Translate

Minggu, 26 Agustus 2012

Haruskah Membuang Keluarga Untuk Menjadi Pengikut Yesus?


Lukas 14

14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, Saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

………???

Apa yang dapat Saudara tangkap dari ayat ini? Adakah Tuhan kita Yesus Kristus mengajarkan kebencian kepada kita?

Rasanya agama manapun tidak ada yang mengajarkan kebencian yang seperti ini bukan? Terlebih lagi kebencian itu malahan ditujukan kepada bapak kita sendiri, ibu kita sendiri,… dan ini semua bukanlah tentang bapak dan ibu tiri lo, Saudara… mereka semua adalah orang tua kandung dan juga Saudara-saudara kandung kita!

Jadi… apa memang harus begini untuk menjadi orang kristen?
Coba baca ayat berikut ini :

Lukas  12

12:53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."

Matius  10

10:35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,

Bagaimana Saudara…? Apa Saudara semakin bingung? Kalau begitu kita tambahi lagi biar kepalang stress ya?

Lukas  6

6:27. "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;

Nah, ini baru bisa dikatakan bingung…
Pada ayat-ayat di atas mungkin Saudara dapat menangkapnya begini, Tuhan ingin kita membenci orang tua dan Saudara-saudara kandung kita, tapi Tuhan juga ingin kita mengasihi orang yang memusuhi kita…. Terbalik mungkin ya? Biasanya kan membenci musuh kita dan mengasihi keluarga kita?

Baiklah Saudara, sebaiknya kita kupas segera satu persatu supaya jangan lagi kita berlarut-larut dalam kebingungan yang kita ciptakan sendiri.

Begini, sebelum kita membahas tentang Lukas 14:26, saya ingin kita membahas dulu ayat Lukas 12:53 dan Matius 10:35. Pada ayat ini Saudara, sepertinya kesan yang kita tangkap memang sebagai orang kristen, sekali lagi ini cuma kesan, kita menjadikan orang-orang yang berada dalam rumah kita sendiri sebagai musuh kita? Padahal mereka adalah keluarga kita sendiri? Bagaimana ini? Apa benar demikian?

Bila ini pengertian Saudara, saya tidak mengatakan sepenuhnya salah pada pengertian Saudara ini. Memang, setiap orang yang telah memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus, orang tersebut dapat saja menjadi musuh orang-orang serumahnya. Namun Saudara…..ini yang paling penting Saudara pahami, saya katakan di atas menjadi musuh dan bukan menjadikan musuh. Hal ini dapat memberikan pengertian yang sangat berbeda Saudara.

Sebagai orang kristen, kita tidak boleh memusuhi mereka. Tetapi untuk dapat menjadi kristen, sering kali orang tersebut menjadi musuh bagi orang serumahnya. Mengapa? Karena untuk dapat menjadi orang kristen, seseorang sering kali mendapatkan pertentangan yang datangnya pertama kali justru dari orang-orang serumahnya.

Kalau Saudara setelah menjadi orang percaya hanya mendapatkan makian dan pengusiran sampai pada pemutusan hubungan keluarga saja, saya rasa Saudara masih termasuk orang yang beruntung.

Berapa banyak bapak-bapak yang tega menyiksa anaknya sendiri bahkan sampai tega memutuskan untuk menyerahkan anaknya kepada masyarakat di lingkungannya untuk di rajam sampai mati? Hanya….karena sang anak telah memutuskan untuk menjadi orang percaya? Mungkin merajam sampai mati atas orang yang dianggap “murtad” bagi mereka adalah hal yang baik.

Berapa banyak ibu-ibu yang telah mengandung dan membesarkan sang anak tadi, juga merestui semua perbuatan itu? Dan berapa banyak juga Saudara-saudara orang yang bertobat tadi melakukan hal yang serupa? Bahkan terlibat langsung di dalam semua penyiksaan tersebut? Mereka semua ini Saudara, adalah orang-orang yang tadinya sangat dekat dan bagian dari keluarga si petobat itu.

Jadi Saudara, ayat pada Lukas 12:53 dan Matius 10:35 itu bukanlah perintah untuk memusuhi orang-orang dalam keluarga kita. Justru ayat itu sebagai pengingat bagi kita, bahwa Tuhan telah memberikan gambaran pada kita kalau untuk dapat menjadi orang percaya itu, kita juga harus bersiap-siap untuk dapat menerima semuanya itu. Yaitu untuk dijadikan musuh oleh keluarga kita sendiri. Bukan kita yang menjadikan mereka musuh.

Apa Saudara cukup jelas sampai di sini?
Kita tidak pernah diajarkan Tuhan untuk memusuhi siapapun. Sebab musuh kita yang sesungguhnya bukanlah darah dan daging (yaitu manusia) tetapi musuh kita adalah roh-roh jahat yang saat ini sedang berkuasa di dunia ini. Itulah yang harus kita perangi di dalam iman. Bukan dengan senjata yang ada pada dunia ini, tetapi dengan perlengkapan senjata Allah yang sudah tersedia bagi kita. (baca “kumpulan sharing buku I” pada judul Mengusir setan? kamu pasti bisa!)

Tuhan Yesus amat mengasihi kita, tidak hanya pada kita saja orang-orang percaya, Dia juga sangat mengasihi setiap orang berdosa. Karena kasih-Nya jugalah maka Dia rela disalibkan demi menebus dosa-dosa kita. Karena itu tepatlah seperti apa yang difirmankannya pada Lukas 6:27. Kasih-Nya telah mengajarkan kita bagaimana untuk dapat mengasihi orang-orang yang telah memusuhi kita, demikianlah hendaknya kita mengasihi mereka sama seperti Tuhan Yesus telah mengasihi kita.

Jadi Saudara, jika Saudara telah berkomitmen untuk menjadi orang percaya, maka janganlah Saudara lebih mengasihi keluarga Saudara di bandingkan dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Ini, lagi-lagi bukanlah ajaran untuk membenci keluarga kita. Sama sekali bukan! Tetapi janganlah lagi kita menuruti kemauan orang tua kita hanya semata-mata karena kita mengasihi mereka walaupun kemauan orang tua kita itu bertentangan dengan iman kristiani kita.

Banyak contoh yang dapat diberikan, antara lain

Janganlah kita mau menuruti keinginan orang tua kita lagi untuk mengikuti tradisi-tradisi keluarga seperti sembahyang, menjaga hari-hari tertentu kekuburan dan lain sebagainya.
Bahkan sekiranya kita menikah dan tidak memiliki seorang anakpun, kita tidak boleh menceraikan isteri kita ataupun menikah lagi, walaupun ini atas permintaan orang tua kita dan bahkan permintaan isteri kita sekalipun!
Jangan takut kepada siapa harta duniawimu akan diwariskan, ataupun keturunanmu terputus karenanya. Semuanya itu tidaklah berguna di mata Tuhan.
Janganlah juga, karena semua keluarga kita mengancam akan meninggalkan kita, maka kita mau meninggalkan Yesus. Jangan sampai terjadi. Seandainya kita telah menjadi tua dan jompo, kita mengikuti keinginan anak-anak kita (mungkin karena pengaruh menantu-menantu kita) untuk melepaskan Tuhan Yesus semata-mata agar mereka mau merawat kita.

Ini semua tidak boleh terjadi. Karena bila sampai terjadi, berarti Saudara sudah tidak layak untuk mengikut Yesus seperti yang tertulis pada Lukas 14:26

Dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari-harinya sebagai berikut :

14:26 "Kalau orang datang kepada-Ku, tetapi lebih mengasihi ibunya, bapaknya, isterinya, anak-anaknya, Saudara-saudaranya, malah dirinya sendiri, ia tidak bisa menjadi pengikut-Ku.

Saudara, seperti penjelasan saya tadi, Tuhan kita tidak pernah mengajarkan kita untuk membenci siapapun. Namun hal ini bukan berarti kita harus mengikuti keinginan semua orang yang kita cintai lebih dari pada mengikuti keinginan Tuhan kita sendiri Yesus Kristus.

Sebab adalah lebih baik bagi kita bila karena Yesus kita dibenci, dihina, dimusuhi dan bahkan dianiaya oleh orang-orang terdekat dengan kita sekalipun, dari pada kita lebih mengasihi mereka dengan mengikuti semua keinginan mereka yang bertentangan dengan iman kristen kita. Inilah pengertian ayat di atas, agar kita layak menjadi murid Kristus.

I Timotius  5

5:8 Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.

Saudara, kita justru diperintahkan oleh Tuhan untuk mengasih semua anggota keluarga kita. Jadi bukan sebaliknya. Tetapi bila semua anggota keluarga kita sendiri yang memusuhi kita karena kekristenan kita, itu bukan salah kita! Sekali lagi, kita tidak boleh menjadikan keluarga kita sebagai musuh. Namun kalau keluarga kita yang menjadikan kita sebagai musuh mereka, apa boleh buat. Kita cuma dapat mendoakan mereka saja…., semoga mereka juga dapat melihat kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar