Translate

Minggu, 26 Agustus 2012

Jangan Menghambat Pertobatan Seseorang !


Saya mempunyai cerita menarik. Begini, suatu ketika saya dengan seorang teman dan seorang pendeta sedang terlibat dalam suatu sharing yang tidak direncanakan sebelumnya. Sharing dadakan ini cukup menarik karena materi yang saat itu terbahas dengan tidak sengaja ini, menyangkut tentang pertobatan seseorang. Bukan kejadian nyata memang, tetapi seandainya.

Ada pendapat yang mengatakan pada saat seseorang akan bertobat menjadi kristen, seandainya dia telah memiliki isteri lebih dari satu, maka yang bersangkutan harus terlebih dahulu menceraikan seluruh isterinya kecuali isterinya yang pertama.
Apa artinya ini? Artinya akan ada janda-janda dari petobat baru. Terus terang, saya cukup kaget juga mendengar penuturan dan pendapat yang demikian.

Dan kekagetan saya terlebih lagi setelah mengetahui alasan mengapa pendapat demikian sampai ada. Alasannya sederhana, kalau isterinya banyak, siapa yang nanti akan mendampingi si petobat baru tadi pada saat pengukuhan pernikahannya? Apa satu suami didampingi ramai-ramai oleh isterinya? Kurang lebih begitu alasan yang saya dengar.

Saudara, mungkin sekali pada beberapa denominasi gereja tertentu, mereka memang ada yang melakukan pengukuhan pernikahan bagi para petobat baru yang telah menikah sebelum yang bersangkutan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Pengukuhan ini mungkin saja dimaksudkan agar selain pernikahan itu sah secara denominasi, juga agar yang bersangkutan untuk kedepannya tidak lagi mengalami kesulitan administrasi bila berurusan dengan pemerintahan karena agama dan surat nikahnya tidak sejalan.

Tidak dapat dipungkiri memang, bahwa masih ada beberapa pandangan yang tidak dapat menerima seseorang atau orang lain untuk berpindah agama sesuai dengan keyakinannya sendiri. Hak asasi sepertinya cuma ada di atas kertas. Prakteknya masih jauh dari ideal.

Tapi yang ingin saya sampaikan di sini Saudara, apakah praktek seperti ini, yaitu mewajibkan seorang petobat baru untuk menceraikan semua isteri mudanya terlebih dahulu, baru yang bersangkutan dapat di baptis sebagai orang kristen itu sudah tepat? Apa ajaran ini memang pernah diajarkan oleh para rasul atau bahkan Tuhan Yesus sendiri? Apa pandangan seperti ini Alkitabiah?

Kalau seandainya pandangan dan ajaran seperti ini sama sekali tidak Alkitabiah, bukankah sudah seharusnya kita sebagai umat Tuhan wajib menolaknya? Meskipun itu telah diajarkan oleh seorang Profesor, doktor theologia sekalipun! Bahkan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi gereja kita sekalipun. Tolaklah karena telah menyimpang dari ajaran Alkitab!

Mengapa kita harus menolak keras dalam hal ini Saudara? Sebab jangan-jangan kita telah bertindak sama seperti para ahli Taurat di jaman Tuhan kita Yesus Kristus.

Lukas  11

11:52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi."

Janganlah kita mau menjadi ahli-ahli Taurat seperti gambaran di atas, mereka menjadi penghalang bagi orang-orang yang mau bertobat, karena mereka sendiri tidak mendapatkan bagian dalam kerajaan sorga.

Saudara jangan berfikir, para ahli Taurat itu tahu dengan sadar bahwa mereka tidak mendapat bagian dalam kerajaan sorga, tidak! Mereka justru merasa telah melakukan apa yang telah menjadi perintah Tuhan. Namun apa kata Yesus? Mereka tidak mendapat bagian dalam kerajaan sorga. Jadi di sini mereka tidak sadar kalau mereka telah menolak Tuhan dengan perbuatan yang mereka sangka sudah baik sesuai dengan kehendak Tuhan.

Mungkin saja kita menyangka dengan mewajibkan semua petobat baru untuk hanya beristerikan satu orang saja, berarti sesuai dengan kehendak Tuhan dan gambaran hidup orang-orang kristen yang ideal, meskipun untuk itu harus terjadi perceraian. Tapi coba selidiki dulu Alkitab! Apa benar demikian kehendak Tuhan? Jangan menerima apa yang telah diajarkan kepada kita, tanpa terlebih dahulu kita menyelidiki kebenarannya. Bukankah sumber kebenaran sejati hanya pada Alkitab? Bukan pada ajaran-ajaran pendeta atau siapapun yang menggunakan hikmat pribadinya.

Saudara, Tuhan Yesus tidak pernah meminta syarat apapun pada kita untuk menjadi orang yang percaya. Dia menginginkan setiap orang dapat diselamatkan dan untuk keselamatan itu sendiri gratis, tanpa syarat!

Roma  10

10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Jadi untuk dapat menjadi orang kristen, cukup dengan cara ini. Tidak ada syarat apapun yang membebani kita untuk dapat diselamatkan. Janganlah kita menjadi seperti ahli-ahli Taurat jaman dulu, dimana mereka suka meletakkan kuk yang berat pada orang lain, sementara mereka sendiri enggan menyentuhnya. Kehidupan mereka memang terlihat sepertinya rohani sekali. Namun sebenarnya mereka lebih peduli pada aturan yang dibuat oleh manusia.

Tidak seharusnya kita mensyaratkan kepada petobat baru untuk menceraikan semua isteri mudanya hanya karena aturan yang dibuat oleh manusia, sementara Tuhan sendiri tidak pernah mensyaratkan demikian. Justru ada ayat di Alkitab yang membebaskan kita dari syarat-syarat yang tidak benar seperti itu.

I Korintus 7

7:17. Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat.

7:24 Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.

Kalau Saudara dipanggil Tuhan sebagai pengikut-Nya pada saat Saudara telah beristeri lebih dari satu, biarlah tetap demikian kondisinya (kecuali isterinya tidak menjadi kristen dan menginginkan perceraian). Jangan mengikuti syarat macam-macam yang justru dapat menghalangi pertobatan Saudara. Begitu juga pada para pendeta, janganlah memberikan syarat yang justru dapat membuat seseorang yang tadinya akan bertobat jadi terhalang.

Pendeta yang lebih mementingkan aturan-aturan denominasi yang pada dasarnya hanyalah aturan yang dibuat oleh manusia, adalah pendeta-pendeta yang telah berlaku sebagai ahli-ahli Taurat pada masa Tuhan kita Yesus Kristus hidup sebagai manusia di dunia ini. Pendeta demikian tidak layak sebagai gembala yang baik. Mereka lebih takut kepada sanksi dari organisasi denominasinya dari pada patuh kepada Tuhan. Mereka lebih menjunjung tinggi aturan denominasinya dari pada Alkitab.

Mulut memuji dan memuliakan Tuhan tetapi tindakkan mereka justru menghalangi pekerjaan Tuhan. Mereka menghalangi pertobatan seseorang yang untuk orang itu juga Tuhan kita Yesus Kristus mati di kayu salib. Pengukuhan perkawinan hanyalah aturan yang dibuat oleh manusia. Pernahkan Saudara temui ayatnya dalam Alkitab bahwa orang yang telah menjadi kristen harus melalui pengukuhan perkawinan terlebih dahulu baru sah perkawinan ataupun kekristenannya? Jika tidak ada Saudara, berarti itu bukan syarat yang diminta oleh Tuhan. Itu cuma aturan denominasi. Buatan manusia.

Tidakkah Saudara berpikir, bahwa pada saat para rasul memberitakan Injil banyak di antara orang yang saat itu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya adalah orang-orang yang telah berkeluarga? mereka yang telah berkeluarga dan menerima Yesus, apakah mereka juga mengikuti pengukuhan perkawinan? Sekiranya pengukuhan perkawinan itu begitu pentingnya sebagai syarat untuk menjadi kristen, mengapa tidak terdapat satu ayatpun yang membahas masalah itu?

Bahkan dari beberapa ayat berikut, tersirat bahwa pada masa para rasul bekerja, ada juga orang-orang kristen yang memiliki lebih dari satu isteri. Ini bukan berarti orang yang telah menjadi kristen boleh kawin lagi untuk menambah isterinya, tetapi pada saat mereka menjadi kristen, mereka  sudah memiliki isteri lebih dari satu. Dan mereka dapat datang kepada Tuhan Yesus Kristus sama seperti keadaan pada saat mereka terpanggil, yaitu telah memiliki isteri lebih dari satu. Tidak harus menceraikan semua isteri mudanya.

I Timotius  3

3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,

3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 

Saudara, seandainya pada masa itu tidak ada orang kristen yang memiliki isteri lebih dari satu, mungkinkah rasul Paulus sampai perlu mengatakan demikian? Bukankah perkataan itu sama sekali tidak ada artinya? Rasul Paulus sampai perlu mensyaratkan untuk menjadi penilik jemaat atau diaken seseorang haruslah suami dari satu isteri, ini karena pada saat itu ada orang-orang kristen yang memiliki isteri lebih dari satu, dan mungkin saja bisa menjadi penilik jemaat atau diaken kalau tidak ditegaskan demikian. Untuk mencegah hal ini sampai terjadilah, maka rasul Paulus sampai perlu menyatakan hal demikian di suratnya.

Tidak mungkin Saudara dapat mengatakan jangan makan makanan haram itu kalau seandainya memang tidak pernah ada makanan yang diharamkan. Bagaimana mungkin seorang buta bisa mengatakan awas jangan menginjak kotoran itu kalau dia sendiri tidak dapat melihat kotoran tersebut.

Jadi logikanya, kalau sampai rasul Paulus berpesan demikian di dalam suratnya, pasti rasul Paulus juga mengetahui bahwa pada saat itu, ada orang-orang kristen yang memiliki isteri lebih dari satu dan bisa saja mereka yang terpilih menjadi penilik jemaat atau diaken. Alasan mengapa rasul Paulus melarang orang yang memiliki isteri lebih dari satu untuk menjadi penilik jemaat atau diaken, saya rasa dapat kita bahas di lain kesempatan. Tetapi inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah, bahwa pada jaman para rasulpun sebenarnya ada orang kristen yang memiliki isteri lebih dari satu.

Apakah sekarang, setelah kita menjadi kristen boleh menikah lebih dari satu isteri?

I Tesalonika 4

4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan,

Ulangan  17

17:17 Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perakpun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak.

Tuhan kita tidak pernah menginginkan kita memiliki isteri lebih dari satu. Kita hanya boleh memiliki satu isteri saja, itu sebabnya Tuhan hanya menciptakan seorang wanita saja bagi Adam.

Seandainya Saudara bertanya mengapa tokoh-tokoh dalam perjanjian lama di Alkitab juga memiliki banyak isteri? Jawabannya pertama, hal ini bukan berarti diperintahkan ataupun diijinkan demikian oleh Tuhan kita. Allah Bapa tidak pernah mengijinkan untuk berbuat demikian. Jadi hal ini bukanlah perintah dari Tuhan kita. Jikalau ada beberapa orang yang terpikat untuk beristeri lebih dari satu, itu tidak lain karena pilihannya sendiri, sudah tentu dengan segala resiko dan konsekwensinya seperti yang telah dialami oleh raja Salomo di masa tuanya.

Yakobus  1

1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

Kedua, kita sekarang hidup dalam jaman Perjanjian Baru, dimana Tuhan Yesus telah datang sebagai anugerah keselamatan bagi kita. Kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat namun sudah dalam kasih Kristus. Dan sebagai hamba Kristus yang telah mendapatkan anugerah keselamatan itu, sudah selayaknya kita mengikuti firman-Nya. Tuhan Yesus telah menegaskan demikian dalam Injil Matius :

Matius 19

19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Di ayat ke 9 ini Saudara, Tuhan Yesus telah menegaskan jika menceraikan isteri dan kawin lagi dengan perempuan lain, berarti sudah berbuat zinah, apalagi jika tanpa menceraikan isteri dan kawin lagi. Jadi sebagai orang kristen kita memang tidak boleh memiliki isteri lebih dari satu.

Untuk gampang dimengerti mungkin dapat kita umpamakan demikian, jika Saudara telah menerima suatu benda A bagi Saudara dan beberapa waktu kemudian Saudara membuang benda A tersebut dengan maksud untuk memiliki benda B saja sudah dapat dikatakan Saudara adalah orang yang serakah, terlebih lagi kalau Saudara ingin memiliki kedua-duanya.

Sebagai orang percaya sudah selayaknya kita harus menuruti firman Tuhan, bukan sebaliknya, untuk melanggar firman-Nya. Seseorang akan dikatakan hamba tuannya jikalau dia menuruti perkataan tuannya. Demikian juga kalau kita menuruti firman-Nya kita adalah hamba-Nya.

Jadi kesimpulan dari ini semua, janganlah menghalangi seorang petobat baru hanya dikarenakan aturan-aturan yang disyaratkan oleh manusia. Siapapun Saudara, pendeta ataupun jemaat biasa, bila Saudara telah menghalangi satu jiwa yang akan bertobat, berarti Saudara telah menjadi alat iblis.

Akhir kata bila Saudara tidak sependapat dengan sharing ini, Saudara bebas untuk menolaknya.

Syallom….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar