Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering melihat orang-orang miskin di sekitar kita. Melihat kehidupan
mereka dapat membuat kita merasa prihatin dan juga menimbulkan rasa iba. Berangkat
dari sinilah maka sebagian orang dapat tergerak hatinya untuk memberikan
sedikit bantuan mereka kepada orang-orang miskin ini, meskipun sebagian yang
lain lebih memilih untuk menegarkan hati mereka, dan membela ketegaran hati
mereka dengan menghakimi si miskin sebagai sipemalas.
Tetapi terlepas dari
itu semua, sebagai orang kristen kita memang dituntut untuk memperhatikan
mereka-mereka yang termarjinalkan seperti demikian. Hal ini tidak saja karena
tuntunan dari hati nurani kita saja tetapi terlebih lagi karena memang telah
menjadi tuntunan dari Tuhan kita.
II Korintus
9:8 Dan Allah sanggup
melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa
berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan.
9:9
Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk
selamanya."
Yakobus
2:5
Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia
ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah
dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
Dari nas di atas,
kepedulian terhadap orang-orang miskin memang harus ada pada kita. Karena itu
saat kita melihat orang-orang kristen memberikan bantuan ataupun sedekah kepada
orang-orang miskin, itu semua mereka lakukan dalam rangka menyatakan kasih
mereka sebagai pengikut Kristus.
Tidak ada motivasi lain
selain daripada menebarkan kasih Yesus kepada sesama manusia.
Hanya saja, ada
sebagian kelompok yang menilai negatif terhadap kasih kristen ini, sehingga
mulai dicurigai sebagai upaya kristenisasi. Aneh, sungguh aneh. Ternyata umat
manusia masih berfikiran bahwa keselamatan itu karena agama seseorang. Cara berfikir
seperti ini sesungguhnya sungguh teramat salah.
Keselamatan seseorang
dalam kekristenan, bukan karena dia beragama kristen. Keselamatan dalam
kekristenan hanya berfokus pada Yesus Kristus. Seseorang yang mengaku beragama
kristen, tidak akan selamat selama dia tidak dapat mengakui dari hatinya
sendiri, bahwa dia percaya Yesus itu Tuhan dan Juru Selamatnya. Karena tidak
sedikit orang-orang yang telah kristen sejak kecil ( karena keturunan ) tetapi
hatinya sendiri tidak dapat mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru
Selamatnya.
Jadi bagaimana mungkin
orang yang menjadi “beragama kristen” dapat masuk sorga? Orang tua sekalipun,
tidak dapat memaksakan anak kandungnya sendiri untuk menjadi kristen. Karena kekristenan
itu harus dari hati orang yang bersangkutan sendiri. Bukan cuma mengaku-ngaku
kalau dia beragama kristen. Ataupun karena dipaksa untuk beragama kristen.
Karena kekristenan itu
bersumber dari hati, jadi bagaimana mungkin bisa terjadi kristenisasi? Apa gunanya
bagi orang yang melakukan kristenisasi itu kalau mereka yang mengaku beragama
kristen tetapi dalam hatinya tidak mau percaya Yesus? Bukankah ini pemikiran
yang naif?
Agama kristen itu
sebenarnya hanyalah sebutan orang-orang dunia ini bagi pengikut Kristus. Sebenarnya
Tuhan Yesus tidak meminta kita beragama kristen. Tuhan Yesus hanya ingin
menyelamatkan kita dan keselamatan itu hanya kita dapatkan dengan mempercayaiNya
sebagai Juru Selamat kita. Sebab hanya Dialah Tuhan yang mampu menyelamatkan.
Karena itu misi Tuhan
Yesus bukanlah mendirikan agama kristen. Tetapi misi Tuhan Yesus adalah agar
kita semua dapat mengenali siapa Dia sesungguhnya dan bagaimana Dia begitu
mengasihi kita sehingga rela mati demi menyelamatkan kita. Dan dengan cara itulah
Dia menjadi Juru Selamat kita.
Lalu mengapa sekarang
orang-orang yang menjadi pengikut Yesus disebut beragama kristen? Orang-orang
dunialah yang menamakan pengikut Yesus itu sebagai kristen (yang artinya
pengikut Kristus yang dipandang hina oleh orang-orang yahudi saat itu). Bukan para
pengikut Yesus sendiri yang menamakan dirinya beragama kristen.
Kisah Para Rasul
11:26
Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil
mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya
disebut Kristen.
Saat awal kekristenan
dimulai, masyarakat sekitar memandang gerakan ini sebagai bidat alias kelompok
sesat. Orang-orang yahudi begitu gencarnya berusaha untuk menumpas kekristenan
ini, termasuk paulus yang saat itu masih bernama saulus.
Jadi tidak perlu kita
heran kalau penghinaan terhadap orang-orang yang percaya Yesus Kristus ini
terjadi dimana-mana. Terutama oleh orang-orang yahudi pada saat itu. Dan penghinaan
itu berkembang sampai pada penyiksaan dan pembunuhan. Jadi kalau sekedar
mengolok-olok pengikut Kristus dengan panggilan kristen, ini mah sudah makanan
sehari-hari.
Kembali kepembahasan
kita semula, jadi kalau sekarang kita melihat orang kristen memberikan bantuan
sosial kepada orang-orang miskin, itu semua tidak diartikan oleh orang-orang
kristen tersebut sebagai usaha untuk mengkristenkan mereka. Tidak! Sebab kekristenan
dalam konsep agama tidak menyelamatkan, tetapi seseorang baru bisa selamat
kalau dia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya dan ini
bersumber dari hati. Inilah konsep keselamatan dalam kekristenan.
Orang-orang kristen
dalam memberikan bantuan semata-mata karena mengamalkan kasih Yesus kepada
mereka yang menerimanya. Tidak lebih dari itu. Dan pemberian ini bersifat tulus
tanpa pamrih. Orang kristen yang sungguh-sungguh, dalam memberikan bantuan
benar-benar tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dari siapapun. Untuk melihat
ketulusan ini dapat saya bandingkan dengan ilustasi berikut ini :
Kita umpamakan ada tiga orang A, B dan C yang sama-sama
baik secara manusia. Mereka sama-sama memberikan sedekah kepada si miskin.
Si A beragama X, dalam ajaran agama X, mereka yang menjadi
umatnya diwajibkan untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya agar dapat masuk ke
sorga. Konsep ini secara tidak langsung telah membuat umatnya untuk
berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak mungkin, dengan harapan saat mati
dan amalnya ditimbang nanti, moga-moga pahalanya lebih berat sehingga dapat ke
sorga.
Sekarang saat si A memberikan sedekah kepada si miskin,
meskipun si A tidak mengharapkan kalau si miskin suatu hari nanti membalas
sedekahnya, tetapi dalam benak si A dia telah mengharapkan pahala dari
tuhannya. Jadi secara tidak langsung, si A telah mengharapkan pamrih dalam
pemberiannya kepada si miskin dalam bentuk moga-moga tuhannya memberikan pahala
atas “kebaikkannya” itu.
Yang menjadi pertanyaan, si A ini menolong si miskin atau
menolong dirinya sendiri? Bukankah pemberian si A kepada si miskin pada
dasarnya adalah usaha si A untuk menolong dirinya sendiri untuk bisa masuk ke
sorga?
Pemberikan si A dalam hal ini jelas-jelas tidak tulus. Sebab
dia memberi dan terlihat seperti membantu si miskin, tetapi pada dasarnya dia sedang
membantu dirinya sendiri dengan mengharapkan pahala dari tuhannya.
Begitu juga misalkan si B yang beragama Y. Dalam agama Y
yang dianutnya, diajarkan bahwa seseorang akan senantiasa dilahirkan kembali
dan terus menderita berulang-ulang sampai dia bisa mencapai nirwana tergantung
sejauh mana karma yang telah dia perbuat. Kalau karmanya jelek, maka
siap-siaplah untuk menderita dalam kelahirannya kembali. Jadi secara tidak
langsung, umatnya dihimbau untuk senantiasa berbuat baik demi karma yang baik
agar tidak mengalami kelahiran kembali yang menyengsarakan.
Saat si B memberikan sedekah kepada si miskin, si B berharap
telah melakukan karma yang baik. Dan karma baik ini senantiasa selalu berusaha
dikumpulkan oleh si B dengan harapan nanti sekiranya harus lahir kembalipun,
dia akan mengalami kehidupan yang lebih baik dari pada yang sekarang.
Pertanyaannya, saat si B membantu si miskin, bukankah pada
dasarnya si B juga membantu dirinya sendiri demi mengumpulkan karma baiknya? Untuk
siapakah karma baiknya itu? Untuk si miskinkah? Ataukah untuk dirinya sendiri?
Saudara, anda dapat
melihat bagaimana mereka berbuat baik dengan membantu si miskin. Tetapi apa
motivasi dibalik bantuan mereka? Apakah bantuan mereka ini dapat dikatakan
tulus? Bisakah saudara lihat kejadian yang sebenarnya dari perbuatan baik
mereka ini? Pada dasarnya orang dunia sulit sekali untuk membantu dengan tulus,
sebab ada motivasi yang ingin mereka dapatkan dari perbuatan baik mereka untuk
diri mereka sendiri.
Sekarang bagaimana dengan si C yang percaya Yesus sebagai
Tuhan dan Juru Selamatnya?
Dalam iman kristen, saat seseorang mengakui dan percaya
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamatnya, maka saat itu juga dia
sudah berpindah dari maut ke dalam hidup.
I Yohanes
3:14.
Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita
mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
Roma
5:9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah
dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka
Allah.
5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh
kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti
akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
10:9 Sebab jika kamu mengaku
dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah
telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10
Karena dengan hati orang percaya dan
dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
Filipi
3:20
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita
menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
Dan masih banyak
ayat-ayat lainnya yang senada.
Sekarang kembali kepada si C, jika dia berbuat baik dengan
memberikan sedekah kepada orang miskin, apa yang ada dalam benak si C? apakah
dia mengharapkan pahala buat masuk sorga? Apakah dia mengharapkan karma baik
agar sewaktu dilahirkan kembali tidak hidup sengsara?
Tidak saudara! Si C sesuai dengan imannya bahwa saat dia
telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya dia telah diselamatkan. Dan
sudah dijamin masuk sorga, maka dia tidak lagi memerlukan pahala untuk dapat ke
sorga. Dia tidak memerlukan lagi karma baik agar dapat lahir kembali kedunia
dengan hidup sejahtera. Tidak!
Dalam iman kristen, saat si C mati nanti, dia telah
dipastikan ada di sorga, ini bukan hasil usahanya tetapi semata-mata karunia
dari Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia telah memiliki kewargaan sorga itu
bahkan saat dia masih hidup di dunia ini.
Jadi pada saat si C berbuat baik, maka perbuatannya itu
benar-benar tulus karena tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun dan dari
siapapun. Baik dari si miskin yang menerima bantuannya maupun dari Tuhannya.
Yang ada justru saat si C memberikan bantuan kepada si
miskin, itu lain tidak adalah cerminan dari rasa syukurnya karena dia merasa
telah diselamatkan oleh Tuhan. Rasa suka cita karena telah diselamatkan ini,
membuahkan perbuatan yang penuh dengan rasa syukur. Dan rasa syukur inilah yang
dia nyatakan dalam setiap sumbangan, sedekah ataupun perbuatan baik lainnya. Inilah
perbuatan baik yang setulus-tulusnya karena sama sekali tidak mengharapkan
imbalan apapun termasuk dari Tuhan.
Jadi saudara, kita
tidak perlu minder melihat bagaimana orang-orang non kristen dalam memberikan
sedekah kepada orang lain. Sesungguhnya dan sebenarnya, mereka tidak lain hanya
berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.
Kita dapat mengambil
pelajaran dari hal ini, semoga untuk seterusnya kalau kita memberikan bantuan,
berikanlah dengan rela menurut hati kita. Meskipun kemampuan kita untuk memberi
tidak seberapa, jangan pernah lagi kita merasa minder. Karena sesungguhnya
pemberian yang tulus adalah pemberian yang tanpa pamrih. Baik pamrih dari
manusia maupun dari Tuhan.
Demikianlah sharing
kita. Semoga dapat mendewasakan iman kita. Amin.
GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar