Translate

Rabu, 12 Desember 2012

Kemanakah Kasihmu?


Tidak ada seorangpun di dunia ini yang mau hidup jauh dari kasih.
Saat seseorang jatuh dalam persoalan, dia membutuhkan kasih orang lain untuk saling berbagi dan meringankan bebannya. Interaksi dari sesama kita yang dilandasi kasih akan jauh lebih indah bagi yang bersangkutan.

Baik yang memberi kasih maupun yang menerima kasih, pada dasarnya memiliki rasa kepuasannya sendiri. Tidakkah pernah saudara rasakan bagaimana damainya hati ini saat kita menyadari telah berhasil membantu seseorang dari kesulitannya? Jika jawaban saudara tidak dan ingin merasakannya, maka cobalah saudara sesekali membantu orang-orang miskin dengan hati yang tulus. Cukup saudara saja dan Tuhan yang tahu, maka akan saudara rasakan bagaimana damainya hati saudara setelah saudara melakukan perbuatan kasih itu.

Nah, bincang-bincang kita tentang kasih ini, akan membawa kita dalam melihat kasih yang bagaimana yang sebenarnya dari kita sebagai umat Yesus terhadap sesama, dan kasih yang bagaimana yang sesungguhnya dari orang-orang dunia terhadap sesamanya pula.

Tuhan kita Yesus Kristus menghendaki kita saling mengasihi satu terhadap yang lain.

Matius

19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Yohanes

15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."

Dan masih banyak lagi ayat-ayat tentang kasih lainnya yang Tuhan ajarkan kepada kita. Kasih yang Tuhan inginkan dari kita ini tidak terbatas hanya pada sanak saudara dan orang-orang dekat kita saja, tidak juga terbatas pada para sahabat dan orang-orang yang baik kepada kita saja... tidak saudara.

Tetapi Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk mengasihi orang-orang yang jahat kepada kita. Orang-orang yang senantiasa mencari kesempatan untuk melampiaskan kebenciannya kepada kita. Orang-orang yang selalu mencari permasalahan dan sangat ingin membunuh kita. Orang-orang yang menganggap kita ini musuhnya dan harus dibasmi dengan segera. Yah! Tuhan kita Yesus Kristus mengajarkan kita untuk mengasihi mereka juga.

Matius

5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Sekarang karena sudah jelas apa yang Tuhan inginkan dari kita dalam menebarkan kasih, maka menjadi bagian kitalah untuk melaksanakannya. Meskipun hal itu sepertinya tidak masuk di akal manusia kita yang penuh dengan ego dan rasa balas dendam.

Tetapi yang sering terjadi dalam jemaat Tuhan apa? Adakah mereka melakukan hal seperti yang Tuhan mau dalam diri mereka?

Coba dengan jujur saudara tanyakan dalam diri masing-masing, masih seringkah kita bergosip tentang saudara kita yang seiman? Masihkah kita bocor mulut di mana-mana alias menceritakan hal-hal yang tidak perlu tentang orang lain kepada orang lain? Tidakkah saudara berfikir sebelum mulut saudara terucap kata-kata?

Dalam komunitas gereja, ternyata tidak sedikit orang-orang yang masih hobby bergosip dan bermulut bocor kemana-mana. Mengapa hal demikian masih saja terjadi dalam diri kita saudara? Kemanakah kasih yang Tuhan ingin kita terapkan dalam kehidupan kita itu? Mengapa tidak sekalipun mereka yang berbuat demikian menempatkan diri mereka sebagai objek yang dibicarakan?

Terkadang, orang-orang yang sempat tertarik untuk menjadi pengikut Kristus tersandung dengan tingkah pola dari pengikut Kristus itu sendiri. Berapa banyak orang-orang yang tadinya tidak mengenal kekristenan, kemudian setelah menjadi kristen dan melihat tingkah laku orang-orang “gereja” akhirnya mulai kecil hati dengan kekristenannya?

Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena tersandung dengan “kasih” orang-orang “kristen” ini. Saat mereka menjadi kecewa karena tidak melihat perbedaan antara orang-orang duniawi dengan orang-orang “kristen” ini, saat itu juga bisa membuat mereka menjadi tawar hati dengan kekristenannya.

Bagi orang yang baru tertarik dengan kekristenan, dia akan memandang bagaimana damainya orang-orang kristen ini. Bagaimana tercerminnya kasih di antara mereka. Bagaimana baiknya mereka yang telah diselamatkan. Dan berbagai bagaimana-bagaimana yang lainnya, yang dapat mencerminkan kehidupan damai sejahtera dalam kekristenan.

Tetapi setelah mereka menjadi bagian dari kekristenan itu sendiri, barulah rasa terkejut, kaget, kecewa menyergap mereka dengan segera. Saat mereka berkumpul dengan kaum ibu “gereja”, mereka terkejut! Saat mereka berkumpul dengan kaum bapak di gereja, mereka kaget! Ternyata gosip dan pergunjingan tidak jauh-jauh dari mereka juga. Bahkan tidak sedikit yang bocor mulut kemana-mana memberitakan masalah orang lain.

Saudara, saatnya sekarang ini bagi kita untuk menyadari apa yang seharusnya tidak kita lakukan lagi. Kalau selama ini kitalah orang yang bocor mulut itu, kitalah sumber gosip itu, bertobatlah. Sebab itu telah mendukakan Tuhan kita.

Kita yang memang hobby berbicara, bukankah sebaiknya kita mulai saat ini membicarakan hal-hal yang lebih bermanfaat saja? Kita yang memang ingin menjadi sumber perhatian, bukankah bisa kita salurkan dengan hal-hal yang lebih baik? Jangan ingin menjadi sumber perhatian dengan cara bergosip. Ada banyak cara lain yang lebih baik, saudara dapat saja menjadi sumber perhatian kalau saudara menjadi pembicara dalam seminar, atau dalam diskusi, atau dalam keluarga dan komunitas yang lebih kecil lagi. Jadilah pembicara rohani bagi mereka, maka saudara akan menjadi sumber perhatian. Ini jauh lebih baik.

Sharing ini, semoga dapat menyadarkan kita semua dari kehidupan yang jauh dari kasih Tuhan. Mulailah sejak sekarang untuk stop bergosip, stop menjadi ember bocor, dan stop dari kehidupan yang jauh dari kasih terhadap sesama.

Salam kasih.
GBU

-------------------------------------------------
Amsal

20:19. Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut

Ketulusan Kasih Kristen


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat orang-orang miskin di sekitar kita. Melihat kehidupan mereka dapat membuat kita merasa prihatin dan juga menimbulkan rasa iba. Berangkat dari sinilah maka sebagian orang dapat tergerak hatinya untuk memberikan sedikit bantuan mereka kepada orang-orang miskin ini, meskipun sebagian yang lain lebih memilih untuk menegarkan hati mereka, dan membela ketegaran hati mereka dengan menghakimi si miskin sebagai sipemalas.

Tetapi terlepas dari itu semua, sebagai orang kristen kita memang dituntut untuk memperhatikan mereka-mereka yang termarjinalkan seperti demikian. Hal ini tidak saja karena tuntunan dari hati nurani kita saja tetapi terlebih lagi karena memang telah menjadi tuntunan dari Tuhan kita.

II Korintus

9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."  

Yakobus

2:5 Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

Dari nas di atas, kepedulian terhadap orang-orang miskin memang harus ada pada kita. Karena itu saat kita melihat orang-orang kristen memberikan bantuan ataupun sedekah kepada orang-orang miskin, itu semua mereka lakukan dalam rangka menyatakan kasih mereka sebagai pengikut Kristus.

Tidak ada motivasi lain selain daripada menebarkan kasih Yesus kepada sesama manusia.

Hanya saja, ada sebagian kelompok yang menilai negatif terhadap kasih kristen ini, sehingga mulai dicurigai sebagai upaya kristenisasi. Aneh, sungguh aneh. Ternyata umat manusia masih berfikiran bahwa keselamatan itu karena agama seseorang. Cara berfikir seperti ini sesungguhnya sungguh teramat salah.

Keselamatan seseorang dalam kekristenan, bukan karena dia beragama kristen. Keselamatan dalam kekristenan hanya berfokus pada Yesus Kristus. Seseorang yang mengaku beragama kristen, tidak akan selamat selama dia tidak dapat mengakui dari hatinya sendiri, bahwa dia percaya Yesus itu Tuhan dan Juru Selamatnya. Karena tidak sedikit orang-orang yang telah kristen sejak kecil ( karena keturunan ) tetapi hatinya sendiri tidak dapat mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.

Jadi bagaimana mungkin orang yang menjadi “beragama kristen” dapat masuk sorga? Orang tua sekalipun, tidak dapat memaksakan anak kandungnya sendiri untuk menjadi kristen. Karena kekristenan itu harus dari hati orang yang bersangkutan sendiri. Bukan cuma mengaku-ngaku kalau dia beragama kristen. Ataupun karena dipaksa untuk beragama kristen.

Karena kekristenan itu bersumber dari hati, jadi bagaimana mungkin bisa terjadi kristenisasi? Apa gunanya bagi orang yang melakukan kristenisasi itu kalau mereka yang mengaku beragama kristen tetapi dalam hatinya tidak mau percaya Yesus? Bukankah ini pemikiran yang naif?

Agama kristen itu sebenarnya hanyalah sebutan orang-orang dunia ini bagi pengikut Kristus. Sebenarnya Tuhan Yesus tidak meminta kita beragama kristen. Tuhan Yesus hanya ingin menyelamatkan kita dan keselamatan itu hanya kita dapatkan dengan mempercayaiNya sebagai Juru Selamat kita. Sebab hanya Dialah Tuhan yang mampu menyelamatkan.

Karena itu misi Tuhan Yesus bukanlah mendirikan agama kristen. Tetapi misi Tuhan Yesus adalah agar kita semua dapat mengenali siapa Dia sesungguhnya dan bagaimana Dia begitu mengasihi kita sehingga rela mati demi menyelamatkan kita. Dan dengan cara itulah Dia menjadi Juru Selamat kita.

Lalu mengapa sekarang orang-orang yang menjadi pengikut Yesus disebut beragama kristen? Orang-orang dunialah yang menamakan pengikut Yesus itu sebagai kristen (yang artinya pengikut Kristus yang dipandang hina oleh orang-orang yahudi saat itu). Bukan para pengikut Yesus sendiri yang menamakan dirinya beragama kristen.

Kisah Para Rasul

11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Saat awal kekristenan dimulai, masyarakat sekitar memandang gerakan ini sebagai bidat alias kelompok sesat. Orang-orang yahudi begitu gencarnya berusaha untuk menumpas kekristenan ini, termasuk paulus yang saat itu masih bernama saulus.

Jadi tidak perlu kita heran kalau penghinaan terhadap orang-orang yang percaya Yesus Kristus ini terjadi dimana-mana. Terutama oleh orang-orang yahudi pada saat itu. Dan penghinaan itu berkembang sampai pada penyiksaan dan pembunuhan. Jadi kalau sekedar mengolok-olok pengikut Kristus dengan panggilan kristen, ini mah sudah makanan sehari-hari.

Kembali kepembahasan kita semula, jadi kalau sekarang kita melihat orang kristen memberikan bantuan sosial kepada orang-orang miskin, itu semua tidak diartikan oleh orang-orang kristen tersebut sebagai usaha untuk mengkristenkan mereka. Tidak! Sebab kekristenan dalam konsep agama tidak menyelamatkan, tetapi seseorang baru bisa selamat kalau dia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya dan ini bersumber dari hati. Inilah konsep keselamatan dalam kekristenan.

Orang-orang kristen dalam memberikan bantuan semata-mata karena mengamalkan kasih Yesus kepada mereka yang menerimanya. Tidak lebih dari itu. Dan pemberian ini bersifat tulus tanpa pamrih. Orang kristen yang sungguh-sungguh, dalam memberikan bantuan benar-benar tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dari siapapun. Untuk melihat ketulusan ini dapat saya bandingkan dengan ilustasi berikut ini :

Kita umpamakan ada tiga orang A, B dan C yang sama-sama baik secara manusia. Mereka sama-sama memberikan sedekah kepada si miskin.

Si A beragama X, dalam ajaran agama X, mereka yang menjadi umatnya diwajibkan untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya agar dapat masuk ke sorga. Konsep ini secara tidak langsung telah membuat umatnya untuk berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak mungkin, dengan harapan saat mati dan amalnya ditimbang nanti, moga-moga pahalanya lebih berat sehingga dapat ke sorga.

Sekarang saat si A memberikan sedekah kepada si miskin, meskipun si A tidak mengharapkan kalau si miskin suatu hari nanti membalas sedekahnya, tetapi dalam benak si A dia telah mengharapkan pahala dari tuhannya. Jadi secara tidak langsung, si A telah mengharapkan pamrih dalam pemberiannya kepada si miskin dalam bentuk moga-moga tuhannya memberikan pahala atas “kebaikkannya” itu.

Yang menjadi pertanyaan, si A ini menolong si miskin atau menolong dirinya sendiri? Bukankah pemberian si A kepada si miskin pada dasarnya adalah usaha si A untuk menolong dirinya sendiri untuk bisa masuk ke sorga?
Pemberikan si A dalam hal ini jelas-jelas tidak tulus. Sebab dia memberi dan terlihat seperti membantu si miskin, tetapi pada dasarnya dia sedang membantu dirinya sendiri dengan mengharapkan pahala dari tuhannya.

Begitu juga misalkan si B yang beragama Y. Dalam agama Y yang dianutnya, diajarkan bahwa seseorang akan senantiasa dilahirkan kembali dan terus menderita berulang-ulang sampai dia bisa mencapai nirwana tergantung sejauh mana karma yang telah dia perbuat. Kalau karmanya jelek, maka siap-siaplah untuk menderita dalam kelahirannya kembali. Jadi secara tidak langsung, umatnya dihimbau untuk senantiasa berbuat baik demi karma yang baik agar tidak mengalami kelahiran kembali yang menyengsarakan.

Saat si B memberikan sedekah kepada si miskin, si B berharap telah melakukan karma yang baik. Dan karma baik ini senantiasa selalu berusaha dikumpulkan oleh si B dengan harapan nanti sekiranya harus lahir kembalipun, dia akan mengalami kehidupan yang lebih baik dari pada yang sekarang.

Pertanyaannya, saat si B membantu si miskin, bukankah pada dasarnya si B juga membantu dirinya sendiri demi mengumpulkan karma baiknya? Untuk siapakah karma baiknya itu? Untuk si miskinkah? Ataukah untuk dirinya sendiri?

Saudara, anda dapat melihat bagaimana mereka berbuat baik dengan membantu si miskin. Tetapi apa motivasi dibalik bantuan mereka? Apakah bantuan mereka ini dapat dikatakan tulus? Bisakah saudara lihat kejadian yang sebenarnya dari perbuatan baik mereka ini? Pada dasarnya orang dunia sulit sekali untuk membantu dengan tulus, sebab ada motivasi yang ingin mereka dapatkan dari perbuatan baik mereka untuk diri mereka sendiri.

Sekarang bagaimana dengan si C yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya?

Dalam iman kristen, saat seseorang mengakui dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamatnya, maka saat itu juga dia sudah berpindah dari maut ke dalam hidup.

I Yohanes

3:14. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.

Roma

5:9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Filipi

3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang senada.

Sekarang kembali kepada si C, jika dia berbuat baik dengan memberikan sedekah kepada orang miskin, apa yang ada dalam benak si C? apakah dia mengharapkan pahala buat masuk sorga? Apakah dia mengharapkan karma baik agar sewaktu dilahirkan kembali tidak hidup sengsara?

Tidak saudara! Si C sesuai dengan imannya bahwa saat dia telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya dia telah diselamatkan. Dan sudah dijamin masuk sorga, maka dia tidak lagi memerlukan pahala untuk dapat ke sorga. Dia tidak memerlukan lagi karma baik agar dapat lahir kembali kedunia dengan hidup sejahtera. Tidak!

Dalam iman kristen, saat si C mati nanti, dia telah dipastikan ada di sorga, ini bukan hasil usahanya tetapi semata-mata karunia dari Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia telah memiliki kewargaan sorga itu bahkan saat dia masih hidup di dunia ini.

Jadi pada saat si C berbuat baik, maka perbuatannya itu benar-benar tulus karena tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun dan dari siapapun. Baik dari si miskin yang menerima bantuannya maupun dari Tuhannya.

Yang ada justru saat si C memberikan bantuan kepada si miskin, itu lain tidak adalah cerminan dari rasa syukurnya karena dia merasa telah diselamatkan oleh Tuhan. Rasa suka cita karena telah diselamatkan ini, membuahkan perbuatan yang penuh dengan rasa syukur. Dan rasa syukur inilah yang dia nyatakan dalam setiap sumbangan, sedekah ataupun perbuatan baik lainnya. Inilah perbuatan baik yang setulus-tulusnya karena sama sekali tidak mengharapkan imbalan apapun termasuk dari Tuhan.

Jadi saudara, kita tidak perlu minder melihat bagaimana orang-orang non kristen dalam memberikan sedekah kepada orang lain. Sesungguhnya dan sebenarnya, mereka tidak lain hanya berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.

Kita dapat mengambil pelajaran dari hal ini, semoga untuk seterusnya kalau kita memberikan bantuan, berikanlah dengan rela menurut hati kita. Meskipun kemampuan kita untuk memberi tidak seberapa, jangan pernah lagi kita merasa minder. Karena sesungguhnya pemberian yang tulus adalah pemberian yang tanpa pamrih. Baik pamrih dari manusia maupun dari Tuhan.

Demikianlah sharing kita. Semoga dapat mendewasakan iman kita. Amin.

GBU