menjelaskannya kepada
anak-anak saya bahwa tokoh Santa Claus ini sebenarnya tidak ada. Itu cuma
dongeng yang menyesatkan. Dan sebaiknya tokoh satu ini jangan lagi ada dalam
ingatan ataupun hayalan anak-anak kita.
Mungkin saja ada orang tua yang mencoba membela diri
dengan mengatakan itukan cuma sekedar dongeng. Jadi mengapa terlalu di
permasalahkan? Sebenarnya saya tidak terlalu mempermasalahkan tentang dongeng
itu sendiri. Namun efek yang dapat ditimbulkan dari “dongeng” semacam inilah
yang menjadi fokus saya. Selama dongeng itu tidak mengandung “sisi gelap” yang
dapat ditimbulkannya, itu boleh-boleh saja. Namun bila dongeng itu sudah
mengandung pengajaran tentang (magic) sesuatu yang di larang dalam Alkitab,
apakah kita masih mau tutup mata?
Tidak percaya? Lihat saja efek dari dongeng tentang
Santa Claus ini? Bukankah orang tua jadi berbohong pada anak-anak mereka?
Lagian apa kata Alkitab tentang dongeng-dongeng?
I Timotius 1
1:3 Ketika aku
hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau
supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar
mereka jangan mengajarkan ajaran lain
1:4 ataupun sibuk dengan dongeng dan
silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka,
dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.
I Timotius 4
4:7 Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng
nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Rasul Paulus mengajarkan kepada kita untuk dapat
menjauhi dongeng-dongeng. Apa sebabnya? Jelas ada sebab-sebab kuat yang dapat
membuat kita harus menjauhi dongeng-dongeng tersebut. Sekarang saya bertanya
kepada Saudara, dapatkah Saudara menemukan dongeng yang sama sekali bersih dari
unsur-unsur magic? Hampir 100% dongeng-dongeng yang ada selalu mengandung unsur
magic.
Karena itu Saudara, mulai dari sekarang janganlah
lagi kita dengan penuh suka cita melakukan kebohongan-kebohongan kepada
anak-anak kita. Termasuk juga tentang tokoh Santa Claus ini. Tokoh ini memang
terlihat baik. Tapi itu kulitnya. Dibalik itu semua ternyata banyak unsur magic
yang dapat menyesatkan kita. Saudara yang pernah kecil dan mengalami masa-masa
kecil bersama Santa Claus tentu dapat mengerti bagaimana realnya anggapan
seorang anak kecil atas tokoh yang satu ini.
Anggapan ini tidak datang sendirinya, tapi kitalah
sebagai orang tua yang menanamkannya dengan segala kebohongan kita. Dan karena
itu, berarti kita telah menyesatkan seorang anak kecil yang percaya pada Tuhan
Yesus untuk juga mempercayai dongeng-dongeng orang tua yang sarat dengan unsur
magic di dalamnya. Ini sama saja dengan mengatakan kepada mereka, cintailah
magic, itu tidak jahat koq! Wahh.......?
Sebagai penutup, ada juga yang bertanya begini,
“lalu bagaimana dengan pohon natal?”
Pohon natal, itu adalah hal yang berbeda dengan
tokoh Santa Claus. Pada pohon natal tidak ada unsur magic yang terkandung di
dalamnya. Itu hanya semata-mata hiasan di waktu natal saja. Tidak pernah ada
cerita apapun yang berkaitan dengan magic pada pohon natal. Pernahkan Saudara
mendengar cerita bahwa pohon natal tiba-tiba terbang di angkasa bersama rusa
terbang? Atau mungkin pohon natal tiba-tiba berbuah kado-kado cantik? Atau
mungkin juga pohon natal tiba-tiba membesar sendiri sampai puncaknya menyentuh
langit?
Jelas semua cerita-cerita yang berbau magic tersebut
tidak terdapat pada pohon natal. Berbeda dengan tokoh Santa Claus, pohon natal
adalah tetap pohon natal biasa. Dia adalah pohon cemara biasa yang ditebang
(sekarang banyak pohon natal plastik) dan dibawa masuk ke dalam rumah untuk
dihiasi biar terlihat cantik dengan lampunya yang berkelap kelip. Sebagian
orang meletakkan beberapa kado (jelas bukan dari Santa Claus) di bawahnya agar
terlihat lebih mempercantik tampilan pohon natal ini. Hanya itu!
Dewasalah dalam imanmu!
Syallom......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar