Pernah dalam
suatu perbincangan santai, saya mendengar perkataan kurang lebih begini “Kalau
saya, lebih baik menginjili orang dengan perbuatan kita saja. Kita tunjukkan
bahwa orang kristen itu baik dalam segala hal. Dengan demikian, tetangga kita
dapat menilainya sendiri, bagaimana sesungguhnya orang kristen itu......”
Wah..... gimana
yah? Menurut gue sih, boleh-boleh aja mau hidup baik.... malahan itu memang
yang harus kita lakukan sebagai orang kristen. Namun dalam hal ini, saya kurang
setuju kalau untuk menginjili orang lain, kita lakukan hanya dengan cara hidup
kita saja.
Bagaimana
mungkin kita dapat menginjili orang dengan cara begitu? Apa yang mau kita
tunjukkan pada mereka? Perbuatan kita yang sabar? Perbuatan kita yang pasrah? Atau
perbuatan kita yang dalam pandangan umum bisa dianggap bego karena terlalu
mengalah? Kalau bicara penginjilan dengan perbuatan saudara, kita mesti
hati-hati. Sebenarnya hal demikian apa memang Alkitabiah?
Bukan saya tidak
setuju cara-cara penginjilan seperti itu. Tapi coba saudara bayangkan, apa yang
terjadi pada orang-orang yang kita injili dengan cara seperti itu? Apakah
mereka sadar akan keselamatan yang hanya ada pada Yesus dengan melihat
perbuatan kita yang baik? Apa mereka akan berpendapat bahwa untuk menjadi “baik
seperti saya” (orang yang menginjili dengan perbuatan tersebut) mereka harus
menerima Yesus terlebih dahulu?
Lantas kalaupun
mereka pada akhirnya tahu bahwa orang kristen itu ternyata baik-baik, apa yang
dapat mereka ambil dari sana? Bahwa berarti ajaran kristen itu baik? Cuma itu?
Saya rasa kalau cuma itu yang dapat mereka kenal dari metode penginjilan kita
dengan perbuatan, untuk apa?
Mereka toh tetap
akan hidup dengan kehidupan mereka semula. Mereka akan tetap merasa tidak begitu memerlukan Yesus sebagai juru
selamat mereka. Buat apa? Kalau cuma
ingin dapat hidup baik di dunia ini, apa cuma kristen saja yang mengajarkan
demikian? Tidak bukan?
Untuk dapat
hidup baik di dunia ini kita bisa saja tidak memerlukan kekristenan! Masih banyak
ajaran-ajaran lain yang juga mengajarkan kita untuk hidup baik di dunia ini.
Bahkan ada ajaran yang dianggap lebih
baik dari kristen. Mau contoh? Agama budha misalkan.
Saudara,
penginjilan yang dilakukan dengan perbuatan saja.... pada dasarnya sangat tidak
Alkitabiah. Karena penginjilan jenis ini, sangat-sangat kecil sekali
keberhasilannya. Bahkan cenderung bertentangan dengan iman kristen. Pada saat
seseorang memutuskan untuk menginjili orang lain dengan perbuatannya, berarti
orang tersebut telah mengikat dirinya sendiri dengan aturan-aturan duniawi,
alias tunduk pada adat dan istiadat setempat.
Mengapa saya
katakan demikian? Seseorang yang ingin tampak baik di mata orang-orang yang
berada dalam lingkungannya (orang-orang yang belum mengenal Yesus), orang
tersebut haruslah orang yang dapat mematuhi semua yang menjadi tolak ukur
“kebaikan” dari lingkungan tersebut.
Jikalau
lingkungan tersebut menganggap baik bila seorang laki-laki tidak boleh
berbicara dengan seorang perempuan, maka itulah standar kebaikan mereka. Pada
saat hal ini dilanggar, maka sudah tentu orang yang melanggar norma ini akan
dianggap tidak baik.
Begitu juga
mungkin dengan aturan-aturan yang lain. Seperti misalnya menyembah arwah nenek
moyang, menyembah berhala, dan lain sebagainya. Bukankah ini semua bagi mereka
adalah tradisi yang baik? Yang dilakukan oleh mereka secara turun menurun? Pada
saat pasang laut, mereka akan memberikan sesajen pada dewa laut. Begitu juga
banyak aturan-aturan hidup mereka dalam bermasyarakat.
Semua hal
tersebut di atas bagi mereka adalah standar kebaikan. Pada saat seseorang
melakukan semuanya itu, mereka akan menganggapnya sebagai orang yang sangat
baik dan orang-orang yang tidak pernah lupa melakukan ini semualah yang banyak
dicari-cari oleh masyarakat itu sebagai calon menantu.
Sekarang kita
yang kristen, hidup dalam masyarakat yang seperti itu. Apa masih juga kita mau
menginjili mereka dengan perbuatan kita? Perbuatan kita yang mana yang mereka
anggap sebagai kebaikan menurut standar mereka? Perbuatan kita yang tidak mau
menyembah berhala? Perbuatan kita yang tidak mau memberikan sesajen? Atau
perbuatan kita yang bebas berbicara dengan perempuan karena kesetaraan derajat
kita? (bicara dalam arti yang sopan).
Bagaimana
saudara? Benarkah semua yang kita lakukan itu baik dimata mereka? Apakah
mungkin mereka akan coba mengenal Yesus yang telah membuat kita hidup berbeda
dengan cara kehidupan mereka? Meskipun mungkin kita tidak pernah minum tuak
seperti yang biasanya mereka lakukan? Apakah ini yang dapat kita katakan
menginjili mereka?
Saudara,....
menginjili mereka bukan hanya dengan perbuatan kita. Kalau kita berusaha
menginjili mereka dengan perbuatan kita, itu sama saja sia-sia. Penginjilan
dengan perbuat baik, hanya akan berguna, itupun sangat sedikit sekali.... bagi
orang-orang yang memang telah mengenal kita sejak kecil. Terutama sekali bila
kehidupan kita yang dulu adalah kehidupan yang penuh dengan kebrengsekan alias
sangat jahat di mata mereka.
Pada saat kita
telah mengenal Yesus, kemudian semua kehidupan kita yang jahat itu diubah
menjadi segala yang baik, pada saat itulah mereka baru bertanya-tanya. Mengapa
orang yang tadinya jahat luar biasa bisa tiba-tiba menjadi baik dan sabar luar
biasa? Kalau kondisi kita seperti ini, baru kita bisa mengatakan saya ingin
menginjili orang dengan perbuatan saya yang baik.
Tapi bila selama
ini orang mengenal kita sebagai orang yang baik. Pada saat kita telah menerima
Yesus, maka apa yang baik yang kita hasilkan tidaklah berpengaruh banyak buat
mereka.
Penginjilan
seperti ini saudara, selain sangat tidak efektif... juga membutuhkan waktu yang
sangat lama......
Coba bayangkan
seandainya saudara lebih memilih menginjilinya dengan perbuatan baik saudara
ini. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempertobatkannya? Seminggu?
Setahun? Apa mungkin sepuluh tahun? Semua itu sangat relatif sekali. Dan
dapatkah saudara menjamin diri saudara sendiri bahwa selama proses penginjilan
dengan perbuatan itu saudara pasti dapat terus menerus menjaga kekudusan hidup
saudara? Apakah saudara dapat menjamin bahwa saudara tidak akan pernah
terpancing emosi saudara satu kalipun? Mustahil!
Selain saudara
banyak membuang waktu yang tidak pasti, belum tentu juga orang yang saudara
injili dengan perbuatan saudara itu memperhatikan apa yang saudara lakukan.
Apakah saudara yakin bahwa orang yang saudara injili itu memperhatikan semua
kebaikan saudara? Karena ukuran kebaikan ini sangat relatif, apa saudara sudah
merasa yakin bahwa apa yang saudara perbuat itu sudah dapat dianggap baik oleh
orang yang bersangkutan?
Seandainya semua
pertanyaan ini jawabannya adalah tidak! Bukankah semua usaha saudara selama ini
sia-sia belaka? Jangan naif saudara,..... berusaha menginjili orang dengan
perbuatan.... orang tidak akan sadar dengan sendirinya bahwa dia salah kalau
tidak ada orang yang menyadarkannya. Dan metode penyadaran yang efektif adalah
dengan mengatakannya secara langsung (tentu diperlukan hikmat untuk
mengatakannya). Bukan dengan sindiran yang sangat...sangat halus..... dengan
contoh perbuatan kita yang baik... yang sama sekali tidak menggambarkan kesan
pentingnya keselamatan dalam Yesus.
Misalkan sajalah
ada seseorang yang mau menginjili tetangganya dengan cara demikian. Orang ini
akan berusaha hidup baaiikkkk sekali..... dia akan berusaha benar-benar menjaga
kekudusannya....
Setahun telah
berlalu... tetangganya masih belum bertobat....
Dua tahun telah
berlalu.... tetangganya mulai melirik.....
Tiga tahun
berlalu pula..... tetangganya mulai tertarik.....
Ditahun ke
empat..... entah karena sebab apa, orang ini sempat hilang kendali sehingga dia
marah-marah. Dan tetangganya ini melihatnya.... apa kira-kira yang ada dalam
pikiran tetangganya ini saudara? Memakluminya karena dia juga manusia?
Saya rasa
saudara akan tahu akhir dari penginjilan seperti ini.
Jadi penginjilan
seperti ini sama sekali tidak efektif, bahkan sia-sia. Orang mau menerima Yesus
bukan karena dia ingin hidup baik, bukan! Orang mau menerima Yesus karena dia
memang membutuhkan keselamatan dari Yesus. Nah, kalau orang yang mau kita
injili itu tidak pernah mendengar tentang keselamatan Yesus, apa pula yang dia
lihat dari kita yang berusaha hidup kudus itu? Nggak ada bukan, selain dari
orang yang baik saja?
Penginjilan yang
benar adalah penginjilan dengan mewartakan dan bersaksi. Seperti apa kata
Alkitab.
Roma
10:14
Tetapi bagaimana mereka dapat
berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada
Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
Kisah Para Rasul
1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi."
Kita, tidak disuruh
memberitakan Yesus dengan perbuatan kita. Tapi jelas sekali kita disuruh
memberitakan Yesus dengan mewartakannya.
Matius
10:27
Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa
yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah
itu dari atas atap rumah.
Penginjilan
dengan perbuatan baik banyak sekali sisi lemahnya. Selain seperti uraian kita
di atas, bahwa bila sewaktu-waktu kita lepas kendali maka habislah semua jerih
payah kita dalam menjaga hidup kudus (seperti kemarau tiga tahun di hapus hujan
satu hari). Juga bagaimana kita tahu berapa lama waktu yang dianggap cukup buat
penginjilan seperti itu? Seumur hidup? Belum lagi kita juga tidak tahu kapan
orang yang mau diinjili itu meninggal?
Jangan-jangan
setelah selama ini kita berusaha menginjili dia dengan perbuatan kita, eh,
menjelang dia mulai percaya keburu meninggal. Apa dia selamat? Jelas tidak!
Lalu siapa sebenarnya yang telah memperhambat keselamatan yang seharusnya dia
terima? Jelas kita!
Jangan salah
saudara, pada saat saudara berlambat-lambatan untuk memberitakan keselamatan
Yesus kepada seseorang, sebenarnya saudara sama saja dengan telah menghambat
pertobatan orang tersebut. Bagaimana saudara tahu bahwa orang tersebut tidak
akan mau menerima Yesus sebagai juru selamatnya sementara saudara tidak pernah
memberitakannya?
Bukan hak
saudara untuk memutuskan apakah orang tersebut layak di injili dengan warta
atau dengan perbuatan saja. Saudara tidak mempunyai wewenang apapun dalam
menentukan hal ini. Siapa saudara sehingga berani memutuskan bahwa dia layak di
injili dengan warta sementara orang ini cuma mau menerima Yesus kalau di injili
dengan perbuatan?
Kalau seandainya
saudara telah mencoba menginjili orang tersebut dengan mewartakan Yesus dan
kemudian orang tersebut menolaknya, saudara memang tidak bersalah! Tapi
seandainya karena keputusan saudara untuk menginjili dia dengan perbuatan
saudara dan akhirnya orang tersebut keburu meninggal tanpa bisa menerima Yesus,
apakah saudara dapat terlepas dari kesalahan ini?
Hati-hatilah
saudara, semua keputusan kita dalam mengabarkan keselamatan ini kepada orang
lain akan dimintai pertanggung jawabannya.
Yehezkiel
3:18
Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! --dan engkau
tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang
jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan
mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas
nyawanya dari padamu.
Karena itu
saudara, janganlah saudara tunda untuk menginjili seseorang hanya semata-mata
karena saudara merasa belum dapat hidup kudus. Hal ini bukanlah menjadi
penghalang bagi kita untuk memberitakan berita suka cita Injil kepada setiap
orang. Kekristenan bukanlah ajaran agar orang-orang dapat hidup kudus. Bukan!
Apabila ada orang kristen yang berusaha untuk hidup kudus, itu semata-mata
adalah buah dari imannya, bukan sarana penginjilan. Ini sungguh berbeda.
Satu hal yang
harus kita ingat adalah, sampai kapanpun kita tidak akan bisa hidup kudus
seratus persen dalam kehidupan kita yang sekarang ini. Berusaha hidup kudus
bukanlah jaminan seseorang akan memperoleh kehidupan kekal di sorga. Jaminan
kita untuk hidup kekal di sorga adalah hanya Yesus. Selama kita masih hidup
dengan tubuh daging kita ini, selama itu pula kehidupan kita penuh dengan
kelemahannya. Yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan keinginan daging.
Roma
7:19
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak
aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang
aku perbuat.
Rasul Paulus
mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu tidak dapat berbuat baik dari
dirinya sendiri. Jadi bagaimanapun keras usaha kita untuk dapat hidup kudus,
semuanya itu tidak akan dapat mencapai maksud kehidupan kudus yang memang
diharapkan.
Jadi dalam hal
ini saudara, tinggalkanlah pemikiran yang mengatakan “kita harus hidup kudus
dulu baru dapat menginjili orang lain.” Ini tidak benar! Kita dapat menginjili
orang kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Karena bagaimana kita akan
tahu seseorang yang kita injili itu akan meninggal? Bisa jadi setelah kita
injili dan menerima Yesus, beberapa hari kemudian dia meninggal.
Karena itu,
janganlah kita membuang-buang kesempatan yang ada sekarang ini untuk menginjili
orang-orang di sekitar kita. Masa bodoh kalau kemudian orang-orang tersebut
akan mencela dan mencibir diri kita. Yang penting kita telah mewartakan berita
suka cita ini (Injil) kepada mereka. Biarlah setiap orang akan
mempertanggungjawabkannya masing-masing di hadapan Tuhan.
Akhir dari
sharing ini, saya ingin menyampaikan satu hal pada kita semua. Sampaikanlah
Injil kepada setiap orang yang kita kenal. Ingat, iblis tidak pernah berhenti
menanamkan keragu-raguan dalam diri saudara sekalian. Karena itu, jadilah
pemenang!
Amin.
GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar