Orang kristen
hidupnya susah? Jangan heran, memang demikianlah yang terjadi pada sebagian besar umat
Allah. Tuhan Yesus tidak menjanjikan kita akan kaya raya. Cukuplah berkat yang
kita terima untuk makan secukupnya. Bukankah memang hal ini yang selalu kita
doakan dalam “Doa Bapa Kami” ?
Dan kalau
ternyata doa kita tersebut terwujud, yaitu diberi makanan secukupnya.... (bukan
sekenyangnya) lalu mengapa lagi kita masih merasa kurang? Bukankah ini malah
sesuai sekali dengan yang kita doakan? Saudara minta kue di kasih kue, apa yang
salah? Kalau dikasih tempe baru salah. Bukankah begitu? Apa mungkin “Doa Bapa
Kami” harus kita revisi sedikit, “berilah kami kekayaan yang melimpah” begitu.....?
Saudara, kemiskinan
yang mungkin kita diderita, janganlah dijadikan ukuran akan keimanan kita.
Tidak ada kaitan apapun antara kemiskinan dan keimanan kita. Juga, janganlah
dikaitkan dengan kemalasan kita. Karena tidak sedikit orang-orang yang miskin
itu bukan karena kemalasan mereka, tetapi lebih sering karena kesempatan yang
tidak mereka peroleh.
Jadi diharapkan,
kita sebagai orang percaya jangan pernah lagi menghakim orang yang miskin
dengan mengatakan karena dia malas. Tidak selamanya begitu saudara. Apalagi
kalau saudara mulai mengait-ngaitkannya dengan keimanan seseorang... wah, bisa
bahaya sekali. (menghakimi saja sudah tidak boleh apalagi kalau sudah menilai
iman seseorang)
Gereja-gereja
yang memiliki paham hedonisme mungkin mencoba mengaitkannya demikian. Tetapi
sebagai umat Tuhan, kita seharusnya dapat memahami bahwa itu sama sekali tidak
benar. Harus kita sadari bahwa Tuhan Yesuspun tidak memilih orang kaya sebagai
“keluargaNya” selama di dunia ini. Padahal tidaklah susah bagi Tuhan untuk
melakukan itu.
Melihat orang
lain sukses jangan membuat kita kecil hati apalagi sampai merasa iri.
Saya pernah
melihat satu film (3 idiot) yang memberikan satu kata bijak. (saya sesuaikan
sedikit)
“Menyangka teman
kita hidup miskin, kita sedih. Tetapi melihat kenyataan teman kita jauh lebih
sukses dari kita, kita lebih sedih lagi....” inilah ego kehidupan kita manusia.
Tidak
sepantasnya kemakmuran orang dunia membuat kita - orang percaya - menjadi iri. Kalau
kita mengalami pertumbuhan rohani, kita tidak akan lagi melihat hal duniawi
sebagai ukuran. Jadi kalau sekarang saudara masih memiliki perasaan demikian,
baik iri, cemburu ataupun merasa minder dengan kesuksesan seseorang, berarti
saudara masih harus lebih banyak bersekutu dan mendalami Firman Tuhan. Carilah
gembala dan saudara seiman yang dapat mendewasakan iman saudara.
Saudara pada
dasarnya tidak sendirian dalam menghadapi semua perasaan itu. Pada dasarnya
kita manusia memang tidak dapat lepas dari perasaan demikian jikalau kita tidak
mengerti apa rencana Tuhan bagi kita. Karena itulah kita perlu memahami apa
sebenarnya yang Tuhan inginkan dari kita. (saya tidak berbicara tentang orang
kristen yang kaya. Tetapi orang kristen yang miskinlah yang saya fokuskan dalam
hal ini).
Tentang perasaan
iri dan cemburu ini, kita akan mendapatkan gambaran yang sangat baik dari
Alkitab kita. Yaitu pada kitab Mazmur 73. Saya membagi dalam empat bagian dari
ayat-ayat yang ada pada pasal ini.
Kemakmuran
orang dunia yang membuat umat Tuhan iri.
Mazmur 73
73:1.
Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi
mereka yang bersih hatinya.
73:2
Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
73:3
Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran
orang-orang fasik.
73:4
Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
73:5
mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti
orang lain.
73:6
Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
73:7
Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
73:8
Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan
mereka dengan tinggi hati.
73:9
Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
73:10
Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air
yang berlimpah-limpah.
Kekecewaan umat
Tuhan.
73:13
Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku,
tanda tak bersalah.
73:14
Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
73:15.
Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka
sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
73:16
Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di
mataku,
Jawaban dari
Tuhan.
73:17
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan
mereka.
73:18
Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka
sehingga hancur.
73:19
Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
73:20
Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka
Kaupandang hina.
Kesadaran umat
Tuhan.
73:21.
Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
73:22
aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
73:23
Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
73:24
Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke
dalam kemuliaan.
73:25
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang
kuingini di bumi.
Inilah tuntunan
yang paling baik bagi kita. Saat kita merasa iri dan cemburu pada dunia ini,
sudah selayaknya kita mencari Tuhan dan bertanya.... “Tuhan, apa rencanaMu bagi
saya..??”
Ini jauh lebih
baik dari pada yang dibiasakan sebagian orang dengan mencari-cari jawaban
secara duniawi. Dengan kekuatannya sendiri.
Mazmur
73
73:16
Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di
mataku,
Tapi carilah
jawabannya melalui jalan Tuhan
Mazmur 73
73:17
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah,...
Saat jawaban
dari Tuhan kita terima, maka saat itu juga kita akan bersyukur kepadaNya. Sama
seperti yang dialami oleh Asaf di atas demikian juga yang dialami oleh rasul
Paulus dalam konteks yang sedikit berbeda. (Asaf berkaitan dengan hal duniawi
tapi Paulus berkaitan dengan hal rohani)
Filipi 3
3:6 tentang kegiatan aku penganiaya
jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat.
3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
3:8
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi,
karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.
Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,
Demikianlah
saudara, menjadi miskin bukanlah dosa, bukan juga menunjukkan kadar keimanan
saudara. Tetapi saat saudara memerlukan jawaban, maka carilah jawaban itu dari
Tuhan, maka jika saudara telah mendapatkannya, saudara tidak akan lagi
memandang kemiskinan atau kemalangan saudara sebagai sesuatu yang memalukan.
Tegakkanlah
wajah dan yakinkan diri, bahwa Tuhan punya suatu rencana atas saudara dalam
kemiskinan atau kemalangan saudara itu (sudah tentu hal ini bukan karena
kemalasan dan kecerobohan kita yah?). bagaimana saudara bisa tahu akan hal itu?
Bertanyalah kepada Tuhan sama seperti Asaf telah bertanya kepada Tuhan.
Jadilah kuat
dalam keadaan saudara. Jangan pernah minder karena semua kekayaan duniawi.
Sebab semuanya itu sama sekali tidak berharga di mata Tuhan. Semoga apa yang
kita sharingkan ini dapat berguna bagi pertumbuhan iman kita masing-masing.
Ambil pembelajaran yang saudara rasa perlu, buang yang saudara rasa tidak
perlu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar