Translate

Rabu, 09 Oktober 2019

Hari Sabat


Saya pernah mendengar pendeta mengatakan begini dalam kotbahnya dihari Minggu, “Hendaklah kita semua tidak lagi membuka toko ataupun usaha kita dihari Minggu, yaitu hari dimana kita beribadah. Ini adalah hari Sabat dan sebaiknya kita memuliakannya.” Kurang lebih begitulah intinya.

Dan ternyata, tidak sedikit juga jemaat yang setuju sekali dengan kata-kata ini. Mereka ikut beranggapan benar, kita sebaiknya memuliakan hari ibadah, yaitu hari Sabat Tuhan. Jangan mementingkan usaha atau toko kita lagi. Cukuplah untuk mencari uang selama 6 hari, jadi hari Minggu sebaiknya hari buat Tuhan.

Beberapa orang bersaksi bahwa setelah mereka menutup tokonya pada hari Minggu ternyata rezekinya malah bertambah-tambah. Beberapa orang lain yang mendengarkan kesaksian-kesaksian seperti ini mulai ikut-ikutan menutup toko mereka juga. Salahkah ini? Jelas tidak!

Kalau ada pemilik toko yang memutuskan untuk menutup tokonya dihari Minggu supaya bisa beristirahat bersama keluarga, ataupun berfikiran mencari uang itu tidak perlu “ngoyo”, itu tidak masalah. Tidak ada yang salah untuk memutuskan hal itu. Malahan mungkin lebih baik biar ada kebersamaan dalam keluarga mereka.

Tetapi yang akan saya bahas saat ini bukanlah tentang mengapa pemilik usaha atau toko menutup tokonya atau tidak. Yang akan saya bahas dalam hal ini adalah latar belakang mereka sampai memutuskan untuk mengikuti ajuran pendeta ataupun pemimpin jemaat di gereja mereka.

Ingat, yang kita bahas bukanlah hal-hal yang bersifat jasmani. Itu saya tidak perduli. Tetapi hal-hal yang bersifat rohanilah yang harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Supaya jangan sampai pekerjaan yang baik justru malah kita mulai dengan sesuatu yang tidak baik.

Saudara yang terkasih, ternyata tidak sedikit jumlah orang kristen yang percaya bahwa hari Minggu adalah hari Sabat. Apa benar demikian? Di gereja, saya juga sering mendengar pendeta-pendeta mengatakan hari ibadah kita yang hari Minggu itu adalah hari Sabat. Apa yang terjadi pada kita orang kristen sekarang ini? Apakah kita benar-benar tidak tahu lagi yang mana hari Sabat yang tertulis dalam Alkitab?

Sabat itu adalah hari Sabtu bung! Sejak kapan bergeser jadi hari Minggu?

Hati-hati saudara, Sabat adalah hari Sabtu, andaikata anda kurang puas juga, silahkan berkunjung ke Israel sana dan tanyakan pada rabi-rabi Yahudi.

Sabat adalah bagian dari hukum Taurat. Dan apa kata Alkitab tentang hukum Taurat?

Matius 5:18
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Disini jelas dikatakan bahwa hukum Taurat, tetap akan ada seperti pada saat ia diturunkan. Sama persis tanpa perubahan apapun. Kita manusia tidak pernah boleh merubah apapun dari hukum yang telah Tuhan turunkan ini. Apapun!

Berusaha untuk merubah salah satu dari hukum Taurat ini sungguh suatu kejahatan yang amat serius dimata Tuhan. Bahkan untuk hal ini Tuhan sampai menuliskan peringatannya kepada kita dalam Alkitab. Jadi ini bukan hal yang bisa dianggap sepeleh saudara.

Matius 5:19
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; ...

Jangan pernah kita mengubah-ubah hukum Taurat ini, apapun motivasi kita. Sebab ada konsekuensi serius yang menyertainya.

Tentang pembahasan kita di atas, yang ingin saya garis bawahi adalah, kita tidak bisa mengatakan bahwa hari Minggu adalah hari Sabat. Dalam hukum Taurat, hari Sabat adalah hari Sabtu dan itu tetap berlaku sampai akhir jaman. Kalau kita beranggapan bahwa hari Sabat adalah hari Minggu, artinya sama saja kita telah mengubah salah satu isi dari hukum Taurat yaitu tentang hari Sabat yang telah ditentukan Tuhan adalah hari Sabtu. kita tidak boleh mengubahnya menjadi hari Minggu.

Hey.... siapakah kita ini? Dengan tanpa pengetahuan alangkah beraninya kita mengubah hukum Taurat. Tidakkah kita sadar dengan resiko yang akan kita tanggung? Memahami demikian untuk diri sendiri saja sudah salah apalagi kalau kita sampai mengajarkannya kepada orang lain.

Sebaiknya mulai saat ini, jangan ada lagi diantara kita yang mengatakan dan beranggapan bahwa hari Sabat adalah hari Minggu. Sebab hari Sabat tetap di hari Sabtu dan tidak akan pernah berubah sampai akhir jaman. Hal itu jelas tertulis di Matius 5:18.

Lalu pertanyaannya, mengapa kita beribadah pada hari Minggu dan bukan Sabtu yang adalah hari Sabat? Bukankah orang-orang Yahudi sampai saat ini masih memelihara hari Sabat? Dan karena itu mereka tetap beribadah pada hari Sabtu.

Mengapa kita beribadahnya malah hari Minggu?

Saudara yang terkasih, kita umat kristen memang beribadah pada hari Minggu, karena dihari itulah Tuhan Yesus bangkit setelah kematian-Nya. Umat kristen memperingati hari kebangkitan Yesus dihari Minggu dalam ibadahnya, dan itupun dalam rangka mengucapkan syukur karena kita telah diselamatkan, bukan dalam rangka mencari tiket ke sorga.

Ibadah kita bukan dalam rangka mengikuti hukum Taurat seperti apa yang dilakukan oleh orang Yahudi. Mereka memang masih memelihara hari Sabat karena mereka memang mengikuti hukum Taurat. Mereka berbeda dengan kita. Mereka tidak hidup di dalam Yesus, tetapi mereka hidup di bawah hukum Taurat.

Roma 6:14
Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

Kita orang percaya, tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, ibadah kita jelas berbeda dengan ibadahnya orang Yahudi, karena itu bagaimana mungkin cara dan hari ibadahnya harus sama? Mereka lebih memilih menolak Yesus dan lebih senang hidup di bawah hukum Taurat. Silahkan saja, sebab itu pilihan mereka. Tetapi yang jelas bagi kita adalah, tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan karena dia menjalankan hukum Taurat.

Galatia 3:11
Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas,

Hal ini juga sebagai peringatan bagi kita, yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, jangan pernah lagi berharap untuk memperoleh kebenaran dengan cara menjalani hukum Taurat. Sebab tidak seorangpun bisa dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Yang ada justru sebaliknya.

Salah satu ajaran yang paling umum dan sering kita dengar adalah ajaran untuk memelihara hari Sabat. Hati-hati saudara, ajaran yang mengharuskan kita memelihara hari Sabat dan kalau tidak, maka kita akan berdosa dan akan ke neraka adalah tidak benar. Ajaran ini justru akan membawa kita lepas dari kasih karunia Yesus.

Galatia 5:4
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.

Ayat ini jelas memperingatkan kita, jangan pernah kita mengharapkan kebenaran dengan cara menjalani hukum Taurat. Kita akan lepas dari Kristus, dan kalau kita sudah lepas dari Kasih Kristus, berusahalah saudara dengan usaha saudara sendiri dalam menjalani hukum Taurat sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi saat ini. Itu pilihan mereka. Dan Galatia 3:11 sudah menunggu saudara.

Memang kita sebagai orang percaya tidak lagi menjalani hukum Taurat secara harfiah. Tetapi apakah saudara tahu bahwa kita juga telah menjalankan secara keseluruhan dari hukum Taurat itu?

Roma 13:10
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Dan Allah adalah kasih itu sendiri.

1 Yohanes 4:8
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

Sekarang kalau kita sebagai orang percaya tetapi ingin memelihara hari Sabat bagaimana? Silahkan saja, sepanjang itu dilakukan karena kerinduan saudara demi memuliakan Tuhan, tidak masalah. Bukan karena pemahaman bahwa seandainya saudara sampai tidak dapat memelihara hari Sabat, maka saudara akan berdosa dan bisa masuk neraka. Ini yang tidak boleh! Sebab kalau sudah begitu, maka Yesus Kristus bukan lagi sebagai penyelamat saudara, tetapi menjalani hukum Tauratlah yang menentukan keselamatan saudara. Kita akan kembali ke Galatia 3:11 dan Galatia 5:4. Apa saudara sanggup?

Demikianlah sharing kita, semoga untuk seterusnya kita tidak lagi mengatakan bahwa hari Minggu adalah hari Sabat, sebab itu berarti kita telah merubah hukum Taurat. Dan tentang ibadah kita yang bukan di hari Sabat, itu juga karena kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat. Namun demikian, walaupun kita tidak hidup di bawah hukum Taurat, kita telah menjalani hukum itu sesuai dengan Roma 13:10.

Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus, semoga apa yang saya pahami saat ini, adalah apa yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita semua.

Tuhan Yesus memberkati
Salam.

Senin, 07 Oktober 2019

Aturan Keagamaan


Galatia 3:1
Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?

Teguran ini, sungguh sangat keras bagi orang-orang yang dituju. Kalau kalimat “orang-orang Galatia” di atas diubah menjadi nama kita sendiri, apakah yang akan kita lakukan pada Rasul Paulus ini? Ngamuk? Tersinggung? Atau sejak saat itu kita tidak akan mau lagi mendengarkan apapun yang disampaikan Rasul Tuhan satu ini?

Bukankah cukup banyak diantara kita yang kalau sudah merasa tersinggung oleh teguran seorang pendeta, lalu langsung memutuskan untuk tidak mau lagi berjemaat di gereja yang bersangkutan? Kita sakit hati? Mungkin. Tetapi memutuskan untuk menjauh bahkan tidak mau berjemaat di gereja yang bersangkutan juga bukanlah solusi yang baik. Kalau saudara memutuskannya hanya karena sakit hati atau sejenisnya, saya sarankan tetaplah berjemaat disana saja. Tidak baik kalau karena alasan itu.

Saudara yang terkasih, latar belakang Rasul Paulus memberikan teguran yang sangat keras begitu dalam suratnya kepada orang-orang di Galatia adalah karena begitu gampangnya mereka mengikuti ajaran-ajaran yang menyesatkan, padahal sebelumnya mereka telah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka yang telah menerima keselamatan ini, ternyata masih mau lagi diperhamba dengan segala aturan-aturan keagamaan Yahudi pada saat ini, mereka masih berusaha untuk dapat menjalankan hukum Taurat demi mencapai keselamatan seperti yang disarankan dari beberapa orang Yahudi pada masa itu, yaitu salah satunya tentang hal bersunat.

Hal ini dipandang jahat dalam mata Rasul Paulus.

Tidak ada satupun dari orang-orang yang telah mengikuti hukum Taurat, yang bisa memperoleh Roh Kudus, tetapi kita yang telah mendengar pemberitaan Injil dan yang telah menjadi percaya karena pemberitaan Injil itulah yang telah memperoleh Roh Kudus. Kita memperolehnya bukan karena berhasil menjalani hukum Taurat, tetapi semata-mata karena percaya pada pemberitaan Injil.

Galatia 3:2
Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?

Keselamatan telah Tuhan berikan kepada kita melalui Roh-Nya, lalu mengapa kita masih lagi meletakkan keselamatan kita pada segala aturan keagamaan yang pada dasarnya tidak dapat menyelamatkan? Kita telah memulainya dengan Roh dan ternyata masih lagi mau mengakhirnya secara daging? Apa saudara pikir dengan berusaha mematuhi segala aturan yang ada dalam hukum Taurat dapat memberikan keselamatan kepada saudara? Seandainya bisa, Tuhan Yesus tidak perlu sampai turun ke dunia ini.

Galatia 3:11 mengatakan :
Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas,...

Jadi tidak ada seorangpun yang bisa dibenarkan dihadapan Tuhan karena dia telah berhasil menjalankan hukum Taurat. Tidak seorangpun! Kita dapat diselamatkan karena iman kita, yaitu sama seperti imannya bapak Abraham dihadapan Tuhan. Abraham tidak dibenarkan karena perbuatannya, tetapi dia dibenarkan karena imannya.

Galatia 3:6
Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Galatia 3:8
Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."

Roma 4:3-5
3 Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." 4 Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. 5 Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

Iman inilah, yang dapat menyelamatkan kita dan bukan hukum Taurat. Kalau begitu, untuk apa Tuhan menurunkan hukum Taurat bagi bangsa Israel, yang adalah keturunan Abraham itu?

Begini saudara, Tuhan berjanji melalui keturunan Abrahamlah maka semua bangsa di dunia akan mendapat berkat. Berkat apa? Sudah tentu berkat keselamatan. Dan itu melalui Yesus. Masa Abraham sampai kepada Yesus terpisah ribuan tahun, dan dalam jarak yang begitu panjang sampai janji Tuhan dipenuhi dalam diri Yesus, maka bangsa Israel membutuhkan tuntunan agar tidak berjalan menyimpang dari apa yang sudah Tuhan gariskan untuk sampai pada titik dimana Yesus Kristus hadir. Untuk itulah dibutuhkan hukum Taurat bagi bangsa ini.

Galatia 3:19
Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran--sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu--dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.

Galatia 3:24
Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.

Sekarang iman itu sudah datang dan sudah menyelamatkan orang-orang di Galatia saat itu, tetapi karena pengaruh orang-orang Yahudi, mereka sampai mau memperhambahkan diri lagi pada aturan-aturan hukum agama yang tidak dapat membawa keselamatan. Karena itulah Rasul Paulus begitu marah menegur mereka...

Galatia 3:3-4
3 Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? 4 Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!

Dapat saudara bayangkan bagaimana marah dan kecewanya Rasul Paulus terhadap orang-orang Galatia ini?

Sekarang kita saudara, janganlah kitapun sampai mengulangi apa yang telah dilakukan oleh jemaat di Galatia. Kita harus memahami bahwa segala aturan agama, tidak dapat menyelamatkan. Hanya iman dalam Yesuslah yang menyelamatkan.

Jangan lagi ada pada diri kita bahwa kalau kita tidak mengikuti segala aturan-aturan keagamaan yang ada maka kita tidak akan bisa selamat, bahwa kita pasti akan berdosa dan masuk neraka, bahwa dan bahwa yang lainnya lagi... Semuanya itu tidak benar sebab yang menyelamatkan kita tidak lain adalah iman kita kepada Yesus Kristus. Hanya itu!

Segala ibadah kita di gereja adalah dalam rangka mengucapkan syukur karena kita telah diselamatkan, bukan dalam rangka mencari keselamatan itu sendiri, sebab kita sudah selamat! Ingat itu saudara. Kita membutuhkan persekutuan di gereja karena kita membutuhkan pertumbuhan iman, supaya tidak menjadi bayi terus, bukan supaya kita selamat, tetapi supaya kita dapat saling menguatkan satu sama lain, bertumbuh bersama dan kita bisa saling berbagi kasih.

Kalau ada aturan-aturan di gereja yang tidak lagi membawa damai sejahtera, tidak lagi membawa pertumbuhan iman, ataupun malah membawa pertentangan satu sama lain, tinggalkan! Sebab gereja Tuhan jauh dari segala sifat itu.

Jangan pernah ada, aturan denominasi suatu gereja diletakkan di atas Alkitab. Alkitablah yang tertinggi dan teratas, jadi segala aturan yang ada di gereja, yang bersumber dari aturan denominasi gereja itu, ujilah apakah bertentangan dengan Alkitab atau tidak. Itulah standar ukuran kita.

Karena itu saudara, bersuka citalah karena kuk dari Tuhan itu ringan, jangan mau lagi diperhambakan oleh apapun dan dalam bentuk apapun. Sebab sesuatu yang terkesan rohani sekalipun, belum tentu benar-benar bersifat rohani. Bagaimana kita bisa mengetahuinya? Ukurlah dengan Alkitab.

Salam dalam kasih.
GBU

Jumat, 04 Oktober 2019

Apakah Roh Kudus Keluar Masuk Hati Orang Percaya?



Ada pendapat sebagian orang bahwa Roh Kudus itu pada dasarnya tidak menetap dalam diri orang percaya. Dia bisa saja keluar masuk diri orang percaya sesuai dengan situasi dan kondisi dari orang percaya tersebut. Dan alasan Roh Kudus ini untuk keluar masuk diri orang percaya adalah sangat bersifat jasmaniah sekali.

Tahu apa alasan yang diungkapkan oleh sebagian orang ini? Sungguh lucu, mereka mengatakan alasan yang sungguh-sungguh tidak terduga, yaitu bahwa karena kekudusan dari Roh Kudus ini, maka Dia (Roh Kudus) tidak mungkin melihat hal-hal yang tidak kudus, seperti..... hubungan badan antara suami isteri!

Ha...ha... terus terang, saya sangat kaget mendengar alasan yang konyol seperti ini. Bagaimana mungkin alasan yang konyol seperti ini dijadikan dasar pemahaman bahwa Roh Kudus akan keluar dari diri orang percaya saat orang percaya ini melakukan hubungan badan dengan isterinya?

Kaum pendukung pendapat ini beranggapan bahwa mana mungkin Roh Kudus menonton “blue film” seperti itu. Dan karena tidak mungkin menonton “blue film” seperti itu, maka “untuk sementara”, Roh Kudus akan menyingkir dulu saat “blue film” itu tayang! Ha...ha... ampun dah!

Saya tidak mengerti bagaimana jalan pemikiran dari orang-orang yang berhaluan seperti ini. Tetapi baiklah kita berikan sedikit pemahaman agar semoga saja, mereka tidak lagi berpegangan pada konsep yang sesat seperti ini, yaitu mengukur Tuhan dengan ukuran  manusia.

Saudara yang terkasih, saat kita mengukur Tuhan dengan ukuran manusia, maka segala sesuatunya yang kita pakai adalah standar moral manusia, dan ini sangat berbahaya. Sebab secara tidak langsung kita telah merendahkan Tuhan sesuai dengan standar moral manusia. Siapakah kita ini sehingga kita layak menilai Tuhan dengan standar moral kita?

Alkitab mengatakan

2 Timotius 1:14
Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.

1 Korintus 6:19
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Kedua ayat di atas mengatakan dengan jelas kalau Roh Kudus diam di dalam diri orang percaya. Dan ada lagi ayat yang sangat penting yang berkaitan langsung dengan keselamatan kita sebagai orang percaya yaitu :

1 Korintus 12:3
Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.

Yang perlu saya tekankan disini adalah, saat Roh Kudus meninggalkan diri orang percaya, maka saat itu juga dia tidak akan bisa lagi mengakui Yesus adalah Tuhan. Sebab hanya karena Roh Kuduslah seseorang sanggup untuk mengakui Yesus adalah Tuhan.

Artinya apa ini? Artinya kalau kita berfikiran sama seperti sebagian dari orang “aliran khusus” ini, yang berpendapat bahwa Roh Kudus keluar masuk diri orang percaya pada saat-saat tertentu, maka saat orang yang bersangkutan lagi berhubungan badan dengan isterinya, maka dia akan menjadi “orang kafir”, yang tidak percaya Yesus adalah Tuhan, - karena Roh Kudus meninggalkan dirinya - dan setelah selesai berhubungan suami isteri maka orang yang bersangkutan kembali menjadi “orang percaya”, karena Roh Kudus kembali masuk kedalam dirinya. Benarkah demikian? Hallo...??

Celakalah dia kalau pada saat dia berhubungan badan dengan isterinya, dia mati karena serangan jantung, auto ke neraka karena saat itu dia sedang menjadi “orang kafir...”. Sungguh ironis bila keselamatan kita bukan lagi ditentukan apakah kita percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita tetapi malahan ditentukan saat kita mati, apakah lagi berhubungan badan dengan isteri kita atau tidak! Jadi ceritanya yang menyelamatkan kita bukan lagi iman kita pada Tuhan Yesus, melainkan kematian saat berhubungan badan dengan isteri atau tidak.

Hati-hati saudara, janganlah kita mudah menerima pengajaran yang aneh-aneh seperti ini hanya karena kita telah mengukur kekudusan Tuhan dengan standar moral kita. Kelakukan kita ini sungguh sangat tidak pantas, siapakah kita yang berani menilai Tuhan dengan standar kita?

Alkitab telah mengatakan sebagai berikut :

2 Korintus 1:22
memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.

Efesus 1:14
Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.

Tuhan memberikan kepada kita keselamatan bukan tanpa jaminan, Dia memberikan jaminan itu di dalam hati kita, yaitu Roh Kudus. Karena Roh Kudus di dalam hati kita inilah yang membuat kita mampu untuk tetap mengakui Yesus itu adalah Tuhan dan Juru Selamat kita. Tanpa Roh Kudus atau boleh dibilang bila Roh Kudus keluar dari diri kita, maka saat itu juga kita tidak akan mampu mengakui Yesus adalah Tuhan. Jadi bagaimana mungkin Roh Kudus bisa keluar masuk meninggalkan diri kita?

Kalau boleh saya ilustrasikan, misalkan saat ini saya berjanji memberikan uang 10 miliar bulan depan kepada Saudara, apakah Saudara bisa percaya begitu saja? Kalau Saudara waras tentu Saudara tidak akan percaya begitu saja.

Nah, bagaimana jika janji saya itu disertai dengan memberikan Saudara sebuah surat jaminan yang disahkan oleh notaris resmi dengan disaksikan oleh pejabat sah yang ditunjuk negara. Sanksinya jika apa yang telah dijanjikan itu tidak dipenuhi, maka semua harta yang saya miliki, baik rumah maupun perusahaan saya yang bernilai 1 triliun akan otomatis menjadi milik Saudara. Bulan depan, Saudara tinggal memperlihatkan surat jaminan itu maka Saudara akan mendapatkan apa yang saya janjikan. Apa Saudara masih tidak percaya bahwa 10 miliar itu akan menjadi milik Saudara dibulan depan?

Tentu sekali lagi, kalau Saudara waras, pasti percaya.

Tetapi... jika surat jaminan itu Saudara buang atau Saudara sobek, apakah Saudara masih yakin bahwa bulan depan Saudara akan mendapatkan 10 miliar itu? Sudah tentu tidak.

Roh Kudus adalah jaminan yang Tuhan berikan kepada kita atas apa yang Tuhan janjikan pada kita. Selama jaminan itu, yaitu Roh Kudus tidak kita buang, maka apa yang Tuhan janjikan kepada kita, yaitu keselamatan kekal, pasti kita peroleh. Jadi bagaimana mungkin Roh Kudus itu keluar masuk meninggalkan diri kita? Ingat! Saat Roh Kudus meninggalkan diri kita, maka saat itu juga kita tidak akan bisa mengaku Yesus itu Tuhan dan Juru Selamat kita lagi. Sebab jelas tertulis hanya karena Roh Kuduslah kita mampu mengakui Yesus itu Tuhan.

Apakah memang Roh Kudus itu tidak bisa meninggalkan  diri kita? Bisa! 
Kapan itu terjadi? Kalau kita sudah murtad. Saat itulah Roh Kudus keluar meninggalkan diri kita. Sebab sejak saat itu, maka kita tidak akan pernah lagi mampu untuk mengakui Yesus adalah Tuhan kita. Artinya ini, kita sudah merobek surat jaminan itu. Selesai.

Lalu kalau orang yang murtad tadi bertobat dan kembali menerima Yesus, apakah Roh Kudus kembali masuk kedalam dirinya? Jawabannya sudah tentu iya. Sebab dia pasti sudah sanggup untuk mengatakan Yesus itu Tuhan dan Juru Selamatnya kembali.

Kalau begitu benar donk bahwa Roh Kudus itu keluar masuk diri orang percaya? Disinilah letak kesalahan pemahaman kita kalau kita menyandingkan kedua kasus ini. Kasus yang pertama, yaitu orang percaya berhubungan badan dengan isterinya apakah bisa dikatakan murtad? Jelas tidak, sebab mereka tetap percaya Yesus itu Tuhan. Berbeda dengan orang yang memang murtad. Jadi jangan menyamakan kedua kasus ini.

Lalu bagaimana sekarang? Apakah Roh Kudus yang adalah Tuhan sendiri menyaksikan “blue film” yang kita buat dengan isteri kita? Nanti bisa ..... donk?

Nah, inilah yang saya bilang bahwa kita mengukur Tuhan dengan standar moral kita.

Sekarang saya ambil contoh, misalkan Saudara memelihara ikan guppy diaquarium rumah Saudara, terus Saudara lihat ikan guppy Saudara sedang berkembang biak, alias lagi kawin, apakah Saudara terangsang melihat ikan guppy Saudara kawin? Iya terangsang? Ha...ha.... ada yang rusak dalam otak Saudara kalau sampai terangsang....

Orang yang normal, tidak akan pernah terangsang hanya karena melihat dua ikan guppy lagi kawin, ataupun melihat dua ekor bekicot lagi kawin.... gak tau kalau Saudara sudah tidak normal lagi. Sekarang kita lihat, kalau kita yang merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang penuh dengan hawa nafsu duniawi saja tidak bisa terangsang melihat dua ekor ikan guppy kawin, apalagi Tuhan yang Maha Kudus?

Bagi Tuhan kita ini tidak lebih dari setitik debu :

Kejadian 2:7
ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;...

Yesaya 40:15
Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca

Sebuah bangsa saja hanya seperti sebutir debu dihadapan Tuhan, apalagi kita manusia (apa Saudara terangsang melihat dua titik debu kawin?). Jadi Saudara, jangan pernah mengukur Tuhan dengan standar moral kita. Jangan pernah!

Dihadapan Tuhan, siapakah diantara kita yang tidak telanjang? Kita semua telanjang bulat dihadapan Tuhan, tidak ada satupun yang tertutupi. Semua perbuatan kita, baik itu perzinahan, persudalan, penipuan, penghujatan apapun itu dosa kita, semua terbuka jelas dihadapan Tuhan. Apa yang bisa kita sembunyikan?

Apa Saudara pikir kalau kita berhubungan suami isteri maka Roh Kudus keluar dulu dan berarti Roh Kudus, yang adalah Tuhan sendiri, tidak tahu atau tidak melihat apa yang kita perbuat? Enak donk para pezinah yang berhubungan badan dengan wanita nakal, dosanya tidak diketahui Tuhan karena Tuhan tidak melihat sebab Tuhan yang adalah Roh Kudus pergi jauh-jauh meninggalkan dia saat dia berzinah... (kan keluar dulu biar tidak menyaksikan perzinahan itu, gitu?...)

Pemikiran bodoh demikian hanya bisa terjadi kalau kita sudah mengukur Tuhan dengan standar moral manusia. Karena itu, berhati-hatilah sebelum kita menerima pengajaran yang tidak Alkitabiah, supaya kita tidak tersesat dan menyesatkan.

Jadi Saudara, semua yang ada pada kita tidak satupun tertutupi dari hadapan Tuhan, baik itu perbuatan baik, maupun itu perbuatan jahat, semua terbuka jelas dan Tuhan menyaksikannya dengan sangat jelas. Ingat, kata menyaksikannya artinya melihat, mengetahui.

Kesimpulannya, Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan orang percaya, selama dia tidak murtad. Apapun yang dia perbuat Roh Kudus tahu, saat dia melakukan hal yang tidak benar, maka Roh Kuduslah yang dengan lembut akan menegur dan memanggilnya kembali kejalan yang benar. Itulah yang memungkinkan  orang percaya selalu didalam lindungan Tuhannya. Roh Kudus setia, dan Dia setia mendamping kita sampai mati.


Yohanes 14:16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,

Ini mempunyai arti yang jelas, tidak keluar masuk. Apakah kalimat "menyertai kamu selama-lamanya" itu memiliki arti kadang-kadang ditinggalkan?

Jadi tentang Roh Kudus keluar dulu itu adalah pemahaman yang aneh dan tidak berdasar sama sekali. Pemahaman yang saya jabarkan ini juga, jangan Saudara terima mentah-mentah, ujilah menurut Alkitab apakah Alkitabiah atau tidak, dan kalau Saudara bisa menerimanya, harusnya menerimanya dengan dasar Alkitabiah yang Saudara pahami.

Akhirnya, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang Maha Kudus. Semoga apa yang saya pahami ini berkenan dimata Tuhan, dan sekiranya ada yang tidak berkenan dihadapan Tuhan saya mohon ampunan-Nya.

GBU.