Translate

Rabu, 29 Agustus 2012

Dalam Kemiskinan Haruskah Kita Cemburu?


Orang kristen hidupnya susah? Jangan heran, memang demikianlah yang terjadi pada sebagian besar umat Allah. Tuhan Yesus tidak menjanjikan kita akan kaya raya. Cukuplah berkat yang kita terima untuk makan secukupnya. Bukankah memang hal ini yang selalu kita doakan dalam “Doa Bapa Kami” ?

Dan kalau ternyata doa kita tersebut terwujud, yaitu diberi makanan secukupnya.... (bukan sekenyangnya) lalu mengapa lagi kita masih merasa kurang? Bukankah ini malah sesuai sekali dengan yang kita doakan? Saudara minta kue di kasih kue, apa yang salah? Kalau dikasih tempe baru salah. Bukankah begitu? Apa mungkin “Doa Bapa Kami” harus kita revisi sedikit, “berilah kami kekayaan yang melimpah” begitu.....?

Saudara, kemiskinan yang mungkin kita diderita, janganlah dijadikan ukuran akan keimanan kita. Tidak ada kaitan apapun antara kemiskinan dan keimanan kita. Juga, janganlah dikaitkan dengan kemalasan kita. Karena tidak sedikit orang-orang yang miskin itu bukan karena kemalasan mereka, tetapi lebih sering karena kesempatan yang tidak mereka peroleh.

Jadi diharapkan, kita sebagai orang percaya jangan pernah lagi menghakim orang yang miskin dengan mengatakan karena dia malas. Tidak selamanya begitu saudara. Apalagi kalau saudara mulai mengait-ngaitkannya dengan keimanan seseorang... wah, bisa bahaya sekali. (menghakimi saja sudah tidak boleh apalagi kalau sudah menilai iman seseorang)

Gereja-gereja yang memiliki paham hedonisme mungkin mencoba mengaitkannya demikian. Tetapi sebagai umat Tuhan, kita seharusnya dapat memahami bahwa itu sama sekali tidak benar. Harus kita sadari bahwa Tuhan Yesuspun tidak memilih orang kaya sebagai “keluargaNya” selama di dunia ini. Padahal tidaklah susah bagi Tuhan untuk melakukan itu.

Melihat orang lain sukses jangan membuat kita kecil hati apalagi sampai merasa iri.

Saya pernah melihat satu film (3 idiot) yang memberikan satu kata bijak. (saya sesuaikan sedikit)
“Menyangka teman kita hidup miskin, kita sedih. Tetapi melihat kenyataan teman kita jauh lebih sukses dari kita, kita lebih sedih lagi....” inilah ego kehidupan kita manusia.

Tidak sepantasnya kemakmuran orang dunia membuat kita - orang percaya - menjadi iri. Kalau kita mengalami pertumbuhan rohani, kita tidak akan lagi melihat hal duniawi sebagai ukuran. Jadi kalau sekarang saudara masih memiliki perasaan demikian, baik iri, cemburu ataupun merasa minder dengan kesuksesan seseorang, berarti saudara masih harus lebih banyak bersekutu dan mendalami Firman Tuhan. Carilah gembala dan saudara seiman yang dapat mendewasakan iman saudara.

Saudara pada dasarnya tidak sendirian dalam menghadapi semua perasaan itu. Pada dasarnya kita manusia memang tidak dapat lepas dari perasaan demikian jikalau kita tidak mengerti apa rencana Tuhan bagi kita. Karena itulah kita perlu memahami apa sebenarnya yang Tuhan inginkan dari kita. (saya tidak berbicara tentang orang kristen yang kaya. Tetapi orang kristen yang miskinlah yang saya fokuskan dalam hal ini).

Tentang perasaan iri dan cemburu ini, kita akan mendapatkan gambaran yang sangat baik dari Alkitab kita. Yaitu pada kitab Mazmur 73. Saya membagi dalam empat bagian dari ayat-ayat yang ada pada pasal ini.  

Kemakmuran orang dunia yang membuat umat Tuhan iri.

Mazmur 73
73:1. Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
73:2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
73:3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
73:4 Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
73:5 mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
73:6 Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
73:7 Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
73:8 Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati.
73:9 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
73:10 Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah.

Kekecewaan umat Tuhan.

73:13 Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.
73:14 Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
73:15. Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak-anakmu.
73:16 Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,

Jawaban dari Tuhan.

73:17 sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
73:18 Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
73:19 Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.

Kesadaran umat Tuhan.

73:21. Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
73:22 aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
73:23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
73:24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
73:25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.

Inilah tuntunan yang paling baik bagi kita. Saat kita merasa iri dan cemburu pada dunia ini, sudah selayaknya kita mencari Tuhan dan bertanya.... “Tuhan, apa rencanaMu bagi saya..??”

Ini jauh lebih baik dari pada yang dibiasakan sebagian orang dengan mencari-cari jawaban secara duniawi. Dengan kekuatannya sendiri.

Mazmur 73
73:16 Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,

Tapi carilah jawabannya melalui jalan Tuhan

Mazmur 73
73:17 sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah,...

Saat jawaban dari Tuhan kita terima, maka saat itu juga kita akan bersyukur kepadaNya. Sama seperti yang dialami oleh Asaf di atas demikian juga yang dialami oleh rasul Paulus dalam konteks yang sedikit berbeda. (Asaf berkaitan dengan hal duniawi tapi Paulus berkaitan dengan hal rohani)

Filipi  3
3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

Demikianlah saudara, menjadi miskin bukanlah dosa, bukan juga menunjukkan kadar keimanan saudara. Tetapi saat saudara memerlukan jawaban, maka carilah jawaban itu dari Tuhan, maka jika saudara telah mendapatkannya, saudara tidak akan lagi memandang kemiskinan atau kemalangan saudara sebagai sesuatu yang memalukan.

Tegakkanlah wajah dan yakinkan diri, bahwa Tuhan punya suatu rencana atas saudara dalam kemiskinan atau kemalangan saudara itu (sudah tentu hal ini bukan karena kemalasan dan kecerobohan kita yah?). bagaimana saudara bisa tahu akan hal itu? Bertanyalah kepada Tuhan sama seperti Asaf telah bertanya kepada Tuhan.

Jadilah kuat dalam keadaan saudara. Jangan pernah minder karena semua kekayaan duniawi. Sebab semuanya itu sama sekali tidak berharga di mata Tuhan. Semoga apa yang kita sharingkan ini dapat berguna bagi pertumbuhan iman kita masing-masing. Ambil pembelajaran yang saudara rasa perlu, buang yang saudara rasa tidak perlu.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar