Translate

Minggu, 26 Agustus 2012

Perlukah Berterima Kasih Kepada Yudas Iskariot?


Yudas Iskariot adalah salah satu murid yang juga menyertai Tuhan kita Yesus Kristus di dalam pelayanan-Nya selama di dunia ini. Dia bertindak sebagai bendahara di antara kesebelas murid yang lain.
Dalam peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, peranan Yudas Iskariot sangat dominan dan antagonis sekali. Sebagaimana kita ketahui, karena penghianatannyalah maka Tuhan Yesus dapat ditangkap dan kemudian setelah “diadili”, Tuhan kita Yesus Kristus mengalami penyaliban-Nya hingga mati. (dibawa akan kita bahas kalau ini tidak sepenuhnya benar jika bukan karena seijin Tuhan)

Sekarang Saudara, kita sebagai orang percaya telah diselamatkan karena penebusan dosa kita telah dilakukan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib-Nya. Kematian dan kebangkitan-Nya pada hari ketiga itulah yang telah menjadi jaminan keselamatan kita. Karena tanpa adanya kematian yang telah Tuhan kita jalani di atas kayu salib-Nya sebagai penebusan atas dosa-dosa kita, maka sampai saat ini tidak akan ada penebusan bagi dosa-dosa kita.

Berbahagialah kita sekarang yang hidup di dalam anugerah keselamatan Tuhan kita Yesus Kristus, karena Dialah Tuhan dan Juru Selamat kita. Tanpa-Nya, tidak ada seorangpun yang dapat hidup kekal di sorga. Seorangpun tidak…, karena tidak seorangpun yang dapat menjalani hukum Taurat.

Mengingat efek dari hasil penghianatan yang telah dilakukan oleh Yudas Iskariot, yang adalah keselamatan bagi kita semua orang percaya, timbul satu pertanyaan aneh, “Apa perlu kita mengucapkan terima kasih pada Yudas Iskariot? Bukankah seharusnya dia masuk sorga karena telah membantu pekerjaan Yesus untuk keselamatan manusia?”

Saudara, ini aneh bukan? Salah seorang yang non kristenpun pernah menanyakan hal serupa kepada Hamran Amri, seorang kristen yang baru mengenal Kristus di usianya yang di atas 40 tahun.

“Andaikata keselamatan orang kristen karena adanya penebusan dosa oleh Tuhan Yesus di kayu salib, bukankah orang yang paling berjasa atas peristiwa itu adalah Yudas Iskariot? Sebab tanpa peranan Yudas Iskariot, belum tentu ada peristiwa penyaliban itu. Dan kalau peristiwa penyaliban itu tidak ada, maka tidak ada juga penebusan dosa oleh Tuhan Yesus.” Itu kurang lebih dasar pemikiran mereka yang mempertanyakan masalah di atas.

Baiklah sekarang kita mulai membahas, apa sesungguhnya peranan Yudas Iskariot itu dan bagaimana seharusnya kita bersikap.

Pertama-tama yang perlu kita ketahui, Yudas Iskariot bukanlah murid dengan kepribadian yang baik. Walaupun dia telah bersama-sama dengan Yesus dan terhitung sebagai bagian dari antara ke dua belas murid Yesus, pada dasarnya dia bukanlah orang yang jujur. Hal ini dapat kita lihat di ayat berikut ini :

Yohanes 12

12:3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
12:4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
12:5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.

Yudas Iskariot dipercayakan sebagai bendahara. Dialah yang memegang uang kas mereka semua. Namun dia tidak jujur. Sepertinya sesuatu yang berkaitan dengan uang godaannya cukup besar ya? Di sini Saudara, sebenarnya kita sudah dapat menilai orang seperti apa Yudas Iskariot itu sesungguhnya. Dia sudah melakukan sesuatu yang jahat jauh sebelum penghianatannya.

Yudas Iskariot mungkin mempunyai alasannya sendiri atas keputusannya untuk menghianati Tuhan kita Yesus Kristus, tetapi terlepas dari itu semua, tindakannya itu bukanlah tindakan yang patut mendapatkan simpati. Akhir-akhir ini sepertinya ada sebagian orang yang mulai menaruh simpati yang berlebihan atas diri Yudas Iskariot ini, sehingga ada sebagian orang yang coba meninjau peristiwa penyaliban Yesus itu dari sudut pandang Yudas Iskariot. Mereka mencoba memaklumi tindakan Yudas Iskariot ini secara lebih manusiawi. Yah….silahkan saja, masing-masing kita kan diberikan kebebasan.

Tetapi sebagai orang percaya, kita patut berhati-hati. Sudut pandang yang mulai menempatkan Yudas Iskariot pada posisi yang patut mendapatkan simpati saya rasa, adalah hal yang dapat membahayakan iman kita sendiri sebagai orang percaya. Mengapa?...

Saudara, bila rasa simpati itu terlanjur ada pada diri kita, lambat laun tidak mustahil rasa ini akan berkembang menjadi rasa untuk dapat memaklumi atas tindakan seseorang tersebut. Dan bila hal inipun berkembang sedemikian rupa, maka dapat saja rasa memaklumi tersebut berubah ketingkatannya yang lebih lagi yaitu pembelaan.

Bukankah kita dapat saja membela seseorang hanya karena kita dapat memaklumi tindakannya?

Sebagai ilustrasi saya gambarkan demikian :

Bila ada seseorang memarkir kendaraannya di suatu tempat, tetapi karena satu dan lain hal, dia sampai lupa mencabut kunci kendaraannya.
Pada saat dia kembali, kendaraannya tersebut sudah tidak ada lagi, alias dicuri seseorang.
Karena orang ini sibuk mencari kendaraannya, maka hal ini akhirnya diketahui oleh masyarakat sekitar.
Kira-kira, mungkin tidak, ada masyarakat yang berkomentar begini : “salah sendiri, mengapa parkir tidak hati-hati, masa kunci ditinggalkan di motor, wajar saja kalau motornya sampai dicuri orang.”

Saudara, komentar begini sangat mungkin sekali!
Yang jadi pertanyaan sekarang, mengapa pada akhirnya masyarakat itu dapat membela si pencuri dan malahan menyalahkan orang yang memiliki kendaraan itu?
Ini tidak lain karena masyarakat sudah dapat memaklumi tindakan si pencuri tadi, bahwa dia akan mencuri kalau mereka diberi kesempatan. Walaupun tindakan mencuri itu pada dasarnya adalah salah, namun dalam hal ini yang dipersalahkan adalah orang yang memiliki kendaraan. Aneh bukan?

Kembali ke topik semula, kita tidak dapat bersimpati dan memaklumi tindakan Yudas Iskariot di tinjau dari sudut manapun. Tindakan Yudas Iskariot yang telah menyerahkan Yesus kepada para iman Yahudi bukanlah tindakan yang patut mendapatkan simpati. Apapun motivasinya. Keselamatan yang kita peroleh dari penebusan Yesus di kayu salibpun bukanlah karena tindakan Yudas Iskariot.

Saya katakan demikian karena memang keselamatan yang kita terima dari penebusan Yesus di kayu salib ini memang sudah dirancang oleh Tuhan kita jauh sebelum semuanya itu terjadi. Tidak ada seorangpun yang dapat menangkap Yesus kalau tidak atas seijin-Nya.

Yohanes  8

8:20 Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.

Jadi penyaliban Tuhan kita Yesus Kristus itu terjadi memang karena sudah kehendak Allah dan memang karena sudah waktunya.
Tetapi bukankah itu semua terjadi karena ada sarananya? Yaitu penghianatan Yudas Iskariot?

Saya jelaskan sekali lagi bahwa Yudas Iskariot tidaklah layak mendapatkan simpati. Rencana Tuhan atas penebusan Yesus di kayu salib itu tidaklah di ketahui oleh siapapun di dunia ini, – walaupun rencana ini sudah tersirat di kitabnya orang Yahudi – karena itu, sewaktu Yudas Iskariot menghianati Yesus, bukan berarti dia berusaha untuk menggenapi rencana Tuhan atas keinginannya sendiri, bukan!

Dia dimanfaatkan iblis untuk menghianati Yesus dengan maksud agar berita keselamatan tentang Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus dapat dibungkam. Iblis tidak menginginkan berita keselamatan yang diberitakan Yesus ini dapat menyelamatkan umat manusia.

Namun…, dibalik tindakan iblis untuk membungkam berita keselamatan yang diberitakan oleh Tuhan Yesus ini, justru rencana keselamatan yang sudah dirancang oleh Bapa terlaksana. Allah Bapa sanggup mengubah keadaan dari yang “celaka” menjadi berkat.

Jadi dalam hal ini, Yudas Iskariot bukan bermaksud mengikuti rancangan keselamatan yang dari Allah Bapa, tetapi dia justru dimanfaatkan iblis untuk menghancurkan berita keselamatan yang diberitakan Yesus, namun karena ketidak-tahuan iblis atas rencana Allah Bapa, keadaan justru berbalik menjadi kemenangan bagi Kristus.

Patutkah kita berterima kasih kepada Yudas Iskariot?

Matius  26

26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

Bagaimana mungkin kita dapat berterima kasih kepada orang yang celaka menurut Injil? Tuhan Yesus sendiri telah menyatakannya dengan tegas siapa sebenarnya salah seorang dari kedua belas orang murid-Nya itu.

Yohanes 6

6:70 Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis."
6:71 Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.

Hati-hati Saudara, imanmu jangan sampai disesatkan!

Saya setuju dengan ilustrasi yang diberikan oleh Hamran Ambrie berikut ini :

Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu tidak pernah lupa dengan masa-masa sulit bangsa kita pada saat sedang dijajah oleh bangsa asing.
Karena penderitaan hidup di jaman penjajahanlah maka banyak di antara putra putri bangsa yang rela berjuang untuk melawan penjajahan itu. Ini tarohannya nyawa Saudara!

Sekarang, pada saat para pejuang itu gugur di medan perang untuk membebaskan kita dari penjajahan, apakah kita harus berterima kasih kepada para penjajah termasuk para penghianat bangsa yang menyebabkan lahirnya para pahlawan (pejuang yang tewas di medan perang) buat bangsa kita ini? Sebab kalau tidak ada penjajahan kan tidak akan lahir para pahlawan kemerdekaan yang memerdekakan kita dari penjajahan?

Kalau para pahlawan yang membebaskan kita itu diibaratkan Yesus, dan para penjajah serta penghianat bangsa itu adalah Yudas Iskariot, kepada siapa kita harus mengucapkan terima kasih?

Jadi dengan demikian, tidak ada bagiannya di dalam sorga untuk Yudas Iskariot seperti pertanyaan di atas. Hal ini semata-mata bukan hanya karena penghianatannya kepada Tuhan Yesus, tetapi lebih dikarenakan dia tidak mau bertobat.

Yudas Iskariot, di dalam penyesalannya yang mendalam, memilih untuk mati dengan cara gantung diri. Inilah yang membuatnya tidak mendapatkan bagian di dalam sorga.

Rasul Petrus juga pernah menyangkal Yesus, namun penyelesaian akhir dari kedua orang murid ini amat sangat jauh berbeda. Penyangkalan Petrus atas Tuhan Yesus pada dasarnya sama saja dengan penghianatan Yudas Iskariot. Namun dengan hati yang hancur, rasul Petrus kembali kepada Tuhan Yesus dan mendapatkan pengampunan-Nya.

Saudara, jika sekarang Saudara berada di dalam penyangkalan Saudara akan Tuhan kita Yesus Kristus, kembalilah kepada-Nya selagi Saudara masih sempat. Hari ini juga atau Saudara akan menyesalinya nanti.

Akhir dari sharing ini semoga kita semua dapat bertumbuh dalam iman.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar