Saya mempunyai cerita menarik.
Begini, suatu ketika saya dengan seorang teman dan seorang pendeta sedang
terlibat dalam suatu sharing yang tidak direncanakan sebelumnya. Sharing
dadakan ini cukup menarik karena materi yang saat itu terbahas dengan tidak
sengaja ini, menyangkut tentang pertobatan seseorang. Bukan kejadian nyata
memang, tetapi seandainya.
Ada pendapat yang mengatakan pada
saat seseorang akan bertobat menjadi kristen, seandainya dia telah memiliki
isteri lebih dari satu, maka yang bersangkutan harus terlebih dahulu
menceraikan seluruh isterinya kecuali isterinya yang pertama.
Apa artinya ini? Artinya akan ada
janda-janda dari petobat baru. Terus terang, saya cukup kaget juga mendengar
penuturan dan pendapat yang demikian.
Dan kekagetan saya terlebih lagi
setelah mengetahui alasan mengapa pendapat demikian sampai ada. Alasannya
sederhana, kalau isterinya banyak, siapa yang nanti akan mendampingi si petobat
baru tadi pada saat pengukuhan pernikahannya? Apa satu suami didampingi
ramai-ramai oleh isterinya? Kurang lebih begitu alasan yang saya dengar.
Saudara, mungkin sekali pada
beberapa denominasi gereja tertentu, mereka memang ada yang melakukan
pengukuhan pernikahan bagi para petobat baru yang telah menikah sebelum yang bersangkutan
menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Pengukuhan ini mungkin saja
dimaksudkan agar selain pernikahan itu sah secara denominasi, juga agar yang
bersangkutan untuk kedepannya tidak lagi mengalami kesulitan administrasi bila
berurusan dengan pemerintahan karena agama dan surat nikahnya tidak sejalan.
Tidak dapat dipungkiri memang,
bahwa masih ada beberapa pandangan yang tidak dapat menerima seseorang atau
orang lain untuk berpindah agama sesuai dengan keyakinannya sendiri. Hak asasi
sepertinya cuma ada di atas kertas. Prakteknya masih jauh dari ideal.
Tapi yang ingin saya sampaikan di
sini Saudara, apakah praktek seperti ini, yaitu mewajibkan seorang petobat baru
untuk menceraikan semua isteri mudanya terlebih dahulu, baru yang bersangkutan
dapat di baptis sebagai orang kristen itu sudah tepat? Apa ajaran ini memang
pernah diajarkan oleh para rasul atau bahkan Tuhan Yesus sendiri? Apa pandangan
seperti ini Alkitabiah?
Kalau seandainya pandangan dan
ajaran seperti ini sama sekali tidak Alkitabiah, bukankah sudah seharusnya kita
sebagai umat Tuhan wajib menolaknya? Meskipun itu telah diajarkan oleh seorang
Profesor, doktor theologia sekalipun! Bahkan oleh pimpinan tertinggi dalam
organisasi gereja kita sekalipun. Tolaklah karena telah menyimpang dari ajaran
Alkitab!
Mengapa kita harus menolak keras
dalam hal ini Saudara? Sebab jangan-jangan kita telah bertindak sama seperti
para ahli Taurat di jaman Tuhan kita Yesus Kristus.
Lukas 11
11:52 Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu
sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu
halang-halangi."
Janganlah kita mau menjadi
ahli-ahli Taurat seperti gambaran di atas, mereka menjadi penghalang bagi
orang-orang yang mau bertobat, karena mereka sendiri tidak mendapatkan bagian
dalam kerajaan sorga.
Saudara jangan berfikir, para
ahli Taurat itu tahu dengan sadar bahwa mereka tidak mendapat bagian dalam
kerajaan sorga, tidak! Mereka justru merasa
telah melakukan apa yang telah menjadi perintah Tuhan. Namun apa kata Yesus?
Mereka tidak mendapat bagian dalam kerajaan sorga. Jadi di sini mereka tidak
sadar kalau mereka telah menolak Tuhan dengan perbuatan yang mereka sangka
sudah baik sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mungkin saja kita menyangka
dengan mewajibkan semua petobat baru untuk hanya beristerikan satu orang saja,
berarti sesuai dengan kehendak Tuhan dan gambaran hidup orang-orang kristen
yang ideal, meskipun untuk itu harus terjadi perceraian. Tapi coba selidiki
dulu Alkitab! Apa benar demikian kehendak Tuhan? Jangan menerima apa yang telah
diajarkan kepada kita, tanpa terlebih dahulu kita menyelidiki kebenarannya.
Bukankah sumber kebenaran sejati hanya pada Alkitab? Bukan pada ajaran-ajaran
pendeta atau siapapun yang menggunakan hikmat pribadinya.
Saudara, Tuhan Yesus tidak pernah
meminta syarat apapun pada kita untuk menjadi orang yang percaya. Dia
menginginkan setiap orang dapat diselamatkan dan untuk keselamatan itu sendiri
gratis, tanpa syarat!
Roma 10
10:10 Karena dengan
hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan.
Jadi untuk dapat menjadi orang
kristen, cukup dengan cara ini. Tidak ada syarat apapun yang membebani kita
untuk dapat diselamatkan. Janganlah kita menjadi seperti ahli-ahli Taurat jaman
dulu, dimana mereka suka meletakkan kuk yang berat pada orang lain, sementara
mereka sendiri enggan menyentuhnya. Kehidupan mereka memang terlihat sepertinya
rohani sekali. Namun sebenarnya mereka lebih peduli pada aturan yang dibuat
oleh manusia.
Tidak seharusnya kita
mensyaratkan kepada petobat baru untuk menceraikan semua isteri mudanya hanya
karena aturan yang dibuat oleh manusia, sementara Tuhan sendiri tidak pernah
mensyaratkan demikian. Justru ada ayat di Alkitab yang membebaskan kita dari
syarat-syarat yang tidak benar seperti itu.
I Korintus 7
7:17. Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap
hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti
waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.
7:24
Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam
keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.
Kalau Saudara dipanggil Tuhan
sebagai pengikut-Nya pada saat Saudara telah beristeri lebih dari satu, biarlah
tetap demikian kondisinya (kecuali isterinya tidak menjadi kristen dan
menginginkan perceraian). Jangan mengikuti syarat macam-macam yang justru dapat
menghalangi pertobatan Saudara. Begitu juga pada para pendeta, janganlah
memberikan syarat yang justru dapat membuat seseorang yang tadinya akan
bertobat jadi terhalang.
Pendeta yang lebih mementingkan
aturan-aturan denominasi yang pada dasarnya hanyalah aturan yang dibuat oleh
manusia, adalah pendeta-pendeta yang telah berlaku sebagai ahli-ahli Taurat pada
masa Tuhan kita Yesus Kristus hidup sebagai manusia di dunia ini. Pendeta
demikian tidak layak sebagai gembala yang baik. Mereka lebih takut kepada
sanksi dari organisasi denominasinya dari pada patuh kepada Tuhan. Mereka lebih
menjunjung tinggi aturan denominasinya dari pada Alkitab.
Mulut memuji dan memuliakan Tuhan
tetapi tindakkan mereka justru menghalangi pekerjaan Tuhan. Mereka menghalangi
pertobatan seseorang yang untuk orang itu juga Tuhan kita Yesus Kristus mati di
kayu salib. Pengukuhan perkawinan hanyalah aturan yang dibuat oleh manusia.
Pernahkan Saudara temui ayatnya dalam Alkitab bahwa orang yang telah menjadi
kristen harus melalui pengukuhan perkawinan terlebih dahulu baru sah perkawinan
ataupun kekristenannya? Jika tidak ada Saudara, berarti itu bukan syarat yang
diminta oleh Tuhan. Itu cuma aturan denominasi. Buatan manusia.
Tidakkah Saudara berpikir, bahwa
pada saat para rasul memberitakan Injil banyak di antara orang yang saat itu
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya adalah orang-orang yang telah
berkeluarga? mereka yang telah berkeluarga dan menerima Yesus, apakah mereka
juga mengikuti pengukuhan perkawinan? Sekiranya pengukuhan perkawinan itu
begitu pentingnya sebagai syarat untuk menjadi kristen, mengapa tidak terdapat
satu ayatpun yang membahas masalah itu?
Bahkan dari beberapa ayat
berikut, tersirat bahwa pada masa para rasul bekerja, ada juga orang-orang
kristen yang memiliki lebih dari satu isteri. Ini bukan berarti orang yang
telah menjadi kristen boleh kawin lagi untuk menambah isterinya, tetapi pada
saat mereka menjadi kristen, mereka
sudah memiliki isteri lebih dari satu. Dan mereka dapat datang kepada
Tuhan Yesus Kristus sama seperti keadaan pada saat mereka terpanggil, yaitu
telah memiliki isteri lebih dari satu. Tidak harus menceraikan semua isteri
mudanya.
I Timotius 3
3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang
tak bercacat, suami dari satu isteri,
dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar
orang,
3:12 Diaken haruslah
suami dari satu isteri dan mengurus
anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.
Saudara, seandainya pada masa itu
tidak ada orang kristen yang memiliki isteri lebih dari satu, mungkinkah rasul
Paulus sampai perlu mengatakan demikian? Bukankah perkataan itu sama sekali
tidak ada artinya? Rasul Paulus sampai perlu mensyaratkan untuk menjadi penilik
jemaat atau diaken seseorang haruslah suami dari satu isteri, ini karena pada
saat itu ada orang-orang kristen yang memiliki isteri lebih dari satu, dan mungkin
saja bisa menjadi penilik jemaat atau diaken kalau tidak ditegaskan demikian.
Untuk mencegah hal ini sampai terjadilah, maka rasul Paulus sampai perlu
menyatakan hal demikian di suratnya.
Tidak mungkin Saudara dapat
mengatakan jangan makan makanan haram itu kalau seandainya memang tidak pernah
ada makanan yang diharamkan. Bagaimana mungkin seorang buta bisa mengatakan
awas jangan menginjak kotoran itu kalau dia sendiri tidak dapat melihat kotoran
tersebut.
Jadi logikanya, kalau sampai
rasul Paulus berpesan demikian di dalam suratnya, pasti rasul Paulus juga
mengetahui bahwa pada saat itu, ada orang-orang kristen yang memiliki isteri
lebih dari satu dan bisa saja mereka yang terpilih menjadi penilik jemaat atau
diaken. Alasan mengapa rasul Paulus melarang orang yang memiliki isteri lebih
dari satu untuk menjadi penilik jemaat atau diaken, saya rasa dapat kita bahas
di lain kesempatan. Tetapi inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah, bahwa
pada jaman para rasulpun sebenarnya ada orang kristen yang memiliki isteri
lebih dari satu.
Apakah sekarang, setelah kita
menjadi kristen boleh menikah lebih dari satu isteri?
I Tesalonika 4
4:4 supaya kamu
masing-masing mengambil seorang
perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan
penghormatan,
Ulangan 17
17:17 Juga janganlah
ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun
janganlah ia kumpulkan terlalu banyak.
Tuhan kita tidak pernah
menginginkan kita memiliki isteri lebih dari satu. Kita hanya boleh memiliki
satu isteri saja, itu sebabnya Tuhan hanya menciptakan seorang wanita saja bagi
Adam.
Seandainya Saudara bertanya
mengapa tokoh-tokoh dalam perjanjian lama di Alkitab juga memiliki banyak
isteri? Jawabannya pertama, hal ini bukan berarti diperintahkan ataupun
diijinkan demikian oleh Tuhan kita. Allah Bapa tidak pernah mengijinkan untuk
berbuat demikian. Jadi hal ini bukanlah perintah dari Tuhan kita. Jikalau ada
beberapa orang yang terpikat untuk beristeri lebih dari satu, itu tidak lain
karena pilihannya sendiri, sudah tentu dengan segala resiko dan konsekwensinya
seperti yang telah dialami oleh raja Salomo di masa tuanya.
Yakobus 1
1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Kedua, kita sekarang hidup dalam
jaman Perjanjian Baru, dimana Tuhan Yesus telah datang sebagai anugerah
keselamatan bagi kita. Kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat namun sudah
dalam kasih Kristus. Dan sebagai hamba Kristus yang telah mendapatkan anugerah
keselamatan itu, sudah selayaknya kita mengikuti firman-Nya. Tuhan Yesus telah
menegaskan demikian dalam Injil Matius :
Matius 19
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian,
apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang
menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran
hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa
menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
Di ayat ke 9 ini Saudara, Tuhan
Yesus telah menegaskan jika menceraikan isteri dan kawin lagi dengan perempuan
lain, berarti sudah berbuat zinah, apalagi jika tanpa menceraikan isteri dan
kawin lagi. Jadi sebagai orang kristen kita memang tidak boleh memiliki isteri
lebih dari satu.
Untuk gampang dimengerti mungkin
dapat kita umpamakan demikian, jika Saudara telah menerima suatu benda A bagi
Saudara dan beberapa waktu kemudian Saudara membuang benda A tersebut dengan
maksud untuk memiliki benda B saja sudah dapat dikatakan Saudara adalah orang
yang serakah, terlebih lagi kalau Saudara ingin memiliki kedua-duanya.
Sebagai orang percaya sudah
selayaknya kita harus menuruti firman Tuhan, bukan sebaliknya, untuk melanggar
firman-Nya. Seseorang akan dikatakan hamba tuannya jikalau dia menuruti
perkataan tuannya. Demikian juga kalau kita menuruti firman-Nya kita adalah
hamba-Nya.
Jadi kesimpulan dari ini semua,
janganlah menghalangi seorang petobat baru hanya dikarenakan aturan-aturan yang
disyaratkan oleh manusia. Siapapun Saudara, pendeta ataupun jemaat biasa, bila
Saudara telah menghalangi satu jiwa yang akan bertobat, berarti Saudara telah
menjadi alat iblis.
Akhir kata bila Saudara tidak
sependapat dengan sharing ini, Saudara bebas untuk menolaknya.
Syallom….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar