Tuhan Yesus pernah mengajarkan kita untuk berdoa seperti ini
:
Matius 6
6:9. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di
sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di
bumi seperti di sorga.
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti
kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
dari doa ini, saya ingin mengupas
sedikit tentang ayat 10 dimana ada doa yang berbunyi “jadilah kehendak-Mu di
bumi seperti di sorga”.
Saudara terkasih, saya pernah
mendengar seorang percaya menanyakan masalah ini di suatu seminar. Mungkin saja
kitapun ingin bertanya, seandainya tidak mungkin keadaan di bumi bisa seperti
di sorga, mengapa pula Tuhan Yesus mengajarkan kita doa yang tidak mungkin
terjadi seperti di atas.
Kalau saya tidak salah ingat,
pertanyaan ini di jawab demikian :
Yang dimaksud dengan keadaan di
bumi seperti di sorga adalah bila kita telah menjadi orang percaya, maka sudah
tentu kita seharusnya menggantungkan segala sesuatunya hanya kepada Tuhan saja.
Ada kedamaian di dalam hati kita. Dan itu semua, kedamaian yang dapat kita
rasakan itu, adalah perasaan damai seperti di sorga yang bisa kita rasakan
selama kita masih di bumi ini.
Jadi dengan kata lain, bahwa
keadaan sorga yang dapat kita rasakan di bumi ini adalah rasa damai kita
sebagai orang kristen selama kita masih hidup di bumi ini. Jadi bila Saudara
telah menjadi orang percaya, namun masih mempunyai kekhawatiran di sana sini,
artinya Saudara rugi sendiri karena tidak dapat merasakan suasana sorga pada
saat ini, dimana Saudara masih hidup di bumi ini.
Penjelasan ini Saudara, saya rasa
tidak sepenuhnya salah. Memang bila kita memiliki rasa damai selama kita hidup
di bumi ini, itu suatu suka cita bagi kita. Terlebih lagi bila rasa damai itu
ditimbulkan karena suatu bentuk penyerahan diri kita kepada Tuhan. Kita tidak
perlu khawatir akan masa depan kita. Semuanya kita serahkan hanya pada Tuhan
saja, sebagai satu-satunya tempat kita bergantung. Bukankah ini yang ingin
disampaikan Tuhan Yesus di dalam firmannya berikut ini :
Matius 6
6:34 Sebab itu
janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya
sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
I Petrus 5
5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab
Ia yang memelihara kamu.
Jadi segala bentuk kekhawatiran
memang sudah selayaknya kita serahkan pada Tuhan kita saja, karena Dialah yang
akan memelihara kita dari segalanya itu.
Namun begitu, tidak semua orang
kristen saat ini dapat melepaskan rasa kekhawatiran atas kehidupannya di bumi
ini, walaupun dirinya telah menjadi orang percaya. Mungkin ada yang telah
merasa memperoleh rasa damai tersebut, namun saya rasa tidak mungkin selama
sisa hidupnya setelah menjadi orang percaya dia dapat melepaskan rasa
kekhawatirannya secara mutlak, tanpa pernah merasakan sedikitpun rasa khawatir.
Setiap orang, ada saat-saat dimana dia, disadari ataupun tidak, mengkhawatirkan
sesuatu hal walau sekecil apapun.
Kasar bicara, maaf, bukankah
setiap orang percaya di tuntut untuk memberitakan Injil kepada setiap orang?
Ini firman Tuhan. Namun mengapa bahkan seorang pendeta sekalipun, jarang ada
yang berani menginjili orang-orang tertentu. Katakanlah orang-orang terkemuka
seperti kyai kondang, presiden, pejabat-pejabat negara dan orang-orang yang
mempunyai kekuasaan dan berpengaruh di bumi ini? Bahkan mungkin tetangga kita
sendiri! Sudah tentu hal ini karena ada kekhawatiran di dalam hati orang
percaya itu kan? Terlepas rasa kekhawatirannya itu untuk kepentingan pribadinya
ataupun untuk keselamatan umat percaya yang lain, namun kekhawatiran adalah
tetap kekhawatiran.
Dan kalau timbul rasa
kekhawatiran itu, apa mungkin timbul juga rasa damai seperti suasana di sorga?
Saya kurang setuju kalau suasana sorga yang dapat di rasakan oleh orang percaya
di bumi ini sifatnya hanya kadang-kadang atau sementara saja. Artinya kalau suasana
damai itu datang maka seperti di sorga, kalau suasana khawatir yang datang maka
seperti di neraka. Kalau cuma kadang-kadang, ini sifatnya semu, orang yang
belum percayapun kadang-kadang merasakan damai pada saat-saat tertentu di dalam
hidupnya.
Namun tanpa mengecilkan arti dari
penjelasan di atas, sekarang mari kita uraikan ayat 10 di atas dalam artinya
yang agak sedikit berbeda. Menurut hemat saya, kita semua orang yang percaya
akan benar-benar dapat merasakan suasana di bumi seperti di sorga dalam arti
yang sesungguhnya. Bukan dalam pengertian rasa damai saja.
Pertama-tama yang harus kita
pahami dulu bahwa sebagai orang percaya, kita semua akan mendapatkan bagian
pertama pada kebangkitan di akhir jaman.
Wahyu 20
20:4 Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang
yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku
juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian
tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan
patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka;
dan mereka hidup kembali dan
memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.
20:5 Tetapi
orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu
tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
Jadi Saudara, kita sebagai orang
percaya, baik orang percaya yang hidup di masa lampau dan telah meninggal
maupun orang percaya di masa yang akan datang, yang akan lahir dan juga
meninggal, kita semua akan dibangkitkan lagi pada kebangkitan pertama. Yaitu
pada saat dimulainya kerajaan seribu tahun.
Untuk apa kebangkitan kita itu?
Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk dapat menjalani kehidupan kita
bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kematian yang kedua tidak akan berkuasa lagi
pada kita. Dan kehidupan itu Saudara, berada dalam kerajaan seribu tahun yang
didirikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Perlu Saudara ketahui bahwa kerajaan
seribu tahun ini ada pada bumi yang lama ini, bumi yang kita tempati sekarang ini.
Sekarang mari kita buktikan
dengan ayat berikut ini :
Wahyu 20
20:7 Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir,
Iblis akan dilepaskan dari penjaranya,
20:10 dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan
ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan
mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.
20:11. Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar
dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
Ayat ini menceritakan setelah masa kerajaan seribu tahun
berakhir, akan ada kebangkitan kedua, yaitu orang-orang yang tidak percaya dan
iblispun akan dilepas untuk waktu yang sangat singkat. Dalam usahanya untuk
memerangi orang-orang kudus, mereka segera mendapatkan penghakiman dari Tuhan
kita.
Jadi Saudara, bumi dan langit yang lama akan lenyap
setelah berakhirnya kerajaan seribu tahun. Itu berarti memang kerajaan seribu
tahun ada pada bumi dan langit yang lama, yang sekarang ini sedang kita
tempati.
Kehidupan di bumi seperti di sorga, memang akan kita
nikmati sebagai orang-orang percaya. Siapapun kita dan dalam masa kehidupan
manapun kita hidup. Yang penting kita pahami disini, janganlah kita
mengharapkan kehidupan di bumi seperti di sorga itu pada kehidupan kita yang
sekarang ini, bukan. Kita akan menikmati kehidupan di bumi seperti di sorga itu
adalah pada saat kita hidup di kerajaan seribu tahun yang diperintah oleh Tuhan
kita Yesus Kristus. Pada masa itulah kehidupan kita di bumi yang lama ini akan
terasa sudah seperti di sorga. Sebab kerajaan seribu tahun ini memang berdiri
di bumi yang lama ini. Dan kita setiap orang percaya pasti akan menikmatinya
karena kita semua akan mendapatkan bagian pada kebangkitan yang pertama. Yaitu
kebangkitan dimana kerajaan seribu tahun ini dimulai.
Jadi kalau begitu kapan langit dan bumi yang baru itu ada?
Langit dan bumi yang baru itu ada setelah masa penghakiman.
Wahyu 21
21:1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang
baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan
lautpun tidak ada lagi.
Di sinilah kita akan tinggal
untuk selamanya. Dan kemah Allah akan ada bersama-sama dengan kita. Amin.
Saudara, sharing ini saya rasakan
cukup. Saudara bebas mempercayai apa yang Saudara yakini.
Syallom…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar