Translate

Rabu, 12 Desember 2012

Kemanakah Kasihmu?


Tidak ada seorangpun di dunia ini yang mau hidup jauh dari kasih.
Saat seseorang jatuh dalam persoalan, dia membutuhkan kasih orang lain untuk saling berbagi dan meringankan bebannya. Interaksi dari sesama kita yang dilandasi kasih akan jauh lebih indah bagi yang bersangkutan.

Baik yang memberi kasih maupun yang menerima kasih, pada dasarnya memiliki rasa kepuasannya sendiri. Tidakkah pernah saudara rasakan bagaimana damainya hati ini saat kita menyadari telah berhasil membantu seseorang dari kesulitannya? Jika jawaban saudara tidak dan ingin merasakannya, maka cobalah saudara sesekali membantu orang-orang miskin dengan hati yang tulus. Cukup saudara saja dan Tuhan yang tahu, maka akan saudara rasakan bagaimana damainya hati saudara setelah saudara melakukan perbuatan kasih itu.

Nah, bincang-bincang kita tentang kasih ini, akan membawa kita dalam melihat kasih yang bagaimana yang sebenarnya dari kita sebagai umat Yesus terhadap sesama, dan kasih yang bagaimana yang sesungguhnya dari orang-orang dunia terhadap sesamanya pula.

Tuhan kita Yesus Kristus menghendaki kita saling mengasihi satu terhadap yang lain.

Matius

19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Yohanes

15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."

Dan masih banyak lagi ayat-ayat tentang kasih lainnya yang Tuhan ajarkan kepada kita. Kasih yang Tuhan inginkan dari kita ini tidak terbatas hanya pada sanak saudara dan orang-orang dekat kita saja, tidak juga terbatas pada para sahabat dan orang-orang yang baik kepada kita saja... tidak saudara.

Tetapi Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada kita untuk mengasihi orang-orang yang jahat kepada kita. Orang-orang yang senantiasa mencari kesempatan untuk melampiaskan kebenciannya kepada kita. Orang-orang yang selalu mencari permasalahan dan sangat ingin membunuh kita. Orang-orang yang menganggap kita ini musuhnya dan harus dibasmi dengan segera. Yah! Tuhan kita Yesus Kristus mengajarkan kita untuk mengasihi mereka juga.

Matius

5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Sekarang karena sudah jelas apa yang Tuhan inginkan dari kita dalam menebarkan kasih, maka menjadi bagian kitalah untuk melaksanakannya. Meskipun hal itu sepertinya tidak masuk di akal manusia kita yang penuh dengan ego dan rasa balas dendam.

Tetapi yang sering terjadi dalam jemaat Tuhan apa? Adakah mereka melakukan hal seperti yang Tuhan mau dalam diri mereka?

Coba dengan jujur saudara tanyakan dalam diri masing-masing, masih seringkah kita bergosip tentang saudara kita yang seiman? Masihkah kita bocor mulut di mana-mana alias menceritakan hal-hal yang tidak perlu tentang orang lain kepada orang lain? Tidakkah saudara berfikir sebelum mulut saudara terucap kata-kata?

Dalam komunitas gereja, ternyata tidak sedikit orang-orang yang masih hobby bergosip dan bermulut bocor kemana-mana. Mengapa hal demikian masih saja terjadi dalam diri kita saudara? Kemanakah kasih yang Tuhan ingin kita terapkan dalam kehidupan kita itu? Mengapa tidak sekalipun mereka yang berbuat demikian menempatkan diri mereka sebagai objek yang dibicarakan?

Terkadang, orang-orang yang sempat tertarik untuk menjadi pengikut Kristus tersandung dengan tingkah pola dari pengikut Kristus itu sendiri. Berapa banyak orang-orang yang tadinya tidak mengenal kekristenan, kemudian setelah menjadi kristen dan melihat tingkah laku orang-orang “gereja” akhirnya mulai kecil hati dengan kekristenannya?

Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena tersandung dengan “kasih” orang-orang “kristen” ini. Saat mereka menjadi kecewa karena tidak melihat perbedaan antara orang-orang duniawi dengan orang-orang “kristen” ini, saat itu juga bisa membuat mereka menjadi tawar hati dengan kekristenannya.

Bagi orang yang baru tertarik dengan kekristenan, dia akan memandang bagaimana damainya orang-orang kristen ini. Bagaimana tercerminnya kasih di antara mereka. Bagaimana baiknya mereka yang telah diselamatkan. Dan berbagai bagaimana-bagaimana yang lainnya, yang dapat mencerminkan kehidupan damai sejahtera dalam kekristenan.

Tetapi setelah mereka menjadi bagian dari kekristenan itu sendiri, barulah rasa terkejut, kaget, kecewa menyergap mereka dengan segera. Saat mereka berkumpul dengan kaum ibu “gereja”, mereka terkejut! Saat mereka berkumpul dengan kaum bapak di gereja, mereka kaget! Ternyata gosip dan pergunjingan tidak jauh-jauh dari mereka juga. Bahkan tidak sedikit yang bocor mulut kemana-mana memberitakan masalah orang lain.

Saudara, saatnya sekarang ini bagi kita untuk menyadari apa yang seharusnya tidak kita lakukan lagi. Kalau selama ini kitalah orang yang bocor mulut itu, kitalah sumber gosip itu, bertobatlah. Sebab itu telah mendukakan Tuhan kita.

Kita yang memang hobby berbicara, bukankah sebaiknya kita mulai saat ini membicarakan hal-hal yang lebih bermanfaat saja? Kita yang memang ingin menjadi sumber perhatian, bukankah bisa kita salurkan dengan hal-hal yang lebih baik? Jangan ingin menjadi sumber perhatian dengan cara bergosip. Ada banyak cara lain yang lebih baik, saudara dapat saja menjadi sumber perhatian kalau saudara menjadi pembicara dalam seminar, atau dalam diskusi, atau dalam keluarga dan komunitas yang lebih kecil lagi. Jadilah pembicara rohani bagi mereka, maka saudara akan menjadi sumber perhatian. Ini jauh lebih baik.

Sharing ini, semoga dapat menyadarkan kita semua dari kehidupan yang jauh dari kasih Tuhan. Mulailah sejak sekarang untuk stop bergosip, stop menjadi ember bocor, dan stop dari kehidupan yang jauh dari kasih terhadap sesama.

Salam kasih.
GBU

-------------------------------------------------
Amsal

20:19. Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut

Ketulusan Kasih Kristen


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat orang-orang miskin di sekitar kita. Melihat kehidupan mereka dapat membuat kita merasa prihatin dan juga menimbulkan rasa iba. Berangkat dari sinilah maka sebagian orang dapat tergerak hatinya untuk memberikan sedikit bantuan mereka kepada orang-orang miskin ini, meskipun sebagian yang lain lebih memilih untuk menegarkan hati mereka, dan membela ketegaran hati mereka dengan menghakimi si miskin sebagai sipemalas.

Tetapi terlepas dari itu semua, sebagai orang kristen kita memang dituntut untuk memperhatikan mereka-mereka yang termarjinalkan seperti demikian. Hal ini tidak saja karena tuntunan dari hati nurani kita saja tetapi terlebih lagi karena memang telah menjadi tuntunan dari Tuhan kita.

II Korintus

9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."  

Yakobus

2:5 Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

Dari nas di atas, kepedulian terhadap orang-orang miskin memang harus ada pada kita. Karena itu saat kita melihat orang-orang kristen memberikan bantuan ataupun sedekah kepada orang-orang miskin, itu semua mereka lakukan dalam rangka menyatakan kasih mereka sebagai pengikut Kristus.

Tidak ada motivasi lain selain daripada menebarkan kasih Yesus kepada sesama manusia.

Hanya saja, ada sebagian kelompok yang menilai negatif terhadap kasih kristen ini, sehingga mulai dicurigai sebagai upaya kristenisasi. Aneh, sungguh aneh. Ternyata umat manusia masih berfikiran bahwa keselamatan itu karena agama seseorang. Cara berfikir seperti ini sesungguhnya sungguh teramat salah.

Keselamatan seseorang dalam kekristenan, bukan karena dia beragama kristen. Keselamatan dalam kekristenan hanya berfokus pada Yesus Kristus. Seseorang yang mengaku beragama kristen, tidak akan selamat selama dia tidak dapat mengakui dari hatinya sendiri, bahwa dia percaya Yesus itu Tuhan dan Juru Selamatnya. Karena tidak sedikit orang-orang yang telah kristen sejak kecil ( karena keturunan ) tetapi hatinya sendiri tidak dapat mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.

Jadi bagaimana mungkin orang yang menjadi “beragama kristen” dapat masuk sorga? Orang tua sekalipun, tidak dapat memaksakan anak kandungnya sendiri untuk menjadi kristen. Karena kekristenan itu harus dari hati orang yang bersangkutan sendiri. Bukan cuma mengaku-ngaku kalau dia beragama kristen. Ataupun karena dipaksa untuk beragama kristen.

Karena kekristenan itu bersumber dari hati, jadi bagaimana mungkin bisa terjadi kristenisasi? Apa gunanya bagi orang yang melakukan kristenisasi itu kalau mereka yang mengaku beragama kristen tetapi dalam hatinya tidak mau percaya Yesus? Bukankah ini pemikiran yang naif?

Agama kristen itu sebenarnya hanyalah sebutan orang-orang dunia ini bagi pengikut Kristus. Sebenarnya Tuhan Yesus tidak meminta kita beragama kristen. Tuhan Yesus hanya ingin menyelamatkan kita dan keselamatan itu hanya kita dapatkan dengan mempercayaiNya sebagai Juru Selamat kita. Sebab hanya Dialah Tuhan yang mampu menyelamatkan.

Karena itu misi Tuhan Yesus bukanlah mendirikan agama kristen. Tetapi misi Tuhan Yesus adalah agar kita semua dapat mengenali siapa Dia sesungguhnya dan bagaimana Dia begitu mengasihi kita sehingga rela mati demi menyelamatkan kita. Dan dengan cara itulah Dia menjadi Juru Selamat kita.

Lalu mengapa sekarang orang-orang yang menjadi pengikut Yesus disebut beragama kristen? Orang-orang dunialah yang menamakan pengikut Yesus itu sebagai kristen (yang artinya pengikut Kristus yang dipandang hina oleh orang-orang yahudi saat itu). Bukan para pengikut Yesus sendiri yang menamakan dirinya beragama kristen.

Kisah Para Rasul

11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Saat awal kekristenan dimulai, masyarakat sekitar memandang gerakan ini sebagai bidat alias kelompok sesat. Orang-orang yahudi begitu gencarnya berusaha untuk menumpas kekristenan ini, termasuk paulus yang saat itu masih bernama saulus.

Jadi tidak perlu kita heran kalau penghinaan terhadap orang-orang yang percaya Yesus Kristus ini terjadi dimana-mana. Terutama oleh orang-orang yahudi pada saat itu. Dan penghinaan itu berkembang sampai pada penyiksaan dan pembunuhan. Jadi kalau sekedar mengolok-olok pengikut Kristus dengan panggilan kristen, ini mah sudah makanan sehari-hari.

Kembali kepembahasan kita semula, jadi kalau sekarang kita melihat orang kristen memberikan bantuan sosial kepada orang-orang miskin, itu semua tidak diartikan oleh orang-orang kristen tersebut sebagai usaha untuk mengkristenkan mereka. Tidak! Sebab kekristenan dalam konsep agama tidak menyelamatkan, tetapi seseorang baru bisa selamat kalau dia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya dan ini bersumber dari hati. Inilah konsep keselamatan dalam kekristenan.

Orang-orang kristen dalam memberikan bantuan semata-mata karena mengamalkan kasih Yesus kepada mereka yang menerimanya. Tidak lebih dari itu. Dan pemberian ini bersifat tulus tanpa pamrih. Orang kristen yang sungguh-sungguh, dalam memberikan bantuan benar-benar tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dari siapapun. Untuk melihat ketulusan ini dapat saya bandingkan dengan ilustasi berikut ini :
 
Kita umpamakan ada tiga orang A, B dan C yang sama-sama baik secara manusia. Mereka sama-sama memberikan sedekah kepada si miskin.

Si A beragama X, dalam ajaran agama X, mereka yang menjadi umatnya diwajibkan untuk mencari “perbuatan baik” sebanyak-banyaknya agar dapat masuk ke sorga. Konsep ini secara tidak langsung telah membuat umatnya untuk berlomba-lomba mengumpulkan “perbuatan baik” sebanyak mungkin, dengan harapan saat mati dan amal “baiknya” cukup banyak, moga-moga bisa masuk sorga.


Sekarang saat si A memberikan sedekah kepada si miskin, meskipun si A tidak mengharapkan kalau si miskin suatu hari nanti membalas sedekahnya, tetapi dalam benak si A dia telah mengharapkan sesuatu dari tuhannya. Jadi secara tidak langsung, si A telah mengharapkan pamrih dalam pemberiannya kepada si miskin dalam bentuk moga-moga tuhannya mengingat “kebaikkannya” itu sebagai kunci keselamatannya.

Yang menjadi pertanyaan, si A ini menolong si miskin atau menolong dirinya sendiri? Bukankah pemberian si A kepada si miskin pada dasarnya adalah usaha si A untuk menolong dirinya sendiri untuk bisa masuk ke sorga? Pemberikan si A dalam hal ini jelas-jelas tidak tulus. Sebab dia memberi dan terlihat seperti membantu si miskin, tetapi pada dasarnya dia sedang membantu dirinya sendiri dengan mengharapkan sesuatu dari tuhannya.

Begitu juga misalkan si B yang beragama Y. Dalam agama Y yang dianutnya, pengajarannya kurang lebih sama dengan agama si A, maka saat si B memberikan sedekah kepada si miskin, si B juga berharap telah melakukan perbuatan yang baik. Dan “imbalan perbuatan baik” ini senantiasa selalu berusaha dikumpulkan oleh si B dengan harapan sekiranya meninggal nanti, dia akan mengalami kehidupan yang lebih baik dari pada yang sekarang.

Pertanyaannya, saat si B membantu si miskin, bukankah pada dasarnya si B juga membantu dirinya sendiri demi mengumpulkan “imbalan perbuatan baiknya”? Untuk siapakah itu? Untuk si miskinkah? Ataukah untuk dirinya sendiri?

Saudara, anda dapat melihat bagaimana mereka berbuat baik dengan membantu si miskin. Tetapi apa motivasi dibalik bantuan mereka? Apakah bantuan mereka ini dapat dikatakan tulus? Bisakah saudara lihat kejadian yang sebenarnya dari perbuatan baik mereka ini? Pada dasarnya orang dunia sulit sekali untuk membantu dengan tulus, sebab ada motivasi yang ingin mereka dapatkan dari perbuatan baik mereka untuk diri mereka sendiri.

Sekarang bagaimana dengan si C yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya?

Dalam iman kristen, saat seseorang mengakui dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamatnya, maka saat itu juga dia sudah berpindah dari maut ke dalam hidup.

I Yohanes

3:14. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.

Roma

5:9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Filipi

3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang senada.

Sekarang kembali kepada si C, jika dia berbuat baik dengan memberikan sedekah kepada orang miskin, apa yang ada dalam benak si C? apakah dia mengharapkan pahala buat masuk sorga? Apakah dia mengharapkan karma baik agar sewaktu dilahirkan kembali tidak hidup sengsara?

Tidak saudara! Si C sesuai dengan imannya bahwa saat dia telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya dia telah diselamatkan. Dan sudah dijamin masuk sorga, maka dia tidak lagi memerlukan pahala untuk dapat ke sorga. Dia tidak memerlukan lagi karma baik agar dapat lahir kembali kedunia dengan hidup sejahtera. Tidak!

Dalam iman kristen, saat si C mati nanti, dia telah dipastikan ada di sorga, ini bukan hasil usahanya tetapi semata-mata karunia dari Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia telah memiliki kewargaan sorga itu bahkan saat dia masih hidup di dunia ini.

Jadi pada saat si C berbuat baik, maka perbuatannya itu benar-benar tulus karena tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun dan dari siapapun. Baik dari si miskin yang menerima bantuannya maupun dari Tuhannya.

Yang ada justru saat si C memberikan bantuan kepada si miskin, itu lain tidak adalah cerminan dari rasa syukurnya karena dia merasa telah diselamatkan oleh Tuhan. Rasa suka cita karena telah diselamatkan ini, membuahkan perbuatan yang penuh dengan rasa syukur. Dan rasa syukur inilah yang dia nyatakan dalam setiap sumbangan, sedekah ataupun perbuatan baik lainnya. Inilah perbuatan baik yang setulus-tulusnya karena sama sekali tidak mengharapkan imbalan apapun termasuk dari Tuhan.

Jadi saudara, kita tidak perlu minder melihat bagaimana orang-orang non kristen dalam memberikan sedekah kepada orang lain. Sesungguhnya dan sebenarnya, mereka tidak lain hanya berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.

Kita dapat mengambil pelajaran dari hal ini, semoga untuk seterusnya kalau kita memberikan bantuan, berikanlah dengan rela menurut hati kita. Meskipun kemampuan kita untuk memberi tidak seberapa, jangan pernah lagi kita merasa minder. Karena sesungguhnya pemberian yang tulus adalah pemberian yang tanpa pamrih. Baik pamrih dari manusia maupun dari Tuhan.

Demikianlah sharing kita. Semoga dapat mendewasakan iman kita. Amin.

GBU

Selasa, 20 November 2012

Trinitas


Ketuhanan Yesus Kristus

Yesaya
9:6 (9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

(Gelar ini, hanya dimilik oleh Tuhan. Namun lihatlah, itu adalah gelar yang disematkan pada seorang anak. Ini nubuatan untuk kedatangan Yesus.)


Yohanes
1:1. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

(Firman yang adalah Allah, telah menjadi manusia. Ok-lah kalau masih ragu siapa manusia yang dimaksud. Nah ciri-ciri manusia “jelmaan” Tuhan sudah tentu dapat melakukan apa yang Tuhan dapat lakukan. Hal ini juga dinyatakan Yesus di ayat 14 di bawah ini)

Yohanes
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

(apa pekerjaan-pekerjaan Yesus yang seperti pekerjaan Tuhan, yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan saja dan tidak dapat dilakukan siapapun juga? Cukup banyak, salah satunya adalah menghidupkan orang mati)

Yohanes
11:43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"
11:44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."

(Hanya Tuhan saja yang dapat menghidupkan orang mati. Dan hanya Tuhan saja yang memilik kehidupan dalam diriNya sendiri. Siapapun mahluk hidup, tidak bisa memiliki kehidupan atas kehendaknya sendiri, semua hanya bergantung pada kemurahan Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki seseorang mati, maka matilah orang itu. Tetapi Yesus, memiliki kehidupannya sendiri sama seperti Tuhan.)

Yohanes
5:21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.

5:26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.

(Penghakiman akhir jaman, hanya dapat dilakukan oleh Tuhan saja. Karena Dialah hakim yang seadil-adilnya... tetapi ternyata penghakiman itu akan dilakukan oleh Yesus. Hal ini karena memang Dialah Tuhan itu.)

2 Timotius
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Yohanes
5:22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,

(Bahkan, Yesus sendiri juga mengaku kalau Dia dan Bapa adalah satu. Yaitu sama-sama Tuhan yang maha esa)

Yohanes
8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

10:30 Aku dan Bapa adalah satu."

14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.

(Sebagai ilustrasi, jika saudara memiliki toko A dan juga memiliki toko B, bila ada orang yang bertanya, “Siapa pemilik toko A ini?” kepada saudara. Maka saat saudara menjawab “Bila sekarang anda melihat pemilik toko B ini, maka berarti anda sedang melihat pemilik toko A juga.”

Apa artinya disini saudara? Artinya pemiliki toko A dan toko B jelas 1 orang.

Begitu juga bila saudara menjawab “Pemilik toko A dan toko B adalah satu.”

Bukankah ini pernyataan yang cukup jelas dan mudah dimengerti?)

(Apakah pengakuan ini tersirat dengan jelas? Benar, sangat jelas sekali... hal ini disadari oleh orang-orang Yahudi sampai-sampai Yahudi begitu marahnya sehingga ingin membunuh Yesus. Mereka beranggapan Yesus telah menghujat Tuhan.)

Yohanes
5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

(Perhatikan ayat wahyu di bawah ini, terutama apa ayat ke 18. Siapakah yang pernah mati dan sekarang hidup lagi? Hanya Yesus seorang. Dan Dialah yang awal.... dan yang akhir... tidak ada satu oknumpun yang menjadi awal dari seluruhnya dan menjadi akhir dari semuanya kecuali Tuhan sendiri.)

Wahyu
1:13 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
1:18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

(Jadi berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat kita simpulkan Yesus, adalah Tuhan sendiri. Yaitu Firman yang telah menjadi manusia, memiliki kemampuan yang hanya dimiliki Tuhan saja, dan sekaligus pengakuan Yesus sendiri kalau Dia adalah Tuhan itu sendiri.)



NB :    Untuk mengenal ketuhanan Yesus baca juga buku sharing ke 04 dengan judul “Memahami Yesus Yang Manusia Dan Yang Tuhan”

http://sharingkristiani.blogspot.com/2012/08/memahami-yesus-yang-manusia-dan-yang.html


----------------------------------------------------------------------



Ketuhanan Roh Kudus


Matius
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

(Dapat kita lihat di ayat 20 ini, bahwa malaikat berbeda dengan Roh Kudus. Jadi dalam hal ini, Roh Kudus satu pribadi yang berbeda dari malaikat. Saat kita berbicara tentang Roh Kudus, kita harus fokus pada satu Roh tertentu. Sekarang siapakah Roh Kudus ini?, benarkah Roh Kudus ini adalah Roh Tuhan?)

(ayat di bawah ini menjelaskan bahwa setiap orang percaya, akan memperoleh Roh Kudus dan Roh Kudus ini akan berdiam dalam diri mereka. Ingat, pada diri orang percaya, akan berdiam Roh Kudus. Tidak pernah dikatakan lagi ada Roh lain yang akan mendiami diri orang percaya selain hanya Roh Kudus saja.)

1 Korintus
6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Kisah Para Rasul
8:17 Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.

10:47 "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?"

(Nah, sekarang kalau ada pembicaraan tentang Roh yang berdiam dalam diri orang percaya, maka itu tentu mengacuh pada Roh Kudus.... di bawah ini ada ayat yang cukup menarik)

Matius
10:19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
10:20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

(Dapat kita lihat di sini? Jelas dikatakan Roh Bapamu yang ada di dalam kamu, yaitu dalam diri orang percaya, yang akan berkata-kata. Yang harus kita perhatikan adalah... dalam diri orang percaya, selain roh manusianya, hanya ada satu Roh lain yaitu Roh Kudus..... sekarang dikatakan bahwa “Roh Bapamu” yang akan berkata-kata dalam diri orang percaya. Jelas yang dimaksud dengan Roh Bapamu ini adalah Roh Kudus itu sendiri.)

(sekarang kita tambah lagi dengan ayat berikut ini: )

Galatia
4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

(di galatia ini juga dikatakan bahwa Roh Anak-Nya, yang juga di dalam hati kita akan membuat kita berseru ya Abba, ya Bapa.... siapakah Anak yang dimaksud oleh Tuhan di atas? Jelas Yesus Kristus... dan Roh Anak ini... juga ada di hati atau dalam diri orang percaya... sedangkan Roh dalam diri orang percaya adalah Roh Kudus.... maka jelas Roh Anak ini, yaitu Firman yang kita kenal dengan Yesus Kristus.... juga adalah Roh Kudus...)

Yohanes
15:26. Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

(Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang dari Bapa. Bapa adalah Roh, dan Roh yang keluar dari Bapa adalah Roh Bapa sendiri. Karena itu setiap orang percaya akan dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Meskipun malaikat juga kudus, tapi malaikat tidak setara dengan Roh Kudus, karena itu orang percaya tidak pernah di baptis dalam nama malaikat. Jadi Roh Kudus melebihi dari kekudusan malaikat, dan memiliki kesetaraan dengan kekudusan Bapa dan Anak, kesetaraan Roh Kudus dengan Bapa dan Anak karena memang Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri.)

Matius
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

1 Yohanes
5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

(Sebagai ilustrasi, misalkan saudara pemilik toko dan memiliki beberapa karyawan. Jika saya atau orang lain menyuruh salah seorang karyawan saudara untuk meminjam sesuatu dari toko sebelah dengan mengatasnamakan saudara, apa yang saudara lakukan? Sudah tentu saudara akan menyangkal pada toko sebelah bahwa karyawan itu meminjam atas nama saudara. Bukankah begitu?)

2 Petrus
1:21 sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

(Tetapi dalam ayat 2 Petrus ini dikatakan, bahwa nubuat diucapkan oleh manusia karena dorongan dari Roh Kudus... dan nubuat itu mengatasnamakan Tuhan. Satu-satunya yang memungkinkan dalam hal ini adalah Roh Kudus yang mendorong orang-orang bernubuat mengatasnamakan Tuhan adalah Tuhan itu sendiri.... sebab kalau Roh Kudus bukan Tuhan, maka sama seperti ilustrasi di atas. Tetapi karena Roh Kudus adalah Tuhan sendiri, maka saat seseorang bernubuat mengatasnamakan Tuhan menjadi tidak masalah karena mereka bernubuat atas doroang dari Tuhan sendiri (Roh Kudus) dengan mengatasnamakan Tuhan sendiri juga.

Ini sama seperti saudara sendiri yang memerintahkan karyawan saudara untuk meminjam sesuatu dari toko tetangga dan kalau di konfirmasi oleh toko tetangga, maka saudara tentu mengakuinya sebab memang saudara sendiri yang menyuruh karyawan tadi.)

Shallom.
Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

Kamis, 01 November 2012

Pendewasaan Iman


Ibrani

5:12 Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
5:13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.

-------------------------------------

Pernah saya mengalami sendiri dalam satu gereja telah diadakan suatu pembaptisan atas diri seorang bapak yang sudah cukup berusia. Dia telah menyatakan dirinya sebagai pengikut Kristus, dan karena itu dia telah menyerahkan dirinya untuk dibaptis. Terus terang, saya tidak mengetahui latar belakangnya mengapa dia sampai bersedia menjadi pengikut Kristus. Boleh jadi hal ini karena pengaruh dari isterinya yang memang telah menjadi pengikut Kristus sejak lama.

Sebagaimana kita ketahui bersama, sudah tentu sebelum yang bersangkutan diijinkan untuk memperoleh baptisan, dia juga telah mengalami pengenalan akan kekristenan. Dia juga harus belajar ini dan itu tentang kekristenan, dan segala hal yang dirasakan perlu lainnya.

Saat pembaptisan selesai, tentu sebagaimana umumnya maka jemaat dalam gereja akan diundang untuk berdiri menyambut dia sebagai bagian dari anggota jemaat yang baru. Ada suka cita tentunya di antara jemaat. Ada rasa syukur kepada Tuhan karena seorang lagi anak manusia telah diselamatkan.

Selesai itu,.... selesailah sudah!

Jemaat pulang. Dan hari-hari terus berlalu seperti biasanya. Minggupun berganti minggu. Dan bulanpun berlalu dengan cepatnya.

Tanpa terasa satu tahunpun berlalu pula....

Dan tiba-tiba, terdengarlah berita LUAR BIASA!

Si A, yang tempo hari sudah dibaptis, sekarang telah murtad! Dia telah kembali pada kepercayaannya yang lama. Dengar-dengar, dia murtad karena telah beberapa bulan ini dia telah menerima bantuan sekarung beras setiap bulannya dari tetangga yang beragama sama seperti agamanya yang lama.

Wah, pendeta mulai sibuk. Dibentuklah tim kecil terdiri dari beberapa orang. Mereka bermaksud untuk mengunjungi yang bersangkutan dengan tujuan ingin “menarik” dia kembali kepada Kristus.

Apa yang terjadi saudara? Saat tim kecil ini berkunjung ke rumah yang bersangkutan, tetangganya ini datang menghadang dengan pesan yang cukup jelas. Kurang lebih begini :

“Jangan pernah sekalipun menginjili lagi si A!, sebab dia sudah beragama X. kalau kalian berani coba-coba, rasakan sendiri akibatnya!”

Alkisah, kembalilah tim kecil ini dengan kecil hati pula. Saat kembalinya tim kecil ini ke gereja, saat itu juga bubarlah tim kecil ini. Tamat.

Hari-hari berikutnya saat jemaat mempertanyakan mengapa hal demikian bisa terjadi, maka jawabannya tentu sudah dapat saudara duga.

“si A tidak kuat iman, dia terlalu materialistis, masak cuma di sogok sekarung beras tiap bulan dia kembali murtad? Orang yang kuat iman tidak mungkin murtad!”
“itu salah dia sendiri, dia lebih memilih duniawi, tidak tahan cobaan, orang yang kuat iman tidak mungkin murtad!”

Dan seribu satu jawaban lainnya yang mengandung satu inti yang identik, yaitu salah si A sendiri. Titik.

----------------------------------

Sungguh menyedihkan sekali kalau keadaan ini terjadi dalam gereja dimana saudara berjemaat. Saat si A bertobat, ada suka cita bukan saja di gereja namun juga di sorga. Bukankah itu yang Alkitab katakan? Dan sekarang? Saat dia murtad....???

Kita memang tidak bisa mengetahui latar belakang seseorang bertobat itu apa. Apakah dia punya motivasi tersembunyi atau tidak, itu memang di luar kuasa kita. Bisa saja seseorang itu “bertobat” hanya dengan maksud untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Bisa saja.

Namun demikian, karena kita tidak bisa mengetahui dengan pasti motivasi sesungguhnya dari mereka yang bertobat, maka kitapun tidak berhak untuk berpendapat seseorang itu bertobat dengan motivasi tidak jujur. Sebab kita memang tidak bisa mengetahuinya bukan?

Yang paling logis bagi kita adalah tetap menganggap mereka bertobat dengan tulus. Itu saja.

Mengapa saya perlu menegaskan akan hal ini? Karena tidak sedikit orang yang akan membela dirinya dari rasa ikut bertanggung jawab atas kemurtadan seseorang seperti di atas, dengan beralasan bahwa yang bersangkutan memang tidak bertobat sungguh-sungguh dulunya. Cuma mencari keuntungan pribadi dalam jemaat, dan kalau keuntungan pribadi itu tidak didapatkannya lagi, maka dia akan otomatis murtad. Itu yang sering dilontarkan mereka yang mau lepas dari rasa tanggung jawabnya atas keadaan ini.

Saudara, jangan pernah sekalipun kita sampai mengatakan hal yang demikian. Sebab kalau sekiranya si A itu memang tidak memiliki motivasi jelek dalam pertobatannya dulu, maka otomatis kita sudah menjadi seorang penfitnah. Kita telah menfitnah dia untuk hal yang tidak dia lakukan.

Dengan kemurtadan dia saja kita sudah seharusnya merasa ikut bersalah, lalu masihkah kita akan menambahkan kesalahan kita dengan ikut menfitnahnya pula?

Kesalahan yang ditimpakan pada orang yang murtad, dengan mengatakan bahwa dia tidak kuat iman, adalah seperti melemparkan kotoran pada muka kita sendiri. Mengapa demikian?

Dalam kasus si A yang kembali murtad di atas, sebenarnya kesalahan bukan pada si A sendiri. Tetapi sesungguhnyalah, kesalahan itu ada pada gembalanya, plus seluruh majelis dan jemaat di gereja itu.

Apa korelasinya sampai bisa begitu?

Begini, seandainya saja, gembala atau pendeta pada gereja di mana si A berjemaat (anggap saja gereja Q) ini ditawari untuk menduduki suatu jabatan penting seperti jadi gubernur misalkan, terus diberikan sebuah rumah mewah, diberikan beberapa gadis muda dan cantik-cantik sebagai isteri, lalu ditambah lagi dengan sebuah perusahaan besar sebagai milik pribadi.... dan segala fasilitas lainnya yang cukup mengiurkan hanya dengan satu syarat, MURTAD dan HUJATLAH YESUS!

Kira-kira.... mau tidak pendeta ini murtad dan menghujat Yesus?

Seorang yang benar-benar mengenal siapa Yesus itu sesungguhnya, bagaimana tanpa Yesus dia dipastikan bakalan ke neraka dan mengalami kematian kekal, sudah pasti akan dengan tegas menjawab “TIDAK !”

Benar, jawaban itu pasti dan tanpa kompromi lagi. Pendeta di gereja Q itu pasti tidak akan pernah bisa murtad dan menghujat Yesus hanya demi semua kenikmatan duniawi itu. Tidak akan pernah!

Bagaimana dengan saudara? He..he... intermezo sedikit.

Lalu sekarang kembali ke si A tadi. Kalau pendeta di gereja Q itu tidak akan pernah bisa murtad demi jabatan gubernur, rumah mewah, beberapa isteri yang muda dan cantik-cantik serta perusahaan besar milik pribadi, lalu mengapa si A ini bisa dengan entengnya murtad hanya demi sekarung beras setiap bulannya?

Coba kita pikirkan dengan nalar yang sehat!

Bagaimana mungkin si A, dengan entengnya bisa murtad hanya demi sekarung beras, sementara pendeta itu tidak mungkin murtad dengan tawaran kekayaan yang seabrek-abrek banyaknya?

Apa jawabannya saudara?

Jawabannya jelas karena si A ini, tidak mengenal siapa Yesus sesungguhnya. Itu saja!

Kalau si A juga mengenal siapa Yesus itu sesungguhnya sama seperti apa yang dikenal oleh pendeta gereja Q itu, mustahil dia mau murtad. Jangankan hanya demi sekarung beras, demi seluruh dunia inipun dia tidak akan pernah mau murtad dan menyangkal Yesus.

Lalu sekarang salah siapa kalau si A sampai tidak bisa mengenali siapa Yesus itu sesungguhnya? Mengapa saat si A menjadi bagian dari jemaat gereja Q, pendeta dan majelis sekaligus jemaat di gereja itu tidak ikut merasa terbebani untuk mendewasakan iman si A?

Mengapa setelah si A murtad dan bukan bagian dari jemaat lagi, baru pendeta dan seluruh jemaat dalam tim kecil itu sibuk berusaha untuk menjangkaunya kembali? Mengapa? Bukankah saat dia bagian dari jemaat banyak peluang waktu untuk mendewasakan iman dia? Pendeta sibuk? Kalau begitu jangan sibuk kalau ada yang murtad! Tunggu saja saat dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan.

Tugas pendewasaan iman jemaat, pertama-tama adalah menjadi tugas pendeta. Pendetalah yang menjadi gembala jemaat. Karena itu tugas utama pendetalah untuk mendewasakan iman jemaatnya.

Majelis dan jemaat di gereja itu baru bisa ikut berperan untuk mendewasakan iman sesama jemaat kalau iman mereka sendiri sudah dewasa. Disinilah diperlukan pemuridan itu. Kalau pemuridan ini bisa berjalan dengan baik, maka otomatis tugas pendewasaan iman di antara jemaat (terutama jemaat baru) akan lebih ringan bagi pendetanya. Sebab tugas itu tidak diemban sendirian oleh pendeta yang bersangkutan.

Jadi dalam hal murtadnya si A, pertama-tama yang harus dipersalahkan adalah pendeta di mana si A berjemaat. Terlebih lagi sebelum si A dibaptis dia telah terlebih dahulu mendapatkan “pendidikan” oleh pendeta di gereja yang bersangkutan.

Saya tidak tahu jenis pendidikan seperti apa yang telah diberikan sehingga, bahkan setelah di baptispun, ternyata si A masih belum mengenal siapa Yesus, dan bagaimana perlunya dia akan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya.

Kalau melihat bagaimana dengan mudahnya si A murtad, maka sudah dapat dipastikan bahwa pendidikan yang telah di peroleh sebelum pembaptisannya itu telah gagal total.

Karena itu saudara, janganlah pernah kita menganggap sepeleh pendewasaan iman ini.

Seseorang yang mengikuti Yesus tapi tidak mengenal siapa Yesus itu sendiri, dia sama seperti telur di ujung tanduk. Setiap saat, dia akan dengan mudahnya menyangkal Yesus. Keselamatannya berada dalam bahaya. Dan bukan keselamatannya sendiri saja, bahkan keselamatan seisi rumahnya.

Itulah mengapa kita sering melihat bagaimana dengan mudahnya seorang ayah atau ibu memberikan ijin anaknya untuk memeluk agama lain hanya demi menikah dengan orang yang tidak seiman.

Dalam pandangan mereka, agama manapun baik. Sebab semua agama mencari Tuhan. Jadi baik agama ini maupun agama itu sama baiknya. Yang penting tidak berbuat jahat. Itu saja.

Yohanes

14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Klaim Yesus jelas, hanya Dia saja yang membawa hidup. Tanpa Dia, kita tidak akan sampai ke tempat Bapa. Karena itu menjadi PR kita semua untuk saling mendewasakan iman sesama. Semoga sedikit ulasan kita ini dapat menjadi berkat bagi yang membutuhkan.

YBU.