Translate

Senin, 27 Agustus 2012

Makan Darah


Sebagai orang kristen, masih bolehkah kita makan darah?
Makanan ini memang enak. Saya sendiri pernah makan darah sewaktu belum menjadi kristen. Dalam kepercayaan saya yang dulu, tidak ada apapun yang dilarang buat dimakan. Saya masih ingat sewaktu kecil. Dulu ayam ras terbilang sangat jarang, apalagi ayam potong tanpa bulu yang dapat kita lihat sekarang ini di pasar-pasar tradisional.

Jadi kalau kita mau makan ayam, maka yang dimasak adalah ayam kampung. Ayam ini pun diolah sendiri dari mulai memotongnya sampai memasaknya. Biasanya sewaktu di potong, darah ayam ini akan di tampung untuk nantinya dimasak juga.

Masakan darah yang menjadi favorit saya dulu adalah darah yang di potong kotak-kotak kecil, dimasak bersama dengan daun kucai dan sedikit buah nanas. Wahh.... masakan itu enak sekali....

Nah, mengingat banyaknya orang-orang kristen sekarang ini bukan cuma hasil dari kelahiran saja,  namun cukup banyak yang merupakan hasil dari pilihan iman, maka sudah tentu memori-memori tentang enaknya makan darah tersebut masih tersimpan dalam kenangan mereka. Sekarang dengan telah menjadi kristen, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apakah kita tetap makan darah sesuai dengan kebiasaan kita dulu? Bukankah segala sesuatunya telah di halalkan?

I Korintus

6:12. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.

Ayat ini mengatakan bahwa segala sesuatunya adalah halal. Artinya kita tetap dapat makan darah donk?

Yah, memang ayat yang satu ini telah menjadi favoritnya para pemakan darah (vampir.... kali yah?). Sebab ayat ini sepertinya telah membela kepentingan mereka. Sebagai manusia, pandangan kita memang akan sangat positif sekali terhadap apapun yang kita rasakan dapat membela kepentingan kita. Lain halnya bila sebaliknya. Maka kita akan mencoba menelitinya dengan seteliti-telitinya, bukan dengan maksud yang jujur, tetapi moga-moga ada cela yang dapat membenarkan keinginan kita itu.

Ayat ini mengatakan segala sesuatu halal bagiku, namun, tidak semua yang halal bagiku itu berguna bagi kehidupanku. Kalau kita mau jujur, seharusnya kita tidak boleh mengartikannya dari sudut pandang dalam hal makanan saja. Tetapi justru kita harus melihat konteksnya, apa sebenarnya maksud dari ayat tersebut secara menyeluruh. Apakah benar ayat itu membicarakan tentang makanan?

Kita perhatikan ayat ini baik-baik.

I Korintus
6:11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
6:12. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.

6:13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.

Ayat 12 dan 13 ini Saudara, sama sekali tidak membicarakan topik yang sama. Justru ayat 12 ini sangat berkaitan erat dengan ayat ke 11.

Coba Saudara perhatikan baik-baik. Rasul paulus ingin mengatakan pada kita, bahwa dulunya kita semua hidup dalam perhambaan pada dunia ini meskipun kita tetap mencari selamat dengan berbagai cara. Namun setelah kita di benarkan melalui Tuhan Yesus atau kita telah di merdekakan oleh Tuhan Yesus dari kuk perhambaan itu, maka kita semua sekarang ini telah bebas... menjadi orang merdeka! Sehingga kita tidak lagi hidup dibawah kutuk hukum Taurat.

Dulu, sebelum kasih karunia turun atas kita, segala sesuatunya di atur dalam hukum Taurat. Apa yang harus kita lakukan, apa yang tidak boleh kita lakukan, apa yang dinyatakan halal, haram dan lain sebagainya. Semuanya itu harus dilaksanakan agar kita dapat selamat. Sekarang setelah kasih karunia itu turun atas kita, apapun yang kita perbuat menjadi halal bagi kita. Karena keselamatan kita tidak lagi bergantung pada perbuatan kita, tetapi semata-mata hanya karena kasih karunia Tuhan saja. Hanya saja, seperti rasul paulus katakan, walaupun segalanya itu halal, apa itu berguna bagi kita?

Mungkin akan timbul pertanyaan begini “kalau gitu kita bebas berbuat dosa donk.... kan semua itu jadi halal setelah kita di merdekakan oleh Tuhan Yesus?”............ kita akan sampai pada jawaban pertanyaan ini di akhir dari pembahasan kita di bawah ini. Sekarang saya akan fokuskan dulu tentang ayat di atas.

Pada ayat di atas, mungkin kita akan mengalami kesulitan dalam menangkap arti dari hubungan antara ayat 12 dan ayat 11. Untuk itu baiklah kita coba lihat apa kata Alkitab dalam bahasa indonesia sehari-hari.

I Korintus

6:11 Beberapa di antaramu dahulu berkelakuan seperti itu. Tetapi sekarang kalian dinyatakan bersih dari dosa. Kalian sudah menjadi milik Allah yang khusus. Kalian sudah berbaik kembali dengan Allah, karena kalian percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan karena kuasa Roh dari Allah kita.

6:12. Ada yang berkata bahwa setiap orang boleh melakukan segala sesuatu. Tetapi bagi saya tidak semuanya berguna. Jadi meskipun saya boleh melakukan apa saja, tetapi saya tidak mau membiarkan diri saya dikuasai oleh apa pun.

Inilah inti dari ayat ke 12 itu Saudara, rasul paulus walaupun dia merasa dapat melakukan apa saja, karena semua hal itu tidak lagi dapat mempengaruhi keselamatan yang dia peroleh melalui Yesus Kristus, dia memilih untuk tidak mau melakukan itu semua jikalau itu tidak berguna bagi dirinya. Apalagi bila hal itu dapat mendatangkan celaka.

Kalau boleh saya ilustrasikan, ini seperti seekor anjing yang selalu kita ikat, pada saat ikatan itu di lepas dia akan berlari kemanapun dia mau... tetapi tidak semua anjing harus melakukan hal itu. Bisa saja anjing itu memilih tetap diam di tempatnya dari pada harus mengungkapkan segala kegembiraannya itu dengan berlari tidak tentu arah.

Kita ini ibarat anjing yang terikat dengan berbagai aturan adat istiadat dan berbagai aturan agama yang pada dasarnya tidak menyelamatkan. Pada saat ikatan itu dilepaskan oleh Yesus, kita ditawari sebuah rumah mungil yang baru, tanpa ikatan rantai yang mengekang (inilah kuk yang ringan itu). Sekarang, kita bebas. Kalau kita menggunakan kebebasan kita ini untuk berlari kesana-kemari (bebas berbuat dosa karena merasa telah dibebaskan) tanpa perduli dengan tawaran “rumah mungil tanpa ikatan rantai yang mengekang itu”, maka hilanglah kesempatan kita untuk memiliki “rumah” yang nyaman itu. Walaupun kita telah dibebaskan, namun “rumah” – keselamatan –  itu tidak pernah kita miliki.

Inilah gambaran bagi orang yang merasa apabila dirinya telah menjadi kristen, dan semua dosanya telah di tebus, dia berfikir dapat bebas berbuat dosa dengan suka cita dan kesadaran tinggi. (dibawah ini akan kita bahas lebih detail)

Keselamatan kita melalui Yesus Kristus, telah memerdekakan kita dari segala aturan yang mengikat. Yang dulunya bagi kita itu adalah hal yang harus di hindari, sekarang ini telah menjadi hal yang halal bagi kita (apa yang dinyatakan halal disini, sudah tentu tidak bertentangan dengan apa yang Tuhan Yesus perintahkan pada kita. Termasuk melakukan aktifitas di hari sabat seperti yang Yesus contohkan pada Matius 12:10-13 – hal ini memang bertentangan dengan adat istiadat bangsa Yahudi namun tidak bertentangan dengan perintah Tuhan Yesus). Karena segala sesuatunya sekarang ini telah menjadi halal. Namun begitu, kita juga harus selektif. Apa yang telah dihalalkan bagi kita (hal ini disebabkan keselamatan kita bukan lagi bergantung dari perbuatan kita) apakah itu juga baik bagi kita?

Kalau Saudara selama ini dilarang memakan daging panggang berlemak yang lezat karena diperingatkan oleh dokter Saudara, dan setelah dokter Saudara mungkin mengijinkannya, itu bukan berarti Saudara kemudian akan memanfaatkan ijin itu untuk memakan daging panggang berlemak itu bukan? Kalau Saudara perduli dengan kesehatan Saudara, walaupun dokter telah menyatakan Saudara telah sembuh dan boleh kembali memakan daging panggang berlemak itu, saya rasa Saudara tetap tidak akan menyentuhnya. Mengapa? Bisa jadi Saudara akan beranggapan apakah hal demikian baik buat kesehatan Saudara? (yaitu bebas makan dan kemudian sakit lagi?)

Hal demikianlah yang ingin rasul paulus katakan dalam ayat tersebut. Sekarang bagi dia segala sesuatunya halal tapi ada batasan-batasan dari halal itu sendiri yang dia pandang, apakah setelah dihalalkan kita jadi bebas seperti anjing lepas atau kita harus selektif apa yang bermanfaat saja bagi kita? Tidak semua yang halal itu baik bagi kita. Barang itu baik dan halal bagi kita, tetapi bila kita salah mempergunakannya, maka itu menjadi hal yang merugikan kita sendiri.

Narkotika misalnya, bisa saja baik dan menjadi obat yang berguna bagi kita bila berada ditangan kedokteran dan ini halal, tetapi apakah obat ini juga baik bagi kita jika kita sembarangan mengkonsumsinya? Jadi walaupun itu halal, bukan berarti baik bagi tubuh kita.

Jadi Saudara, ayat diatas sebenarnya kurang tepat kalau Saudara terapkan sebagai ijin untuk makan darah. Justru banyak ayat-ayat di Alkitab yang melarang kita untuk makan darah. Jangan karena Saudara suka sekali makan darah  terus kemudian Saudara bilang “pokoknya saya yakin itu ijin untuk makan darah, titik!”

Silahkan saja! Bagi saya pribadi, tidak ada untung dan ruginya buat saya bila Saudara tetap makan darah. Namun tidak demikian bagi diri Saudara sendiri. Pada saat Saudara memutuskan untuk tetap memakan darah, maka segala konsekwensinya harus Saudara tanggung juga.

Jangan Saudara kira masalah larangan makan darah ini cuma ada pada perjanjian lama saja. Dalam perjanjian baru sendiri sangat jelas larangan ini. Dan lebih jelas lagi larangan itu ditujuhkan kepada siapa. Mari kita lihat.

Kisah Para Rasul  15

15:20 tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.

15:29 kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."

Kisah Para Rasul  21

21:25 Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan."

Ayat ini, sangat jelas sekali di tujuhkan kepada kita orang-orang yang bukan bangsa Yahudi. Kita semua adalah bangsa-bangsa lain itu. Para rasul tidak membicarakan tentang bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Yesus Kristus, tetapi kitalah yang mereka maksudkan. Dan jelas pula apa yang telah disampaikan para rasul, —bukan cuma rasul paulus saja— tentang apa saja yang harus kita jauhi. (pembahasan tentang makanan persembahan berhala dapat kita bahas pada sesi lain).

Jadi Saudara, kita tidak bisa berasumsi bahwa ayat di I Korintus 6:12 itu adalah pengesahan bagi orang-orang yang memang berkeinginan untuk makan darah. Ayat tersebut sama sekali tidak membicarakan tentang ijin makan darah. Justru ayat-ayat sebelumnya di Kisah Para Rasul jelas melarang kita untuk makan darah.

Firman Tuhan tidak bertentangan satu sama lain, pada saat para rasul mengatakan bahwa kita semua harusnya menjauhkan diri dari makan darah, maka masalah tersebut dianggap telah jelas dan tuntas. (hanya mereka yang memang mencoba mencari-cari cela agar ada ijin makan darah saja yang menganggap masalah ini masih dapat diperdebatkan – sampai-sampai harus “membajak” ayat I Korintus 6:12 segala). Itu adalah perintah final. Apa yang melatarbelakangi perintah rasul ini?

Ulangan 12

12:23 Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan daging.
12:24 Janganlah engkau memakannya; engkau harus mencurahkannya ke bumi seperti air.
12:25 Janganlah engkau memakannya, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, apabila engkau melakukan apa yang benar di mata TUHAN.

Karena itu Saudara, pada saat muncul ayat I Korintus 6:12 janganlah Saudara beranggapan bahwa itu adalah legalitas buat Saudara untuk kembali makan darah. Ayat ini jangan lagi diartikan dalam hal makanan. Pengertian Saudara akan jelas pada saat Saudara membaca Alkitab dalam bahasa Indonesia sehari-hari.

Tentang segala yang halal itu sendiri hendaknya kita tidak rancuh dalam memahaminya. Dengan hikmatNya, perintah Tuhan dapat kita mengerti, dan itu tidak berubah. Perintah itu akan tetap berlaku sampai selamanya. Kalau sekarang ini kita tidak lagi mengikuti semua tuntutan hukum taurat, itu bukan berarti perintah Tuhan sudah dibatalkan, tetapi itu semua semata-mata karena kita hidup di bawah kasih karunia keselamatan yang kita dapatkan dari Yesus Kristus.

Kalimat ini, secara tidak langsung sebagai pernyataan kalau kita adalah pengikut Yesus, kita adalah hambaNya. Seorang hamba, haruslah mematuhi apa yang diperintahkan tuannya. Pada saat seorang hamba tidak lagi mau mematuhi perintah tuannya, maka hamba tersebut layak untuk di usir dari rumah tuannya. Hamba tersebut tidak boleh lagi tinggal dalam rumah tuannya. Artinya, hamba tersebut juga tidak lagi mendapatkan perlindungan dari tuannya.

Sekarang kita, yang telah menyatakan diri kita sebagai hamba Yesus, layakkah kita juga membantah perintahNya? Ataupun mengabaikan apa yang Yesus perintahkan untuk kita lakukan? Bukankah hal-hal tersebut tidak boleh ada dalam pikiran kita? Pada saat kita tidak mau menuruti perintah tuan kita, dan kita lebih memilih menuruti perintah tetangga kita, pada dasarnya saat itu juga kita telah menjadi hamba dari tetangga kita.

Perintah Tuhan Yesus jelas, kasihilah sesamamu manusia!

Perintah ini sangat dalam artinya. Prinsip humanisme yang dikenal dengan golden rules pun mengambil inti dari perintah ini. Kita tidak akan berlaku buruk kepada orang lain kalau kita menaati perintah ini. Artinya hubungan kita terhadap sesama tidak lagi akan saling menjatuhkan. Kita akan dapat mengasihi semua orang seperti kita mengasihi diri sendiri. Jelas perintah ini adalah cara yang jitu untuk tidak menghasilkan dosa akibat perbuat kita terhadap sesama. Apakah kita bisa bebas berbuat dosa kalau kita telah menghargai perintah Yesus ini? Jelas tidak!

Jadi kita yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat kita, walaupun kita telah menerima jaminan pasti untuk dapat ke sorga, walaupun semua dosa-dosa kita (yang dimaksudkan semua adalah seluruh dosa kita selama kita hidup di dunia ini) telah mendapatkan penebusan melalui penyaliban Yesus, kita tetap tidak akan pernah bebas berbuat dosa lagi. Mengapa? Karena sebagai hamba Yesus (karena inilah kita memperoleh penebusan dosa) kita harus menuruti apa perintah “tuan” kita. Yaitu kasihilah sesamamu manusia!

Nah Saudara, walaupun ayat di I Korintus 6:12 mengatakan segala sesuatunya halal bagi kita, ini bukan berarti perbuatan buruk yang menghasilkan dosapun bebas kita lakukan. Kita justru harus menghindari itu agar kita tidak terlepas dari status sebagai “hamba Yesus”. Sebab segala perbuatan buruk yang menghasilkan dosa, wajib kita hindari karena memang itu yang diperintahkan “tuan” kita. Jika kita tidak mau menghidarinya malahan kita hidup didalamnya, maka kita tidak lagi mematuhi perintah “tuan” kita. Dan untuk itu kita dapat dikatakan bukan lagi “hambaNya”. Jadi hamba siapa?

Yohanes

8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

Apakah sekarang Saudara masih dapat berfikir bahwa orang kristen itu enak, dapat berbuat dosa sesukanya karena semua dosa-dosa mereka telah ditebus oleh Tuhan Yesus?

Lakukanlah itu, (yang saya maksudkan disini adalah kalau kita melakukan semua itu – perbuatan dosa – dengan suka cita dan penuh kesadaran) maka bisa jadi Saudara akan lepas dari kasih karunia Yesus.

Dengan mengetahui bahwa ayat I Korintus 6:12 tersebut bukanlah legalitas buat makan darah, dan justru banyak ayat-ayat lain di perjanjian lama maupun perjanjian baru yang melarang kita untuk makan darah, apakah sekarang Saudara masih bersikukuh dengan keyakinan Saudara bahwa Saudara dapat bebas makan apa saja? Terutama makan darah?

Apapun respon Saudara dari ulasan kita di atas ini, itu adalah menjadi hak Saudara sendiri. Silahkan saja kalau Saudara tetap berkeinginan untuk makan darah. Tidak ada seorangpun yang dapat mencegahnya. Dalam kekristenan, tidak ada yang namanya keselamatan kolektif. Semuanya amat pribadi. Karena itu, apapun yang kita lakukan, haruslah bersumber dari kesadaran kita pribadi

Saya tidak bermaksud untuk menjadi hakim bagi Saudara sehingga dapat menentukan apakah Saudara selamat atau tidak bila makan darah. Saya tidak mempunyai otoritas untuk mengatakan itu. Namun apa yang dapat saya pahami tentang hal makan darah, itu jugalah yang saya sharingkan pada Saudara di sini. Kalau menurut Saudara apa yang saya sampaikan di sini adalah salah, biarlah itu tetap menjadi keyakinan saya dan juga biarlah apa yang Saudara yakini tetap menjadi keyakinan Saudara pula.

Demikianlah akhir dari sharing kita ini Saudara, Tuhan Yesus memberkati.


Syallom.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar