Translate

Jumat, 24 Agustus 2012

K K R


Lukas 17

17:11. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.
17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh
17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"
17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.
17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,
17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.
17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Ayat di atas mengawali pembahasan kita kali ini tentang KKR (kebaktian kebangunan rohani). Saudara terkasih, KKR ini sangat baik untuk kita ikuti sebagai orang percaya. Karena dengan meluangkan waktu beberapa jam yang ada pada kita, kerohanian kita dapat disegarkan kembali.

Tidak sedikit di antara kita yang mengalami kelesuan rohani karena rutinitas kita. Baik itu dalam pekerjaan, keseharian kita, maupun kehidupan kerohanian kita yang mungkin  disebabkan karena kebaktian yang kita ikuti digereja cendrung bersifat monoton. Hal ini kalau telah dijalani oleh kita selama bertahun-tahun, disadari ataupun tidak akan dapat menimbulkan tingkat kejenuhan karena kemonotonannya itu. Ini bukan salah kekristenan, saya lebih cendrung melihatnya sebagai keterbatasan dari tata cara kebaktian yang dikemas oleh denominasi yang bersangkutan karena aturan organisasinya. Tidak gampang untuk merobahnya memang! Karena itulah saya katakan di sini sebagai “keterbatasan”.

Sebagian jemaat mungkin malahan sampai pada tingkatan dimana dia merasa perlu untuk pindah ke gereja lain yang juga berdenominasi lain hanya untuk mendapatkan kesegaran rohani. Ini tidak salah. Malah dapat saya katakan hal yang cukup positif selama gereja dan denominasi yang dituju itu adalah gereja Tuhan juga. (dibandingkan bila yang bersangkutan memutuskan untuk tidak berjemaat digereja manapun),

Keputusan seperti di atas ini bahkan tidak hanya terjadi pada anak-anak muda saja, tapi juga tidak sedikit orang dewasa yang turut merasakannya, dan merasa perlu untuk mengambil tindakan serupa. Yang menjadi permasalahannya adalah, seandainya gereja yang menarik minat mereka itu bukanlah gereja Tuhan, apa yang akan terjadi? Harus kita sadari bahwa penyesat-penyesat itu memang bekerja di antara kita. Bahkan sudah dimulai jauh sejak jaman para rasul.

Jadi memang sudah seharusnya kita memikirkan tindakan apa saja yang harus kita perbuat agar jemaat yang ada pada kita dapat terpenuhi kerinduannya akan firman Tuhan, kerohaniannya dapat disegarkan dan terutama keimanannya dapat tumbuh dewasa. Ini yang penting!

Pada sebagian orang melihat, bahwa jalan ini dapat ditempuh dengan mengadakan KKR ataupun seminar kerohanian. Hal ini dipandang baik karena dapat melakukan model kebaktian yang berbeda dari biasanya namun tanpa merubah tata cara kebaktian yang ada pada gereja yang bersangkutan. Ok ok saja pandangan seperti itu. Apalagi bila KKR diadakan biasanya akan terbuka untuk umum. Jadi jemaat dari segala denominasi dapat hadir dan beribadat bersama di sana. Bahkan tidak sedikit juga orang yang belum percaya dapat dipertobatkan di sana.

Sekarang mari kita kupas apa saja yang kasat mata terlihat pada KKR. Kebaktian kebangunan rohani atau yang lebih dikenal dengan KKR adalah kegiatan yang sangat positif bagi membangun kerohanian jemaat. Karena kerinduan jemaatlah maka pada setiap KKR yang diadakan hampir selalu penuh sesak oleh pesertanya. Bahkan sebagian pesertanya malahan datang dari luar kota. Wow!, suatu cerminan kerinduan yang luar biasa rupanya. Siapapun yang melihat tingkat kehadiran pada KKR yang diadakan seperti ini akan dapat berkomentar “KKR yang sukses”. Apa benar demikian?

Yang patut kita cermati di sini adalah, apakah tingkat kehadiran yang membludak itu dapat dijadikan patokkan sebagai tingkat keberhasilan dari KKR yang diadakan? Belum tentu saudara… Adakah mereka yang hadir itu betul-betul rindu akan firman Tuhan? Rindu akan kesegaran rohaninya? Atau cuma rindu akan kesembuhan dari penyakit yang mereka derita saja? Bukan rahasia lagikan, kalau setiap diadakan KKR hampir selalu dibungkus dengan “mujizat kesembuhan” yang selalu diklaim dari Tuhan? Lebih celaka lagi bila yang hadir pada KKR tersebut cuma rindu pada artis yang turut disertakan entah sebagai apa di dalam KKR tersebut.

Jadi dengan mengikuti KKR seperti itu apa tujuan dari KKR yang sebenarnya telah tercapai? Yaitu kebangunan rohani. Saudara terkasih, kalau pemahaman akan firman Tuhan yang seharusnya menjadi bintang dari suatu KKR tidak tercapai, dan justru sebaliknya jemaat yang berbondong-bondong itu datang hanya karena rindu pada kesembuhan penyakitnya saja, maka KKR itu telah gagal.

Karena kalau kesembuhan yang menjadi tujuan jemaat untuk datang pada KKR yang diadakan, ini akan menjadi sangat berbahaya sekali jikalau kesembuhan yang mereka dambakan itu tidak mereka peroleh. Tidak sedikit kekecewaan yang mereka dapatkan akan berbuah pada keraguan akan firman Tuhan. Dan lebih celaka lagi kalau setelah “gagal” dengan kesembuhan dari KKR yang mereka ikuti ini, karena pengaruh seseorang, mereka justru mendapatkan ”kesembuhan” dari dukun atau tokoh “agama dunia” ini.

KKR haruslah diadakan tanpa janji-janji apapun. Baik itu kesembuhan ataupun pelayanan dari artis-artis terkenal. Adalah lebih baik bila melibatkan pelayan-pelayan Allah yang memang diurapi untuk itu. Penyampaian firman Tuhan harus menjadi focus utama dari KKR tersebut dan kesembuhan ilahi haruslah menjadi buah dari iman, bukan sebaliknya menjadi fokus yang dicari jemaat.

Tuhan kita mampu menyembuhkan semua penyakit yang ada di dunia ini. Bahkan itu terlalu kecil bagi-Nya. Namun yang harus jemaat ketahui adalah tidak semua penyakit yang kita derita harus disembuhkan Tuhan, ada kalanya penyakit itu memang lebih baik ada pada diri kita. Karena apapun yang terjadi pada diri kita orang percaya, semua atas seijin Tuhan. Seperti apa yang dialami rasul Paulus dalam ayat berikut :

II Korintus 12

12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Dalam terjemahan bahasa sehari-harinya sbb:

12:7 Tetapi supaya saya jangan terlalu sombong karena penglihatan-penglihatan yang luar biasa itu, saya diberikan semacam penyakit pada tubuh saya yang merupakan alat Iblis. Penyakit itu diberikan untuk memukul saya supaya saya tidak menjadi sombong.

Saudara yang terkasih, haruslah kita sadari bahwa KKR bukanlah sarana untuk mendemonstrasikan kesembuhan yang berasal dari Tuhan. Tuhan kita Yesus Kristus tidak pernah mendemonstrasikan mujizat-Nya. Karena itu sudah selayaknyalah di dalam menghadiri KKR, bukanlah kesembuhan dari penyakit kita yang kita cari. Tetapi carilah pertumbuhan iman, dan buah dari iman itulah yang akan menyembuhkan kita. Sekali lagi, jangan selalu diartikan dalam kesembuhan fisik!

Rasul kita Paulus, di dalam kesadarannya akan kehendak Tuhan telah mengalami kesembuhannya sendiri. Bukan fisik! Tetapi rohaninyalah yang terutama disembuhkan. Demikianlah juga seharusnya pada diri kita, sembuhkanlah rohani kita dan janganlah segala sesuatu dinilai dari yang terlihat, fisik! Hal ini dapat kita temui di ayat berikut :

II Korintus 12

12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Jadi saudara, saya tidak mengatakan KKR yang di dalamnya turut menjanjikan kesembuhan itu jelek, tetapi alangkah baiknya kalau jemaat yang menghadiri KKR tersebut lebih difokuskan pada pemberitaan firman Tuhan, sehingga mereka lebih mengenal Tuhannya dan apa kehendak-kehendak-Nya.

Sedikit informasi, ada juga orang yang telah mengikuti KKR yang menitik beratkan pada penyembuhan fisik, mengalami kekecewaan karena ternyata setelah didoakan berkali-kali, mereka tetap tidak sembuh juga. Bahkan mungkin ada yang telah meragukan tentang kesembuhan dengan cara seperti ini dan menganggap sebagian orang yang telah disembuhkan di dalam KKR seperti ini pada dasarnya hanya mengalami sugesti saja. Artinya apa ini? Artinya orang tersebut sudah tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan seseorang dengan cara demikian (melalui penumpangan tangan pada KKR)

Dan bila ada suara sumbang yang mengatakan “kesembuhan yang didapat pada KKR itu tergantung pada tingkat keimanan yang bersangkutan pada Tuhan”, ini lebih celaka lagi. Karena mungkin saja sebagian jemaat dapat bersikap munafik dengan seolah-olah merasa sembuh, agar dapat dipandang sebagai orang yang memiliki tingkat keimanan yang baik.

Selain itu, sebagian orang yang benar-benar sembuhpun – terutama orang yang baru mau mengenal Kristus – tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya setelah masa KKR berakhir. Hal ini karena biasanya semua orang yang mengikuti KKR tersebut tidak didata apapun, sehingga tidak ada identitas apapun yang dapat digunakan untuk menghubungi yang bersangkutan dalam rangka memberikan bimbingan rohani lebih lanjut. Sehingga wajar saja kalau mereka kembali kepada rutinitas kehidupan mereka semula. Karena begitu KKR selesai, maka selesailah segala sesuatunya. Keberhasilan hanya diukur berapa banyak yang hadir tanpa melihat berapa banyak yang telah memahami firman Tuhan, dan bagaimana tindak lanjutnya kepada petobat-petobat baru.

Jadi sama seperti ayat pembuka di atas, bahwa orang yang telah disembuhkan tidak semuanya kembali kepada Tuhan Yesus Kristus. Hanya satu orang saja dari sepuluh orang yang telah mendapatkan kesembuhan fisik yang kembali kepada Tuhan Yesus Kristus, demikianlah juga yang banyak terjadi pada KKR-KKR yang hanya menitik beratkan pada kuasa mujizat kesembuhan saja. Karena itu Saudara, carilah kesembuhan rohani. Karena hanya kesembuhan rohanilah yang dapat membuat kita semua kembali kepada Tuhan Yesus, bukan kesembuhan fisik!

Alangkah baiknya mulai sekarang, apabila jemaat hanya mencari kesembuhan rohani pada KKR dan jangan lagi hanya terpaku pada kesembuhan fisik. Juga konsep KKR sudah seharusnya diluruskan kembali kepada arti dari konsep itu sendiri yaitu Kebaktian Kebangunan Rohani. Dengan demikian, akan ada masanya dimana semua peserta dari suatu KKR akan dengan suka cita mengatakan “saya sembuh atau tidak sembuh dari penyakit saya, Yesus adalah tetap Tuhan saya!”

Halleluyah…..

Yakobus  1

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Pelaku firman, artinya kita bertindak dinamis. Jangan statis! Sehingga dengan demikian kita tidak akan mengalami kelesuhan rohani lagi serta hanya menggantungkan kesegaran rohani kita pada KKR saja.

KKR itu baik, tetapi akan lebih baik lagi bila kita menjadi pelaku firman karena dengan begitu akan ada air hidup yang mengalir dalam diri kita dan akan selalu membuat rohani kita segar.

Yohanes 4

4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Salam dalam kasih Yesus.
Semoga sharing ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar