Saya yakin,
masih sangat banyak dari antara kita yang menyebut dirinya percaya Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya, masih memiliki kebimbangan dalam
hati kecilnya, yang akhirnya bermuara pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini:
“apa benar, semua dosa saya telah di ampuni?”; “Apa benar nantinya saya bisa
masuk sorga?” dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya.
Mengapa bisa
timbul semua kebimbangan seperti itu? Apa sebenarnya yang mereka pahami tentang
penebusan Yesus itu sendiri? Dan apa sebenarnya yang telah Tuhan Yesus perbuat
atas semua dosa-dosa umat manusia?
Orang yang
menjadi kristen dan percaya Yesus, ternyata sangat sedikit yang mau mencoba
mengenal lebih dalam siapa Yesus dan apa yang telah Tuhan Yesus perbuat bagi
manusia. Sebagian besar mereka yang telah menerima Yesus hanya mengenal Yesus
dari luar saja. Yaitu bahwa Yesus itu Tuhan, bahwa Yesus itu datang untuk
menebus dosa-dosa kita, bahwa jikalau kita mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juru Selamat kita, maka kita akan di jamin masuk sorga. Dan sebagainya.
Tetapi tahukah
kita, apa dan bagaimana caranya dosa-dosa kita bisa ditebus oleh Yesus? Apakah
dengan mengakuiNya saja dosa kita telah tertebus? Apakah ada alur logika yang
dapat menjelaskan proses penebusan itu?
Tentang dosa, kita
semua telah berdosa dan ini adalah fakta. Lantas apa kata Alkitab tentang dosa?
Yakobus
1:15 Dan apabila keinginan itu telah
dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan
maut.
Roma
6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang
kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
I Korintus
15:56
Sengat maut ialah dosa dan kuasa
dosa ialah hukum Taurat.
Dosa akan
melahirkan maut. Yaitu kematian baik jasmani maupun rohani. Dosa baru lunas di
bayar kalau orang yang bersangkutan telah mengalami kematian. Sebab upah dosa
adalah maut, yaitu kematian. Selama orang tersebut masih hidup, maka selama itu
juga dia berada di bawah kuasa dosa. Setelah orang tersebut mati, maka kuasa
dosa tidak ada lagi pada dirinya. Sebab hutang dosa telah lunas dia bayar
dengan kematiannya. Inilah hakekat dosa sebenarnya yang membimbing kita pada
kematian rohani karena mati dalam keadaan berdosa.
Dan celakalah
kita karena kematian hanya datang satu kali pada kita. Tidak ada kesempatan
kedua sehingga kita dapat diselamatkan. Alkitab sendiri telah menyatakan
bagaimana kesudahan kita setelah mengalami kematian.
Ibrani
9:27 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu
kali saja, dan sesudah itu dihakimi,
Tuhan telah
menetapkan kita untuk mati satu kali dan setelah itu masuk pada penghakiman.
Iman kita tidak mengenal yang namanya inkarnasi yaitu hidup berulang secara
terus menerus. Karena itu jika kita mati saat ini, maka kita akan tetap
menunggu untuk masa penghakiman.
Yesus memang
datang untuk menebus dosa kita, tetapi melalui jalan bagaimana kita mendapatkan
penebusan itu? Selama ini kita cuma tahu bahwa Yesus mati di kayu salib untuk
menebus dosa kita, tanpa sekalipun kita paham apa dan bagaimana caranya Tuhan
kita Yesus Kristus memungkinkan kita hidup dengan dosa yang telah lunas
terbayar.
Ketidak-tahuan
kita ini sering membuat kita pada akhirnya merasa tidak yakin akan apa yang
kita sendiri berusaha yakini. Tidak sedikit diantara kita walaupun mulutnya
menyatakan “saya yakin mati masuk sorga” tetapi di hati kecilnya sendiri timbul
keraguan yang selalu berusaha dia tekan sedapat mungkin.
Itulah mengapa
masih banyak orang-orang kristen yang katanya yakin mati pasti masuk sorga tetapi
setiap minggu merasa selalu wajib berdoa agar Tuhan mengampuni lagi
dosa-dosanya. Kalau yang bersangkutan yakin mati masuk sorga, lalu buat apa
masih merasa memiliki dosa-dosa dan selalu minta pengampunan sekali lagi dan
lagi dan lagi setiap minggunya? Buat apa? Apakah dia mulai berfikir kalau nanti
mati dan belum sempat minta pengampunan bisa ke neraka? Katanya yakin mati
masuk sorga?.... (mohon saudara membaca buku sharing ke V dengan judul “Doa
Pengampunan Dosa”)
Saudara
terkasih, Yesus telah membuka jalan bagi penebusan dosa kita. Kematian Yesus di
kayu salib itu wajib terjadi demi penebusan kita. Intinya disini adalah
kematianNya. Bukan masalah diatas kayu salib atau tidak, tetapi KEMATIANNYA!
Karena dengan
kematian itu, gerbang penebusan sudah terbuka lebar bagi kita. Masalahnya di
mana koneksitas kita dengan gerbang itu?
Koneksitasnya
ada pada ayat berikut :
Roma
6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita
semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
6:4 Dengan
demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam
kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Saat kita
percaya Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat kita, maka kitapun di baptis (mohon
baca buku sharing ke V dengan judul “Baptis”)
Pembaptisan ini
memiliki arti rohani bukan jasmani. Seperti nas di atas, pembaptisan orang
percaya adalah pembaptisan yang memungkinkan orang tersebut “mati” bersama-sama
Yesus.
Mati bersama
Yesus inilah “pembayaran” kita – yaitu kematian – atas maut, buah dari dosa yang telah matang
itu, dimana dosa itu sendiri mendapatkan kuasanya dari hukum Taurat.
I Korintus 15
15:56
Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Bahasa
sederhananya begini, hukum Taurat, apabila dilanggar akan mendatangkan dosa.
Dan dosa yang telah dihasilkan ini, bagaikan buah yang mentah. Dia akan terus
menerus seperti di peram hingga matang. Saat matang, maka mautlah yang
dihasilkannya. Jadi kalau ditanya mengapa ada maut, karena ada dosa yang
diperbuat orang itu, lalu mengapa ada dosa? Karena orang itu telah melanggar
hukum Taurat. Tanpa hukum Taurat, maka dosa tidak memiliki kuasa. Jikalau
begitu untuk apa hukum Taurat itu? (mohon saudara membaca buku sharing ke VI
dengan judul “Hukum Taurat, Dulu dan Sekarang”)
Sebagai
ilustrasi agar lebih mudah dipahami saya berikan begini :
jika
saudara memacu sepeda motor saudara dengan kecepatan 120 km/jam di sircuit,
saudara tidak melanggar hukum dalam hal ini. Sebab di sircuit tidak ada batasan
maximum kecepatan. Tetapi jika besoknya, di sircuit itu dipasang pengumuman
dari pihak berwenang bahwa kecepatan maximum yang di ijinkan adalah 80 km/jam,
dan saudara masih juga memacu dengan kecepatan 120 km/jam, bukankah saudara
telah melanggar hukum?
Dalam
hal ini pihak berwenang mempunyai hak untuk memenjarakan saudara karena pihak
berwenang telah memiliki kuasa oleh peraturan itu? Saat peraturan itu belum
ada, walaupun saudara ngebut didepan hidung petugas, dia tidak memiliki hak
untuk menangkap saudara. Tetapi beda ceritanya setelah peraturan (hukum) itu
ada. Saudara dapat di tangkap.
Kembali ke pokok
bahasan di atas, maka saat kita dibaptis, sama artinya kita telah “mati”.
Sekarang kita hidup. Hidup kita yang sekarang ini adalah “hidup setelah
kematian”. Kehidupan kita sekarang ini adalah kehidupan di dalam Yesus. Sebab
kita telah mati di dalam Yesus.
Masalah dosa?
Itu sudah lunas dengan “kematian” kita di dalam Yesus.
Dosa telah
dibayar lunas dengan “kematian” kita di dalam Yesus. Dosa tidak memiliki kuasa
lagi atas kita karena kita telah “mati” sesuai tuntutan dari hukum Taurat atas
dosa.
Roma
6:7
Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
6:14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi
oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah
kasih karunia.
Kehidupan kita
setelah kematian ini memang masih di dunia yang sama, tetapi kita telah hidup
di bawah kasih karunia Tuhan. Dan untuk itu kita telah bebas dari kuasa dosa.
Kalau mau diibaratkan dosa itu mungkin bisa kita umpamakan seperti “bisa ular”.
Dulu, jika kita
dipatuk ular berbisa (beracun), maka bisanya itu dapat dengan segera membunuh
kita. Tetapi saat kita telah mendapatkan suntikan anti bisa ular (serum) maka
gigitan ular tadi tidak lagi memiliki efek mematikan bagi kita. Berapa kalipun
kita dipatuk ular itu, kita tidak akan mengalami kematian karena bisanya tidak
lagi memiliki kuasa mematikan bagi kita.
Kehidupan kita
setelah “kematian” bersama Yesus tidak berarti membuat kita dapat hidup tanpa
menghasilkan perbuatan dosa lagi. Tidak! Kita dapat saja melakukan perbuatan
dosa lagi. Meskipun kita sangat ingin untuk hidup kudus tanpa menghasilkan
perbuatan dosa lagi. Tetapi selama kita masih hidup dalam daging duniawi ini,
perbuatan yang kita anggap sudah baik sekalipun tetap masih bisa menghasilkan
dosa. Rasul paulus telah mengalami pergumulan ini juga.
Roma
7:19
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat,
melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
7:24
Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
Jadi tidak
seorangpun yang dapat hidup sampai akhir hayatnya dapat menghindari perbuatan
yang menghasilkan dosa. Sebab jika memang bisa demikian, maka Yesus tidak perlu
mati untuk menebus dosa kita.
Apa bedanya kita
hidup tanpa berbuat dosa setelah kita terima Yesus dan sebelum kita terima
Yesus? Kalau seandainya kita mampu hidup tanpa berbuat dosa lagi setelah terima
Yesus, bukankah hal yang sama dapat juga kita lakukan sebelum kita terima
Yesus? Tetapi karena kita memang tidak akan mampu hidup tanpa berbuat dosa
lagilah makanya Yesus perlu turun dan mati bagi kita.
Namun begitu,
walaupun dosa tidak lagi berkuasa atas kita, janganlah diantara kita ada yang
berani berpendapat bahwa orang kristen bisa bebas berbuat dosa. Jangan pernah!
Sebab ada lubang maut di situ!
Ibrani
10:26
Sebab jika kita sengaja berbuat dosa,
sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
10:27
Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang
dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.
Apakah kita
masih berani mempermainkan kasih karunia Tuhan ini?
Jaminan kita
untuk hidup kekal di sorga telah kita peroleh. Jagalah jaminan itu dengan
sebaik-baiknya. Bersyukurlah karena Tuhan kita Yesus Kristus telah membuka
gerbang keselamatan itu buat kita. Sehingga memungkinkan kita mengalami
“kematian” melalui pembaptisan untuk membayar lunas hutang dosa kita. Untuk
selanjutnya, hidup kita ini adalah hidup yang tidak lagi berada dalam kekuasaan
dosa. Pergunakanlah hidup kita dengan sebaik-baiknya untuk kemuliaan Tuhan.
Jangan ada lagi
pada kita keraguan tentang keselamatan kita. Tuhan Yesus bekerja tidak
setengah-setengah. Dia bekerja dengan tuntas. Saat Dia memberikan kita anugerah
keselamatan, maka anugerah keselamatan itu sempurna adanya.
Hanya satu yang
perlu kita jaga, jangan pernah berfikir untuk sengaja berbuat dosa. Ingat nas
di atas. “TIDAK ADA LAGI PENGAMPUNAN” setelahnya.
Akhir kata,
sekiranya saudara berbeda pendapat biarlah saudara tetap berpegang pada iman
saudara itu. Tidak ada pemaksaan apapun dalam hal ini, kita sama-sama belajar
untuk mendewasakan iman kita. Segala kemuliaan hanya bagi Bapa di Sorga. Mohon
ampunan Bapa sekiranya apa yang saya pahami saat ini tidak benar.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar