Yudas Iskariot adalah salah satu
murid yang juga menyertai Tuhan kita Yesus Kristus di dalam pelayanan-Nya
selama di dunia ini. Dia bertindak sebagai bendahara di antara kesebelas murid
yang lain.
Dalam peristiwa penyaliban Tuhan
Yesus, peranan Yudas Iskariot sangat dominan dan antagonis sekali. Sebagaimana
kita ketahui, karena penghianatannyalah maka Tuhan Yesus dapat ditangkap dan
kemudian setelah “diadili”, Tuhan kita Yesus Kristus mengalami penyaliban-Nya
hingga mati. (dibawa akan kita bahas kalau ini tidak sepenuhnya benar jika
bukan karena seijin Tuhan)
Sekarang Saudara, kita sebagai
orang percaya telah diselamatkan karena penebusan dosa kita telah dilakukan
oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib-Nya. Kematian dan kebangkitan-Nya pada hari
ketiga itulah yang telah menjadi jaminan keselamatan kita. Karena tanpa adanya
kematian yang telah Tuhan kita jalani di atas kayu salib-Nya sebagai penebusan
atas dosa-dosa kita, maka sampai saat ini tidak akan ada penebusan bagi
dosa-dosa kita.
Berbahagialah kita sekarang yang
hidup di dalam anugerah keselamatan Tuhan kita Yesus Kristus, karena Dialah
Tuhan dan Juru Selamat kita. Tanpa-Nya, tidak ada seorangpun yang dapat hidup
kekal di sorga. Seorangpun tidak…, karena tidak seorangpun yang dapat menjalani
hukum Taurat.
Mengingat efek dari hasil
penghianatan yang telah dilakukan oleh Yudas Iskariot, yang adalah keselamatan
bagi kita semua orang percaya, timbul satu pertanyaan aneh, “Apa perlu kita
mengucapkan terima kasih pada Yudas Iskariot? Bukankah seharusnya dia masuk
sorga karena telah membantu pekerjaan Yesus untuk keselamatan manusia?”
Saudara, ini aneh bukan? Salah
seorang yang non kristenpun pernah menanyakan hal serupa kepada Hamran Amri,
seorang kristen yang baru mengenal Kristus di usianya yang di atas 40 tahun.
“Andaikata keselamatan orang
kristen karena adanya penebusan dosa oleh Tuhan Yesus di kayu salib, bukankah
orang yang paling berjasa atas peristiwa itu adalah Yudas Iskariot? Sebab tanpa
peranan Yudas Iskariot, belum tentu ada peristiwa penyaliban itu. Dan kalau
peristiwa penyaliban itu tidak ada, maka tidak ada juga penebusan dosa oleh
Tuhan Yesus.” Itu kurang lebih dasar pemikiran mereka yang mempertanyakan
masalah di atas.
Baiklah sekarang kita mulai
membahas, apa sesungguhnya peranan Yudas Iskariot itu dan bagaimana seharusnya
kita bersikap.
Pertama-tama yang perlu kita
ketahui, Yudas Iskariot bukanlah murid dengan kepribadian yang baik. Walaupun
dia telah bersama-sama dengan Yesus dan terhitung sebagai bagian dari antara ke
dua belas murid Yesus, pada dasarnya dia bukanlah orang yang jujur. Hal ini
dapat kita lihat di ayat berikut ini :
Yohanes 12
12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak
narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya
dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
12:4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid
Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
12:5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual
tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
12:6 Hal itu
dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan
karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam
kas yang dipegangnya.
Yudas Iskariot dipercayakan
sebagai bendahara. Dialah yang memegang uang kas mereka semua. Namun dia tidak
jujur. Sepertinya sesuatu yang berkaitan dengan uang godaannya cukup besar ya?
Di sini Saudara, sebenarnya kita sudah dapat menilai orang seperti apa Yudas
Iskariot itu sesungguhnya. Dia sudah melakukan sesuatu yang jahat jauh sebelum
penghianatannya.
Yudas Iskariot mungkin mempunyai
alasannya sendiri atas keputusannya untuk menghianati Tuhan kita Yesus Kristus,
tetapi terlepas dari itu semua, tindakannya itu bukanlah tindakan yang patut
mendapatkan simpati. Akhir-akhir ini sepertinya ada sebagian orang yang mulai
menaruh simpati yang berlebihan atas diri Yudas Iskariot ini, sehingga ada
sebagian orang yang coba meninjau peristiwa penyaliban Yesus itu dari sudut
pandang Yudas Iskariot. Mereka mencoba memaklumi tindakan Yudas Iskariot ini
secara lebih manusiawi. Yah….silahkan saja, masing-masing kita kan diberikan
kebebasan.
Tetapi sebagai orang percaya,
kita patut berhati-hati. Sudut pandang yang mulai menempatkan Yudas Iskariot
pada posisi yang patut mendapatkan simpati saya rasa, adalah hal yang dapat
membahayakan iman kita sendiri sebagai orang percaya. Mengapa?...
Saudara, bila rasa simpati itu
terlanjur ada pada diri kita, lambat laun tidak mustahil rasa ini akan
berkembang menjadi rasa untuk dapat memaklumi atas tindakan seseorang tersebut.
Dan bila hal inipun berkembang sedemikian rupa, maka dapat saja rasa memaklumi
tersebut berubah ketingkatannya yang lebih lagi yaitu pembelaan.
Bukankah kita dapat saja membela
seseorang hanya karena kita dapat memaklumi tindakannya?
Sebagai ilustrasi saya gambarkan
demikian :
Bila ada
seseorang memarkir kendaraannya di suatu tempat, tetapi karena satu dan lain
hal, dia sampai lupa mencabut kunci kendaraannya.
Pada saat dia
kembali, kendaraannya tersebut sudah tidak ada lagi, alias dicuri seseorang.
Karena orang ini
sibuk mencari kendaraannya, maka hal ini akhirnya diketahui oleh masyarakat
sekitar.
Kira-kira,
mungkin tidak, ada masyarakat yang berkomentar begini : “salah sendiri, mengapa
parkir tidak hati-hati, masa kunci ditinggalkan di motor, wajar saja kalau
motornya sampai dicuri orang.”
Saudara, komentar begini sangat
mungkin sekali!
Yang jadi pertanyaan sekarang,
mengapa pada akhirnya masyarakat itu dapat membela si pencuri dan malahan
menyalahkan orang yang memiliki kendaraan itu?
Ini tidak lain karena masyarakat
sudah dapat memaklumi tindakan si pencuri tadi, bahwa dia akan mencuri kalau
mereka diberi kesempatan. Walaupun tindakan mencuri itu pada dasarnya adalah
salah, namun dalam hal ini yang dipersalahkan adalah orang yang memiliki
kendaraan. Aneh bukan?
Kembali ke topik semula, kita
tidak dapat bersimpati dan memaklumi tindakan Yudas Iskariot di tinjau dari
sudut manapun. Tindakan Yudas Iskariot yang telah menyerahkan Yesus kepada para
iman Yahudi bukanlah tindakan yang patut mendapatkan simpati. Apapun
motivasinya. Keselamatan yang kita peroleh dari penebusan Yesus di kayu
salibpun bukanlah karena tindakan Yudas Iskariot.
Saya katakan demikian karena
memang keselamatan yang kita terima dari penebusan Yesus di kayu salib ini memang
sudah dirancang oleh Tuhan kita jauh sebelum semuanya itu terjadi. Tidak ada
seorangpun yang dapat menangkap Yesus kalau tidak atas seijin-Nya.
Yohanes 8
8:20 Kata-kata itu
dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah.
Dan tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.
Jadi penyaliban Tuhan kita Yesus
Kristus itu terjadi memang karena sudah kehendak Allah dan memang karena sudah
waktunya.
Tetapi bukankah itu semua terjadi
karena ada sarananya? Yaitu penghianatan Yudas Iskariot?
Saya jelaskan sekali lagi bahwa
Yudas Iskariot tidaklah layak mendapatkan simpati. Rencana Tuhan atas penebusan
Yesus di kayu salib itu tidaklah di ketahui oleh siapapun di dunia ini, –
walaupun rencana ini sudah tersirat di kitabnya orang Yahudi – karena itu,
sewaktu Yudas Iskariot menghianati Yesus, bukan berarti dia berusaha untuk
menggenapi rencana Tuhan atas keinginannya sendiri, bukan!
Dia dimanfaatkan iblis untuk
menghianati Yesus dengan maksud agar berita keselamatan tentang Kerajaan Allah
yang diberitakan Yesus dapat dibungkam. Iblis tidak menginginkan berita
keselamatan yang diberitakan Yesus ini dapat menyelamatkan umat manusia.
Namun…, dibalik tindakan iblis
untuk membungkam berita keselamatan yang diberitakan oleh Tuhan Yesus ini,
justru rencana keselamatan yang sudah dirancang oleh Bapa terlaksana. Allah
Bapa sanggup mengubah keadaan dari yang “celaka” menjadi berkat.
Jadi dalam hal ini, Yudas
Iskariot bukan bermaksud mengikuti rancangan keselamatan yang dari Allah Bapa,
tetapi dia justru dimanfaatkan iblis untuk menghancurkan berita keselamatan
yang diberitakan Yesus, namun karena ketidak-tahuan iblis atas rencana Allah
Bapa, keadaan justru berbalik menjadi kemenangan bagi Kristus.
Patutkah kita berterima kasih kepada
Yudas Iskariot?
Matius 26
26:24 Anak Manusia
memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak
dilahirkan."
Bagaimana mungkin kita dapat
berterima kasih kepada orang yang celaka menurut Injil? Tuhan Yesus sendiri
telah menyatakannya dengan tegas siapa sebenarnya salah seorang dari kedua
belas orang murid-Nya itu.
Yohanes 6
6:70 Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku
sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu
adalah Iblis."
6:71 Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon
Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua
belas murid itu.
Hati-hati Saudara, imanmu jangan
sampai disesatkan!
Saya setuju dengan ilustrasi yang
diberikan oleh Hamran Ambrie berikut ini :
Sebagai bangsa
Indonesia, kita tentu tidak pernah lupa dengan masa-masa sulit bangsa kita pada
saat sedang dijajah oleh bangsa asing.
Karena
penderitaan hidup di jaman penjajahanlah maka banyak di antara putra putri
bangsa yang rela berjuang untuk melawan penjajahan itu. Ini tarohannya nyawa
Saudara!
Sekarang, pada
saat para pejuang itu gugur di medan perang untuk membebaskan kita dari
penjajahan, apakah kita harus berterima kasih kepada para penjajah termasuk
para penghianat bangsa yang menyebabkan lahirnya para pahlawan (pejuang yang
tewas di medan perang) buat bangsa kita ini? Sebab kalau tidak ada penjajahan
kan tidak akan lahir para pahlawan kemerdekaan yang memerdekakan kita dari
penjajahan?
Kalau para
pahlawan yang membebaskan kita itu diibaratkan Yesus, dan para penjajah serta
penghianat bangsa itu adalah Yudas Iskariot, kepada siapa kita harus
mengucapkan terima kasih?
Jadi dengan demikian, tidak ada
bagiannya di dalam sorga untuk Yudas Iskariot seperti pertanyaan di atas. Hal
ini semata-mata bukan hanya karena penghianatannya kepada Tuhan Yesus, tetapi
lebih dikarenakan dia tidak mau bertobat.
Yudas Iskariot, di dalam penyesalannya
yang mendalam, memilih untuk mati dengan cara gantung diri. Inilah yang
membuatnya tidak mendapatkan bagian di dalam sorga.
Rasul Petrus juga pernah
menyangkal Yesus, namun penyelesaian akhir dari kedua orang murid ini amat
sangat jauh berbeda. Penyangkalan Petrus atas Tuhan Yesus pada dasarnya sama
saja dengan penghianatan Yudas Iskariot. Namun dengan hati yang hancur, rasul
Petrus kembali kepada Tuhan Yesus dan mendapatkan pengampunan-Nya.
Saudara, jika sekarang Saudara
berada di dalam penyangkalan Saudara akan Tuhan kita Yesus Kristus, kembalilah
kepada-Nya selagi Saudara masih sempat. Hari ini juga atau Saudara akan
menyesalinya nanti.
Akhir dari sharing ini semoga
kita semua dapat bertumbuh dalam iman.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar