Sebagai orang
kristen, masih bolehkah kita makan darah?
Makanan ini
memang enak. Saya sendiri pernah makan darah sewaktu belum menjadi kristen.
Dalam kepercayaan saya yang dulu, tidak ada apapun yang dilarang buat dimakan.
Saya masih ingat sewaktu kecil. Dulu ayam ras terbilang sangat jarang, apalagi
ayam potong tanpa bulu yang dapat kita lihat sekarang ini di pasar-pasar
tradisional.
Jadi kalau kita
mau makan ayam, maka yang dimasak adalah ayam kampung. Ayam ini pun diolah
sendiri dari mulai memotongnya sampai memasaknya. Biasanya sewaktu di potong,
darah ayam ini akan di tampung untuk nantinya dimasak juga.
Masakan darah
yang menjadi favorit saya dulu adalah darah yang di potong kotak-kotak kecil,
dimasak bersama dengan daun kucai dan sedikit buah nanas. Wahh.... masakan itu
enak sekali....
Nah, mengingat
banyaknya orang-orang kristen sekarang ini bukan cuma hasil dari kelahiran
saja, namun cukup banyak yang merupakan
hasil dari pilihan iman, maka sudah tentu memori-memori tentang enaknya makan
darah tersebut masih tersimpan dalam kenangan mereka. Sekarang dengan telah
menjadi kristen, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apakah kita tetap makan darah
sesuai dengan kebiasaan kita dulu? Bukankah segala sesuatunya telah di
halalkan?
I Korintus
6:12.
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala
sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh
suatu apapun.
Ayat ini
mengatakan bahwa segala sesuatunya adalah halal. Artinya kita tetap dapat makan
darah donk?
Yah, memang ayat
yang satu ini telah menjadi favoritnya para pemakan darah (vampir.... kali
yah?). Sebab ayat ini sepertinya telah membela kepentingan mereka. Sebagai
manusia, pandangan kita memang akan sangat positif sekali terhadap apapun yang
kita rasakan dapat membela kepentingan kita. Lain halnya bila sebaliknya. Maka
kita akan mencoba menelitinya dengan seteliti-telitinya, bukan dengan maksud
yang jujur, tetapi moga-moga ada cela yang dapat membenarkan keinginan kita
itu.
Ayat ini
mengatakan segala sesuatu halal bagiku, namun, tidak semua yang halal bagiku
itu berguna bagi kehidupanku. Kalau kita mau jujur, seharusnya kita tidak boleh
mengartikannya dari sudut pandang dalam hal makanan saja. Tetapi justru kita
harus melihat konteksnya, apa sebenarnya maksud dari ayat tersebut secara
menyeluruh. Apakah benar ayat itu membicarakan tentang makanan?
Kita perhatikan
ayat ini baik-baik.
I Korintus
6:11 Dan
beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi
dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu
telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
6:12.
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala
sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh
suatu apapun.
6:13 Makanan adalah untuk perut
dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi
tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Ayat 12 dan 13
ini Saudara, sama sekali tidak membicarakan topik yang sama. Justru ayat 12 ini
sangat berkaitan erat dengan ayat ke 11.
Coba Saudara
perhatikan baik-baik. Rasul paulus ingin mengatakan pada kita, bahwa dulunya
kita semua hidup dalam perhambaan pada dunia ini meskipun kita tetap mencari
selamat dengan berbagai cara. Namun setelah kita di benarkan melalui Tuhan
Yesus atau kita telah di merdekakan oleh Tuhan Yesus dari kuk perhambaan itu,
maka kita semua sekarang ini telah bebas... menjadi orang merdeka! Sehingga
kita tidak lagi hidup dibawah kutuk hukum Taurat.
Dulu, sebelum
kasih karunia turun atas kita, segala sesuatunya di atur dalam hukum Taurat.
Apa yang harus kita lakukan, apa yang tidak boleh kita lakukan, apa yang
dinyatakan halal, haram dan lain sebagainya. Semuanya itu harus dilaksanakan
agar kita dapat selamat. Sekarang setelah kasih karunia itu turun atas kita,
apapun yang kita perbuat menjadi halal bagi kita. Karena keselamatan kita tidak
lagi bergantung pada perbuatan kita, tetapi semata-mata hanya karena kasih
karunia Tuhan saja. Hanya saja, seperti rasul paulus katakan, walaupun
segalanya itu halal, apa itu berguna bagi kita?
Mungkin akan
timbul pertanyaan begini “kalau gitu kita bebas berbuat dosa donk.... kan semua
itu jadi halal setelah kita di merdekakan oleh Tuhan Yesus?”............ kita
akan sampai pada jawaban pertanyaan ini di akhir dari pembahasan kita di bawah
ini. Sekarang saya akan fokuskan dulu tentang ayat di atas.
Pada ayat di
atas, mungkin kita akan mengalami kesulitan dalam menangkap arti dari hubungan
antara ayat 12 dan ayat 11. Untuk itu baiklah kita coba lihat apa kata Alkitab
dalam bahasa indonesia sehari-hari.
I Korintus
6:11 Beberapa di antaramu dahulu
berkelakuan seperti itu. Tetapi sekarang
kalian dinyatakan bersih dari dosa. Kalian sudah menjadi milik Allah yang
khusus. Kalian sudah berbaik kembali dengan Allah, karena kalian percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus dan karena kuasa Roh dari Allah kita.
6:12. Ada yang berkata bahwa
setiap orang boleh melakukan segala sesuatu. Tetapi bagi saya tidak semuanya
berguna. Jadi meskipun saya boleh
melakukan apa saja, tetapi saya tidak mau membiarkan diri saya dikuasai oleh
apa pun.
Inilah inti dari
ayat ke 12 itu Saudara, rasul paulus walaupun dia merasa dapat melakukan apa
saja, karena semua hal itu tidak lagi dapat mempengaruhi keselamatan yang dia
peroleh melalui Yesus Kristus, dia memilih untuk tidak mau melakukan itu semua
jikalau itu tidak berguna bagi dirinya. Apalagi bila hal itu dapat mendatangkan
celaka.
Kalau boleh saya
ilustrasikan, ini seperti seekor anjing yang selalu kita ikat, pada saat ikatan
itu di lepas dia akan berlari kemanapun dia mau... tetapi tidak semua anjing
harus melakukan hal itu. Bisa saja anjing itu memilih tetap diam di tempatnya
dari pada harus mengungkapkan segala kegembiraannya itu dengan berlari tidak
tentu arah.
Kita ini ibarat
anjing yang terikat dengan berbagai aturan adat istiadat dan berbagai aturan
agama yang pada dasarnya tidak menyelamatkan. Pada saat ikatan itu dilepaskan
oleh Yesus, kita ditawari sebuah rumah mungil yang baru, tanpa ikatan rantai
yang mengekang (inilah kuk yang ringan itu). Sekarang, kita bebas. Kalau kita
menggunakan kebebasan kita ini untuk berlari kesana-kemari (bebas berbuat dosa
karena merasa telah dibebaskan) tanpa perduli dengan tawaran “rumah mungil
tanpa ikatan rantai yang mengekang itu”, maka hilanglah kesempatan kita untuk
memiliki “rumah” yang nyaman itu. Walaupun kita telah dibebaskan, namun “rumah”
– keselamatan – itu tidak pernah kita
miliki.
Inilah gambaran
bagi orang yang merasa apabila dirinya telah menjadi kristen, dan semua dosanya
telah di tebus, dia berfikir dapat bebas berbuat dosa dengan suka cita dan
kesadaran tinggi. (dibawah ini akan kita bahas lebih detail)
Keselamatan kita
melalui Yesus Kristus, telah memerdekakan kita dari segala aturan yang mengikat.
Yang dulunya bagi kita itu adalah hal yang harus di hindari, sekarang ini telah
menjadi hal yang halal bagi kita (apa yang dinyatakan halal disini, sudah tentu
tidak bertentangan dengan apa yang Tuhan Yesus perintahkan pada kita. Termasuk
melakukan aktifitas di hari sabat seperti yang Yesus contohkan pada Matius
12:10-13 – hal ini memang bertentangan dengan adat istiadat bangsa Yahudi namun
tidak bertentangan dengan perintah Tuhan Yesus). Karena segala sesuatunya
sekarang ini telah menjadi halal. Namun begitu, kita juga harus selektif. Apa
yang telah dihalalkan bagi kita (hal ini disebabkan keselamatan kita bukan lagi
bergantung dari perbuatan kita) apakah itu juga baik bagi kita?
Kalau Saudara
selama ini dilarang memakan daging panggang berlemak yang lezat karena
diperingatkan oleh dokter Saudara, dan setelah dokter Saudara mungkin
mengijinkannya, itu bukan berarti Saudara kemudian akan memanfaatkan ijin itu
untuk memakan daging panggang berlemak itu bukan? Kalau Saudara perduli dengan
kesehatan Saudara, walaupun dokter telah menyatakan Saudara telah sembuh dan
boleh kembali memakan daging panggang berlemak itu, saya rasa Saudara tetap
tidak akan menyentuhnya. Mengapa? Bisa jadi Saudara akan beranggapan apakah hal
demikian baik buat kesehatan Saudara? (yaitu bebas makan dan kemudian sakit
lagi?)
Hal demikianlah
yang ingin rasul paulus katakan dalam ayat tersebut. Sekarang bagi dia segala
sesuatunya halal tapi ada batasan-batasan dari halal itu sendiri yang dia
pandang, apakah setelah dihalalkan kita jadi bebas seperti anjing lepas atau
kita harus selektif apa yang bermanfaat saja bagi kita? Tidak semua yang halal
itu baik bagi kita. Barang itu baik dan halal bagi kita, tetapi bila kita salah
mempergunakannya, maka itu menjadi hal yang merugikan kita sendiri.
Narkotika
misalnya, bisa saja baik dan menjadi obat yang berguna bagi kita bila berada
ditangan kedokteran dan ini halal, tetapi apakah obat ini juga baik bagi kita
jika kita sembarangan mengkonsumsinya? Jadi walaupun itu halal, bukan berarti
baik bagi tubuh kita.
Jadi Saudara,
ayat diatas sebenarnya kurang tepat kalau Saudara terapkan sebagai ijin untuk
makan darah. Justru banyak ayat-ayat di Alkitab yang melarang kita untuk makan
darah. Jangan karena Saudara suka sekali makan darah terus kemudian Saudara bilang “pokoknya saya
yakin itu ijin untuk makan darah, titik!”
Silahkan saja!
Bagi saya pribadi, tidak ada untung dan ruginya buat saya bila Saudara tetap
makan darah. Namun tidak demikian bagi diri Saudara sendiri. Pada saat Saudara
memutuskan untuk tetap memakan darah, maka segala konsekwensinya harus Saudara
tanggung juga.
Jangan Saudara
kira masalah larangan makan darah ini cuma ada pada perjanjian lama saja. Dalam
perjanjian baru sendiri sangat jelas larangan ini. Dan lebih jelas lagi larangan
itu ditujuhkan kepada siapa. Mari kita lihat.
Kisah Para
Rasul 15
15:20
tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri
dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari
daging binatang yang mati dicekik dan dari
darah.
15:29
kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang
mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal
ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."
Kisah Para
Rasul 21
21:25 Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami
tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka
harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang
mati dicekik dan dari percabulan."
Ayat ini, sangat
jelas sekali di tujuhkan kepada kita orang-orang yang bukan bangsa Yahudi. Kita
semua adalah bangsa-bangsa lain itu. Para rasul tidak membicarakan tentang
bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Yesus Kristus, tetapi kitalah yang
mereka maksudkan. Dan jelas pula apa yang telah disampaikan para rasul, —bukan
cuma rasul paulus saja— tentang apa saja yang harus kita jauhi. (pembahasan
tentang makanan persembahan berhala dapat kita bahas pada sesi lain).
Jadi Saudara,
kita tidak bisa berasumsi bahwa ayat di I Korintus 6:12 itu adalah pengesahan
bagi orang-orang yang memang berkeinginan untuk makan darah. Ayat tersebut sama
sekali tidak membicarakan tentang ijin makan darah. Justru ayat-ayat sebelumnya
di Kisah Para Rasul jelas melarang kita untuk makan darah.
Firman Tuhan
tidak bertentangan satu sama lain, pada saat para rasul mengatakan bahwa kita
semua harusnya menjauhkan diri dari makan darah, maka masalah tersebut dianggap
telah jelas dan tuntas. (hanya mereka yang memang mencoba mencari-cari cela
agar ada ijin makan darah saja yang menganggap masalah ini masih dapat
diperdebatkan – sampai-sampai harus “membajak” ayat I Korintus 6:12 segala).
Itu adalah perintah final. Apa yang melatarbelakangi perintah rasul ini?
Ulangan 12
12:23
Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah
ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan daging.
12:24
Janganlah engkau memakannya; engkau harus mencurahkannya ke bumi seperti air.
12:25
Janganlah engkau memakannya, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang
kemudian, apabila engkau melakukan apa yang benar di mata TUHAN.
Karena itu
Saudara, pada saat muncul ayat I Korintus 6:12 janganlah Saudara beranggapan
bahwa itu adalah legalitas buat Saudara untuk kembali makan darah. Ayat ini
jangan lagi diartikan dalam hal makanan. Pengertian Saudara akan jelas pada
saat Saudara membaca Alkitab dalam bahasa Indonesia sehari-hari.
Tentang segala
yang halal itu sendiri hendaknya kita tidak rancuh dalam memahaminya. Dengan
hikmatNya, perintah Tuhan dapat kita mengerti, dan itu tidak berubah. Perintah
itu akan tetap berlaku sampai selamanya. Kalau sekarang ini kita tidak lagi
mengikuti semua tuntutan hukum taurat, itu bukan berarti perintah Tuhan sudah
dibatalkan, tetapi itu semua semata-mata karena kita hidup di bawah kasih
karunia keselamatan yang kita dapatkan dari Yesus Kristus.
Kalimat ini,
secara tidak langsung sebagai pernyataan kalau kita adalah pengikut Yesus, kita
adalah hambaNya. Seorang hamba, haruslah mematuhi apa yang diperintahkan
tuannya. Pada saat seorang hamba tidak lagi mau mematuhi perintah tuannya, maka
hamba tersebut layak untuk di usir dari rumah tuannya. Hamba tersebut tidak
boleh lagi tinggal dalam rumah tuannya. Artinya, hamba tersebut juga tidak lagi
mendapatkan perlindungan dari tuannya.
Sekarang kita,
yang telah menyatakan diri kita sebagai hamba Yesus, layakkah kita juga
membantah perintahNya? Ataupun mengabaikan apa yang Yesus perintahkan untuk
kita lakukan? Bukankah hal-hal tersebut tidak boleh ada dalam pikiran kita?
Pada saat kita tidak mau menuruti perintah tuan kita, dan kita lebih memilih
menuruti perintah tetangga kita, pada dasarnya saat itu juga kita telah menjadi
hamba dari tetangga kita.
Perintah Tuhan
Yesus jelas, kasihilah sesamamu manusia!
Perintah ini
sangat dalam artinya. Prinsip humanisme yang dikenal dengan golden rules pun
mengambil inti dari perintah ini. Kita tidak akan berlaku buruk kepada orang
lain kalau kita menaati perintah ini. Artinya hubungan kita terhadap sesama
tidak lagi akan saling menjatuhkan. Kita akan dapat mengasihi semua orang
seperti kita mengasihi diri sendiri. Jelas perintah ini adalah cara yang jitu
untuk tidak menghasilkan dosa akibat perbuat kita terhadap sesama. Apakah kita
bisa bebas berbuat dosa kalau kita telah menghargai perintah Yesus ini? Jelas
tidak!
Jadi kita yang
telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat kita, walaupun kita telah
menerima jaminan pasti untuk dapat ke sorga, walaupun semua dosa-dosa kita
(yang dimaksudkan semua adalah seluruh dosa kita selama kita hidup di dunia
ini) telah mendapatkan penebusan melalui penyaliban Yesus, kita tetap tidak
akan pernah bebas berbuat dosa lagi. Mengapa? Karena sebagai hamba Yesus
(karena inilah kita memperoleh penebusan dosa) kita harus menuruti apa perintah
“tuan” kita. Yaitu kasihilah sesamamu manusia!
Nah Saudara,
walaupun ayat di I Korintus 6:12 mengatakan segala sesuatunya halal bagi kita,
ini bukan berarti perbuatan buruk yang menghasilkan dosapun bebas kita lakukan.
Kita justru harus menghindari itu agar kita tidak terlepas dari status sebagai
“hamba Yesus”. Sebab segala perbuatan buruk yang menghasilkan dosa, wajib kita
hindari karena memang itu yang diperintahkan “tuan” kita. Jika kita tidak mau
menghidarinya malahan kita hidup didalamnya, maka kita tidak lagi mematuhi
perintah “tuan” kita. Dan untuk itu kita dapat dikatakan bukan lagi “hambaNya”.
Jadi hamba siapa?
Yohanes
8:34
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang
yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
Apakah sekarang
Saudara masih dapat berfikir bahwa orang kristen itu enak, dapat berbuat dosa
sesukanya karena semua dosa-dosa mereka telah ditebus oleh Tuhan Yesus?
Lakukanlah itu,
(yang saya maksudkan disini adalah kalau kita melakukan semua itu – perbuatan
dosa – dengan suka cita dan penuh kesadaran) maka bisa jadi Saudara akan lepas
dari kasih karunia Yesus.
Dengan
mengetahui bahwa ayat I Korintus 6:12 tersebut bukanlah legalitas buat makan
darah, dan justru banyak ayat-ayat lain di perjanjian lama maupun perjanjian
baru yang melarang kita untuk makan darah, apakah sekarang Saudara masih
bersikukuh dengan keyakinan Saudara bahwa Saudara dapat bebas makan apa saja?
Terutama makan darah?
Apapun respon
Saudara dari ulasan kita di atas ini, itu adalah menjadi hak Saudara sendiri.
Silahkan saja kalau Saudara tetap berkeinginan untuk makan darah. Tidak ada
seorangpun yang dapat mencegahnya. Dalam kekristenan, tidak ada yang namanya
keselamatan kolektif. Semuanya amat pribadi. Karena itu, apapun yang kita
lakukan, haruslah bersumber dari kesadaran kita pribadi
Saya tidak
bermaksud untuk menjadi hakim bagi Saudara sehingga dapat menentukan apakah
Saudara selamat atau tidak bila makan darah. Saya tidak mempunyai otoritas
untuk mengatakan itu. Namun apa yang dapat saya pahami tentang hal makan darah,
itu jugalah yang saya sharingkan pada Saudara di sini. Kalau menurut Saudara
apa yang saya sampaikan di sini adalah salah, biarlah itu tetap menjadi
keyakinan saya dan juga biarlah apa yang Saudara yakini tetap menjadi keyakinan
Saudara pula.
Demikianlah
akhir dari sharing kita ini Saudara, Tuhan Yesus memberkati.
Syallom.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar