Lukas 17
17:11. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus
menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.
17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh
orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh
17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah
kami!"
17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata:
"Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara
mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.
17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia
telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,
17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan
mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.
17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh
orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali
untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu:
"Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Ayat di atas mengawali pembahasan
kita kali ini tentang KKR (kebaktian kebangunan rohani). Saudara terkasih, KKR
ini sangat baik untuk kita ikuti sebagai orang percaya. Karena dengan
meluangkan waktu beberapa jam yang ada pada kita, kerohanian kita dapat
disegarkan kembali.
Tidak sedikit di antara kita yang
mengalami kelesuan rohani karena rutinitas kita. Baik itu dalam pekerjaan,
keseharian kita, maupun kehidupan kerohanian kita yang mungkin disebabkan karena kebaktian yang kita ikuti
digereja cendrung bersifat monoton. Hal ini kalau telah dijalani oleh kita
selama bertahun-tahun, disadari ataupun tidak akan dapat menimbulkan tingkat
kejenuhan karena kemonotonannya itu. Ini bukan salah kekristenan, saya lebih
cendrung melihatnya sebagai keterbatasan dari tata cara kebaktian yang dikemas
oleh denominasi yang bersangkutan karena aturan organisasinya. Tidak gampang
untuk merobahnya memang! Karena itulah saya katakan di sini sebagai
“keterbatasan”.
Sebagian jemaat mungkin malahan
sampai pada tingkatan dimana dia merasa perlu untuk pindah ke gereja lain yang
juga berdenominasi lain hanya untuk mendapatkan kesegaran rohani. Ini tidak
salah. Malah dapat saya katakan hal yang cukup positif selama gereja dan
denominasi yang dituju itu adalah gereja Tuhan juga. (dibandingkan bila yang
bersangkutan memutuskan untuk tidak berjemaat digereja manapun),
Keputusan seperti di atas ini
bahkan tidak hanya terjadi pada anak-anak muda saja, tapi juga tidak sedikit
orang dewasa yang turut merasakannya, dan merasa perlu untuk mengambil tindakan
serupa. Yang menjadi permasalahannya adalah, seandainya gereja yang menarik
minat mereka itu bukanlah gereja Tuhan, apa yang akan terjadi? Harus kita
sadari bahwa penyesat-penyesat itu memang bekerja di antara kita. Bahkan sudah
dimulai jauh sejak jaman para rasul.
Jadi memang sudah seharusnya kita
memikirkan tindakan apa saja yang harus kita perbuat agar jemaat yang ada pada
kita dapat terpenuhi kerinduannya akan firman Tuhan, kerohaniannya dapat
disegarkan dan terutama keimanannya dapat tumbuh dewasa. Ini yang penting!
Pada sebagian orang melihat,
bahwa jalan ini dapat ditempuh dengan mengadakan KKR ataupun seminar kerohanian.
Hal ini dipandang baik karena dapat melakukan model kebaktian yang berbeda dari
biasanya namun tanpa merubah tata cara kebaktian yang ada pada gereja yang
bersangkutan. Ok ok saja pandangan seperti itu. Apalagi bila KKR diadakan
biasanya akan terbuka untuk umum. Jadi jemaat dari segala denominasi dapat
hadir dan beribadat bersama di sana. Bahkan tidak sedikit juga orang yang belum
percaya dapat dipertobatkan di sana.
Sekarang mari kita kupas apa saja
yang kasat mata terlihat pada KKR. Kebaktian kebangunan rohani atau yang lebih
dikenal dengan KKR adalah kegiatan yang sangat positif bagi membangun
kerohanian jemaat. Karena kerinduan jemaatlah maka pada setiap KKR yang
diadakan hampir selalu penuh sesak oleh pesertanya. Bahkan sebagian pesertanya
malahan datang dari luar kota. Wow!, suatu cerminan kerinduan yang luar biasa
rupanya. Siapapun yang melihat tingkat kehadiran pada KKR yang diadakan seperti
ini akan dapat berkomentar “KKR yang sukses”. Apa benar demikian?
Yang patut kita cermati di sini
adalah, apakah tingkat kehadiran yang membludak itu dapat dijadikan patokkan
sebagai tingkat keberhasilan dari KKR yang diadakan? Belum tentu saudara…
Adakah mereka yang hadir itu betul-betul rindu akan firman Tuhan? Rindu akan
kesegaran rohaninya? Atau cuma rindu akan kesembuhan dari penyakit yang mereka
derita saja? Bukan rahasia lagikan, kalau setiap diadakan KKR hampir selalu
dibungkus dengan “mujizat kesembuhan” yang selalu diklaim dari Tuhan? Lebih
celaka lagi bila yang hadir pada KKR tersebut cuma rindu pada artis yang turut
disertakan entah sebagai apa di dalam KKR tersebut.
Jadi dengan mengikuti KKR seperti
itu apa tujuan dari KKR yang sebenarnya telah tercapai? Yaitu kebangunan
rohani. Saudara terkasih, kalau pemahaman akan firman Tuhan yang seharusnya menjadi
bintang dari suatu KKR tidak tercapai, dan justru sebaliknya jemaat yang
berbondong-bondong itu datang hanya karena rindu pada kesembuhan penyakitnya
saja, maka KKR itu telah gagal.
Karena kalau kesembuhan yang
menjadi tujuan jemaat untuk datang pada KKR yang diadakan, ini akan menjadi
sangat berbahaya sekali jikalau kesembuhan yang mereka dambakan itu tidak
mereka peroleh. Tidak sedikit kekecewaan yang mereka dapatkan akan berbuah pada
keraguan akan firman Tuhan. Dan lebih celaka lagi kalau setelah “gagal” dengan
kesembuhan dari KKR yang mereka ikuti ini, karena pengaruh seseorang, mereka
justru mendapatkan ”kesembuhan” dari dukun atau tokoh “agama dunia” ini.
KKR haruslah diadakan tanpa
janji-janji apapun. Baik itu kesembuhan ataupun pelayanan dari artis-artis
terkenal. Adalah lebih baik bila melibatkan pelayan-pelayan Allah yang memang
diurapi untuk itu. Penyampaian firman Tuhan harus menjadi focus utama dari KKR
tersebut dan kesembuhan ilahi haruslah menjadi buah dari iman, bukan sebaliknya
menjadi fokus yang dicari jemaat.
Tuhan kita mampu menyembuhkan
semua penyakit yang ada di dunia ini. Bahkan itu terlalu kecil bagi-Nya. Namun
yang harus jemaat ketahui adalah tidak semua penyakit yang kita derita harus
disembuhkan Tuhan, ada kalanya penyakit itu memang lebih baik ada pada diri
kita. Karena apapun yang terjadi pada diri kita orang percaya, semua atas
seijin Tuhan. Seperti apa yang dialami rasul Paulus dalam ayat berikut :
II Korintus 12
12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena
penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam
dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan
meninggikan diri.
Dalam terjemahan bahasa
sehari-harinya sbb:
12:7 Tetapi supaya saya jangan terlalu sombong karena
penglihatan-penglihatan yang luar biasa itu, saya diberikan semacam penyakit
pada tubuh saya yang merupakan alat Iblis. Penyakit itu diberikan untuk memukul
saya supaya saya tidak menjadi sombong.
Saudara yang terkasih, haruslah
kita sadari bahwa KKR bukanlah sarana untuk mendemonstrasikan kesembuhan yang
berasal dari Tuhan. Tuhan kita Yesus Kristus tidak pernah mendemonstrasikan
mujizat-Nya. Karena itu sudah selayaknyalah di dalam menghadiri KKR, bukanlah
kesembuhan dari penyakit kita yang kita cari. Tetapi carilah pertumbuhan iman,
dan buah dari iman itulah yang akan menyembuhkan kita. Sekali lagi, jangan
selalu diartikan dalam kesembuhan fisik!
Rasul kita Paulus, di dalam
kesadarannya akan kehendak Tuhan telah mengalami kesembuhannya sendiri. Bukan
fisik! Tetapi rohaninyalah yang terutama disembuhkan. Demikianlah juga
seharusnya pada diri kita, sembuhkanlah rohani kita dan janganlah segala
sesuatu dinilai dari yang terlihat, fisik! Hal ini dapat kita temui di ayat
berikut :
II Korintus 12
12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru
kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya
kuasa Kristus turun menaungi aku.
12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,
di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh
karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Jadi saudara, saya tidak
mengatakan KKR yang di dalamnya turut menjanjikan kesembuhan itu jelek, tetapi
alangkah baiknya kalau jemaat yang menghadiri KKR tersebut lebih difokuskan
pada pemberitaan firman Tuhan, sehingga mereka lebih mengenal Tuhannya dan apa
kehendak-kehendak-Nya.
Sedikit informasi, ada juga orang
yang telah mengikuti KKR yang menitik beratkan pada penyembuhan fisik,
mengalami kekecewaan karena ternyata setelah didoakan berkali-kali, mereka
tetap tidak sembuh juga. Bahkan mungkin ada yang telah meragukan tentang
kesembuhan dengan cara seperti ini dan menganggap sebagian orang yang telah
disembuhkan di dalam KKR seperti ini pada dasarnya hanya mengalami sugesti
saja. Artinya apa ini? Artinya orang tersebut sudah tidak percaya bahwa Tuhan
sanggup menyembuhkan seseorang dengan cara demikian (melalui penumpangan tangan
pada KKR)
Dan bila ada suara sumbang yang
mengatakan “kesembuhan yang didapat pada KKR itu tergantung pada tingkat
keimanan yang bersangkutan pada Tuhan”, ini lebih celaka lagi. Karena mungkin
saja sebagian jemaat dapat bersikap munafik dengan seolah-olah merasa sembuh,
agar dapat dipandang sebagai orang yang memiliki tingkat keimanan yang baik.
Selain itu, sebagian orang yang
benar-benar sembuhpun – terutama orang yang baru mau mengenal Kristus – tidak
mendapatkan pelayanan yang semestinya setelah masa KKR berakhir. Hal ini karena
biasanya semua orang yang mengikuti KKR tersebut tidak didata apapun, sehingga
tidak ada identitas apapun yang dapat digunakan untuk menghubungi yang
bersangkutan dalam rangka memberikan bimbingan rohani lebih lanjut. Sehingga
wajar saja kalau mereka kembali kepada rutinitas kehidupan mereka semula.
Karena begitu KKR selesai, maka selesailah segala sesuatunya. Keberhasilan
hanya diukur berapa banyak yang hadir tanpa melihat berapa banyak yang telah
memahami firman Tuhan, dan bagaimana tindak lanjutnya kepada petobat-petobat
baru.
Jadi sama seperti ayat pembuka di
atas, bahwa orang yang telah disembuhkan tidak semuanya kembali kepada Tuhan Yesus
Kristus. Hanya satu orang saja dari sepuluh orang yang telah mendapatkan
kesembuhan fisik yang kembali kepada Tuhan Yesus Kristus, demikianlah juga yang
banyak terjadi pada KKR-KKR yang hanya menitik beratkan pada kuasa mujizat
kesembuhan saja. Karena itu Saudara, carilah kesembuhan rohani. Karena hanya
kesembuhan rohanilah yang dapat membuat kita semua kembali kepada Tuhan Yesus,
bukan kesembuhan fisik!
Alangkah baiknya mulai sekarang,
apabila jemaat hanya mencari kesembuhan rohani pada KKR dan jangan lagi hanya
terpaku pada kesembuhan fisik. Juga konsep KKR sudah seharusnya diluruskan
kembali kepada arti dari konsep itu sendiri yaitu Kebaktian Kebangunan Rohani.
Dengan demikian, akan ada masanya dimana semua peserta dari suatu KKR akan
dengan suka cita mengatakan “saya sembuh atau tidak sembuh dari penyakit saya,
Yesus adalah tetap Tuhan saya!”
Halleluyah…..
Yakobus 1
1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan
bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Pelaku firman, artinya kita
bertindak dinamis. Jangan statis! Sehingga dengan demikian kita tidak akan
mengalami kelesuhan rohani lagi serta hanya menggantungkan kesegaran rohani
kita pada KKR saja.
KKR itu baik, tetapi akan lebih
baik lagi bila kita menjadi pelaku firman karena dengan begitu akan ada air
hidup yang mengalir dalam diri kita dan akan selalu membuat rohani kita segar.
Yohanes 4
4:14 tetapi
barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata
air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang
kekal."
Salam dalam kasih Yesus.
Semoga sharing ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar